BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan Misi adalah
tugas yang diembankan oleh Allah kepada manusia dengan inisitif dari Allah bagi
manusia supaya manusia itu dapat mempraktekkan semua Firman-Nya, yaitu mengenai
memberitakan kabar Sahlom kepada umat manusia yang sudah tidak memiliki Sahlom
ketika manusia pertama itu berdosa.
Dalam Makalah ini,
penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana “Pelaksanaan Misi Yang dilakukan
Melalui Penanaman Gereja”. Allah
mengehendaki bahkan Allah yang terlibat dan berkarya dengan misi-Nya, yaitu untuk
menyelamatkan manusia berdosa atau seluruh umat manusia yang hilang dari jalan
kebenaran Allah.
Semua orang yang sudah
menerima atau meresponi kasih karunia Allah, harus terbeban untuk memberitakan
kasih Tuhan Yesus Kristus yang besar itu kepada orang banyak yang belum
mengenal Allah yang hidup melalui Tuhan kita Yesus Kristus.
Untuk memberitakan
kabar Shalom (kabar damai sejahtera) kepada semua umat manusia yang tidak
mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah tugas semua orang percaya.
Semua orang yang sungguh mengenal dan beribadah kepada Allah yang hidup serta
sungguh-sungguh mengasihinya, dengan kesadarannya akan mewartakan kabar Shalom
kepada orang-orang yang membutuhkannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan Pemahaman
Misi, Pemahaman Penanaman, Pemahaman Gereja, yang berkaitan dengan
topik dari tugas yang akan dikerjakan oleh peneliti. Adapun perihal tersebut
adalah sebagai berikut ini:
1.
PEMAHAMAN MISI DALAM KONTEKS ALKITAB
Sebelum mengetahui, lebih lanjut mengenai pelaksaan misi melalui
penanaman gereja, penulis akan memberikan paparan mengenai asal usulnya misi.
Karena penanaman gereja tidak terlepas dari misi Allah yang mengembangtugaskan
kepada manusia.
Ilmu pengetahuan misi, adalah wilayah lingkup teologi
yang mempelajari mandat, pesan dan karya misionaris
Kristen.
Misiologi adalah refleksi multi-disipliner dan cross-cultural pada semua
aspek penyebaran agama Kristen, meliputi teologi,
antropologi,
sejarah,
geografi,
teori dan metode komunikasi dan metodologi.
Ilmu pengetahuan misi mempelajari akibat positif dan negatif dan strategi
penyebaran Kristen. Misiologi juga mempelajari dampak evangelisasi dan amal.
Salah satu tujuan misiologi adalah memisahkan antara praktik yang penting
untuk Kristen dan praktik Kristen yang dapat bervariasi di antara komunitas-komunitas
namun masih menyatakan kepercayaannya pada agama Kristen[1].
2.
PEMAHAMAN PENANAMAN
Penanaman Gereja adalah
Penginjilan yang bertujuan memuridkan masyarakat terabaikan pada lokasi-lokasi
strategis dengan tujuan untuk mendirikan jemaat lokal baru.” Penanaman Gereja
terfokus pada penghadiran kesaksian Kristen di daerah terabaikan
“Penanaman Gereja adalah
pendekatan Penginjilan yang dilakukan di dalam dan melalui Gereja Lokal dengan
tujuan menjangkau masyarakat terabaikan guna mendirikan gereja-gereja baru yang
menghasilkan pertambahan-pertumbuhan jemaat mandiri”.
3.
PEMAHAMAN GEREJA
Gereja adalah perkumpulan dari orang-orang yang
sungguh-sungguh berserah kepada-Nya, untuk memuliakan Dia. Tuhan memanggil setiap
orang yang dari kegelapan kepada terang-Nya, yang ajaib itulah yang disebut
jemaat atau gereja. Gereja adalah bukan hanya fisik gedung bangunan fisik,
namun gereja adalah sekumpulan jemaat yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada
terang Kristus yang ajaib.
BAB
III
PEMBAHASAN MENGENAI MISI
Misi
adalah inisiatif Allah bagi dunia untuk mau menyelamtkan manusia berdosa. Allah
berkehendak supaya manusia berdosa dapat memperoleh hidup yang kekal
bersama-Nya, apabila manusia berdosa tersebut meresponi kasih karunia Allah yang
besar bagi dunia ini.
Misi
adalah Tuhan Yesus Kritus yang menunjukan kepada manusia untuk pelayanan ke
dalam dunia untuk menyelamatkan manusia berdsa yang telah menghilang oleh dosa
dari kehidupan kepada kematian yang kekal. Namun oleh inisiatif Allah mengutus
misi-Nya kedalam dunia untuk menyelamatkan dunia dengan cara-Nya yang ajaib dan
sempurna.
1.
Prinsip Dasar Misi
Menurut henk ten napel dalam bukunya kamus teologia,
mengatakan bahwa misi itu berasal dari kata “mission” yang berarti: Mission (l.
Missio pengutusan/mittere mengutus) mempunyai pengertian:
1. Pengutusan;
2. Misi,
pekabaran injil;
3. Dakwah
home mission pekabaran injil di dalam negeri, theology of mission
Jadi,
Misiologi adalah ilmu tentang pengabaran injil.
Menurut pdt. Peter rhee dalam bukunya diktat hits tentang
misi perkotaan bahwa: pengertian lain dari kata “misi berasal dari
perkataan latin – mission yang berarti:“utus”[2].
Missio
berasal dari bahasa Latin yang berarti pengutusan, sama dengan kata Yunani
“Apostole”. Sebenarnya dalam bahasa Yunani dipakai dua kata: apostello
(mengutus) dan pempo (mengirim). Dalam Yohanes 20:21, kedua kata ini dipakai
dalam satu ayat: “sama seperti bapa mengutus (apoeksello) aku, demikian juga
aku mengutus (pempo, mengirim) kamu.” Kata kerja latin mittio (mengirim)
digunakan sebagai terjemahan untuk kedua kata yunani “apostello dan pempo”.
Dalam bahasa belanda kata missio diterjemahkan “zending (pengutusan)”. Kata ini
biasanya dipakai juga dalam bahasa indonesia.[3]
Berdasarkan
Yohanes 20:2 diatas kata missio (pengutusan), H. Venema membagi tiga pengetian
yaitu sebagai berikut:
- “Missio Dei”
Pengutusan Oleh Allah
Allah
sendiri berindak sebagai subjek segala pengutusan, terutama pengutusan
anak-nya. Allahdialah pengutus agung.
2. “Missio Fillii” Pengutusan Oleh Anak.
Kristus Diutus
Yesus
kritus diutus (dalam arti khusus dialah yang disebut : missio dei), tapi
mengutus juga yaitu rasul-rasul-nya dan gereja-Nya.
3. “Missio Ecclesiae” Pengutusan Oleh Gereja
Pengutusan
Allah dan anak dilanjutkan oleh gereja.
Menurut
Kamus Latin bahasa Indonesia, Missio berasal dari kata Mitto yang mempunyai
arti sebagai berikut:
- Pengiriman; hal mengutus
- Hal membiarkan pergi seperti
- Pembebasan (orang twanan/tahanan)
- Pemberhentian (dari dinas militer)
Misi,
mitto mempunyai arti:
-
Menyebabkan pergi
-
Membiarkan pergi
- Membebaskan
- Melepaskan
Pada umumnya perkataan misi (utus), lazim
dipakai dengan istilah perkataan penginjilan (PI). Sebelumnya
perkataan tersebut hanya dipakai untuk suatu penginjilan bagi gereja katolik
roma, sedangkan untuk panggilan gereja-gereja protestan sering digunakan kata “zending”
(mempunyai arti sama), pada masa sekarang ini misi sama dengan
penginjilan. Menurut H. Venema dalam bukunya injil untuk semua
orang, mengatakan bahwa definisi misi atau penginjilan adalah:
Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus juru selamat dunia,
untuk melaksanakan perintah-Nya demi kemuliaan tuhan yaitu memanggil semua
orang di dunia dan mengabarkan kepada mereka injil kerajaan Allah, supaya oleh
kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan penghakiman. Hingga menjadi
keluarga kerajaan-nya yang melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya.
Sedangkan menurut j verkuyl dalam bukunya pembimbing ke dalam
ilmu pekabaran injil masa kini, mengatakan bahwa: “misiologi adalah pengkajian
karya keselamatan bapa, anak, dan Roh Kudus yang diseluruh dunia terarah kepada
realisasi kerajaan Allah.”[4]
Menurut
M. K. Dust dalam bukunya missiologie, mnegutip perkataan J. Douma Dtusalam
bukunya Orientatie De Theologie, memberi definisi sebagai berikut: “Penginjilan
adalah pelaksanaan perintah jabatani yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada
gereja dalam nama bapanya, yaitu untuk menyebarkan injil kerajaan dalam zaman Roh
Kudus ini menjadi kesaksian bagi semua bangsa sampai ujung-ujung bumi.”[5]
Menurut William PHB. Killis dalam skripsinya peranan
misioner dalam perintisan gerej, mengatakan bahwa: “suatu sikap pengabar injil
(orang yang diutus) dalam memperkatakan dan menyikapi serta menyaksikan
kebenaran firman tuhan (injil) kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus
dan di bawah pimpinan kuasa Roh Kudus menjadi suatu pertobatan yang
sungguh-sungguh dengan tujuan nama tuhan yang dimuliakan, oleh segenap
bangsa-bangsa di dunia.”[6]
Misi (Mission) berasal dari
bahasa Latin “missio” dari kata “mittere,” “missum,” artinya
“to send” (mengirim/ mengutus), “act of sending; being sent or
delegated by othority/ persons sent, etc.” Istilah ini dalam bahasa Yunani ialah “apostello” yang berarti mengirim dengan otoritas.
Jadi, pengutusan Allah berdasarkan otoritas mengirim dengan otoritas, Misi dan penginjilan saling berhubungan
erat di mana misiologi telah dianggap induk dari semua ilmu misi termasuk ilmu
penginjilan. Dengan demikian, di dalam misi ada penginjilan dan di dalam
penginjilan dapat ditemukan misi (pengutusan). Teologi yang benar
bersumber dari Tuhan Allah, semua teologi yang berbicara di luar Allah yang
adalah sebagai Pencipta dan Pemelihara umat manusia dan segala makhluk bahkan
segala jenis tumbuh-tumbuhan, adalah teologi yang tidak benar. Karena sumber
teologi yang benar atau bahkan teologi yang sempurna hanya ada di dalam Tuhan
Allah dan melalui Tuhan kita Yesus Kristus dapat kita memperoleh dan
mempraktekkannya.
- Misi juga
dijelaskan dengan istilah “prosthetics,” yang berasal dari kata “prostithenai”
(KPR 2:41, 47; 11:24). Abraham Kuyper mengaitkan misi dengan tindakan
“TUHAN yang menambahkan bilangan orang-orang yang diselamatkan ke dalam
jemaat-Nya.”
- Dalam
penggunaanya, istilah di atas ini
digabungkan dengan kata “auxanics” yang berarti “bertambah dan berkembang
keluar” dan “halieutics” yang artinya menjala orang.
Istilah-istilah ini mengaitkan misi dengan pengjinilan dan pertumbuhan
gereja, dalam pengertian yang lebih sempit dan terfokus kepada pertumbuhan
gereja
- Secara
operasion pengguna bahasa Inggris memakai dua kata, yaitu ”mission”
dan “missions” untuk menjelaskan istilah misi. Dr. Donald A.
McGavran, penganjur dari gerakan pertumbuhan gereja (church growth
movement), mendefinisikan “mission” sebagai “God’s program for
humans” (1994:20) yang menekankan seluruh aspek teologi dari
misi.
- Kata “missions”
dijelaskan sebagai “the task of mission” oleh Dr. Charles van Engen
yang menekankan tentang aspek dan nilai praksis dari misi. Berdasarkan uraian ini misi (mission)
adalah misi Allah (Missio Dei) sedangkan misi (missions) adalah tugas dari
misi Allah yang dipercayakan oleh Allah kepada umat-Nya (Missio
Ecclesiae).
- Misi
adalah “rencana pengutusan Allah (missio Dei) yang kekal yang (untuk)
membawa shalom kepada manusia (umat-Nya) dan segenap ciptaan-Nya demi
kejayaan kerajaan-Nya yang membawa kemuliaan bagi nama-Nya.” Tujuan
tertinggi dari misi Allah yang membawa shalom itu adalah “kerajaan Allah”
atau pemerintahan Allah (the kingdom of God).
Misi Secara Inklusive
- Penginjilan “Penginjilan adalah rancangan
dan karya Allah yang mencipta bagi diri-Nya suatu umat untuk bersekutu,
menyembah serta melayani Dia secara utuh-serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya.” Definisi ini mengaitkan misi
(mission) dengan penginjilan sebagai
rencana shalom bagi semua umat manusia.
- “Penginjilan ialah proses pelaksanaan tanggung
jawab umat Allah memberitakan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus kepada
orang (orang-orang) berdosa dengan memanggil mereka kepada iman dan
pertobatan (kepada Allah di dalam Yesus Kristus) melalui menyambut Dia (Yesus
Kristus) sebagai Juruselamat pribadi serta melibatkan dia/mereka ke dalam
gereja untuk menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab.
- PEMBAHASAN MENGENAI PENANAMAN GEREJA
Dalam
bagian ini, peneliti akan membahas mengenai dalam pikiran sebagaian
pengguna perencanaan terdapat kesan bahwa perencaanaan kadang-kadang
menjadi tujuan akhir. Hal ini secara khusus benar jika
perencanaan hanyalah tanggung jawab dari suatu kepanitiaan dalam gereja. Team
work dapat memfasilitasi proses perencanaan strategis, tetapi proses itu tidak
akan mendarah daging secara dinamis dalam kegiatan oranganisasi tanpa
keterlibatan yang terus-menerus dari Pendeta dan Penatua / Diaken, ada satu
ucapan presiden Eisenhower yang sering dikuti berbunyi ,” Rencana
tidak ada apa-apanya, tetapi perencanaan adalah segalanya”. Keyakinan yang
ia ungkapkan adalah bahwa rencana aktual itu sendiri bukanlah tujuan akhir,
tetapi proses perencanaan-pengembangan skenario masa depan, menilai lingkungan
dan persaingan, menilai kekuatan dan kemampuan internal, merevisi tujuan dan
taktik-adalah dialog oranganisai yang terpenting. Hasil akhirnya adalah
pelaksanaan pelayanan yang lebih efektif dan efisien oleh karena itu Perencanaan
tidak hanya patut dikerjakan, tetapi harus dikerjakan.
Keuntungan
Perencanaan dalam gereja dan pelayanan
Pada dasarnya ada
dua alasan membuat perencanaan yaitu :
- Manfaat protektif, yakni berkurangnya
kemungkinan membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan dan
- Manfaat positif, yaitu bertambahnya
keberhasilan dalam mencapai sasaran pelayanan.
Lebih penting lagi
perencanaan jangka panjang dapat menjadi sebuah sarana pembaruan dalam
kehidupan jemaat jika hal-hal berikut diperhatikan :
- Kesatuan jemaat dapat dicapai hanya jika semua segi
kehidupan gereja melihat dirinya sendiri sebagai bagian dari suatu
keseluruhan yang lebih besar dengan satu sasaran tunggal;
- Jika perencanaan kurang hati-hati, maka sering
terjadi persaingan antara kelompok-kelompok dalam gereja dan meniru
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.
- Tanpa perencanaan yang teroranganisasi,
kelompok-kelompok dalam gereja dapat merasa dirinya sebagai suatu tujuan
pada dirinya sendiri dan kehilangan perspektif dalam hubungannya terhadap
gereja
- Perencanaan jangka panjang dibutuhkan karena besarnya
tugas gereja (Lingren,1965)
Gereja dapat
memperoleh keuntungan dari proses perencanaan ini karena proses yang sistematis
dan berkelanjutan ini memungkinkan kita untuk :
- Menganalisa posisi gereja, yaitu dengan cara
analisis SWOT (singkatan dari Strengths, weaknesses, Opportunities,
Threats) yang menilai kekuatan, kelemahan internal gereja serta kesempatan
atau peluang dan ancaman dari eksternal gereja. Tanpa perencanaan yang
jelas dan berkelanjutan mustahil unsur ini diketahui.
- Menentukan Tujuan, sasaran, priorotas, dan strategi
yang dilengkapi dalam periode tertentu. Perencanaan akan memampukan gereja
untuk menilai sasaran yang telah ditetapkan dan akan menolong memotivasi
Majelis Jemaat dan Anggota Jemaat untuk bekerja bersama-sama guna mencapai
tujuan bersama.
- Mencapai komitmen dan kerjasama yang lebih besar dari
para Penatua / Diaken dan anggota jemaat yang diarahkan untuk menghadapi
tantangan dan menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh kondidi-kondisi
yang berubah-ubah,
- Mengarahkan sumber dayanya untuk menghadapi perubahan-perubahan
tersebut melalui antisipasi dan perisiapan. “Menyesuaikan diri atau mati”
adalah suatu peringatan yang sangat tepat
Bagaimana dengan
gereja kita? Apakah ketiga komponen pertumbuhan gereja itu telah berjalan
seimbang? Ingat, kehidupan bergereja tidak cukup hanya dengan ‘4-D’
(Datang, Duduk, Diam-dengar firman Tuhan, dan Duit-persembahan).
Sangatlah baik Jemaatnya dapat menjadi berkat bagi orang lain, baik lewat
kesaksian secara verbal yang mereka beritakan tentang Yesus kepada sesama maupun
lewat kehidupan nyata mereka sehari-hari, serta akan lebih baik kehadiran
gereja dan pelayanan dapat membawa dampak yang baik bagi masyarakat.
Kesimpulan:
Tulisan ini
berupaya untuk membangun keyakinan kita bahwa:
- Metode yang sukses digunakan dalam industri dapat
juga diterapkan dalam gereja dan pelayanan yaitu perlunya perencanaan
strategis (jangka panjang) dalam gereja dan pelayanan.
- Ada tempat bagi perencanaan dan manajemen yang lebih
baik agar gereja dan pelayanan kita berdampak pada lingkungan.
- Banyak pendeta dan pengurus gereja benar–benar
meyakini perlunya perencanaan.
- Kita tidak dapat saling menyalahkan atas banyaknya
kegagalan yang kita alami dalam gereja dan pelayanan .
- Di atas semua itu, Alkitab mendukung pemahaman yang terus berkembang tentang konsep perencanaan.
BAB IV
PENANAMAN GEREJA DAN PERTUMBUHAN GEREJA
Satu satunya metodologi penginjilan paling efektif di bawah
langit adalah menanam gereja–gereja baru. Hal ini tidak lepas dari peranan
denominasi–denominasi yang menanam gereja–gereja sehingga sebagai prioritas
tinggi dalam pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa denominansi yang bertumbuh
adalah denominasi yang menekankan pertumbuhan gereja. Dalam hal ini pelayanan
misi belum cukup tanpa penanaman yang benar untuk membangun sebuah gereja.
Peran serta dari mahasiswa–mahasiswa semininari berpotensi
tinggi untuk menjadi penanam–penanam gereja yang handal. Mungki dalam satu sisi
seorang gembala–gembala yang berpengalaman yang telah lama melayani juga handal
dalam penanaman jemaaat yang di laksanakan dengan kedewasaan dan hikmat.
Ternyata orang–orang yang lebuh muda yang masih mempunyai lebih banyak pilihan
dan fleksibilitas dapat dianggap mampu melakukan hal ini lebih baik.
Ada beberapa hal yang sangat penting saat menanam gereja-gereja
baru, terdapat 5 alasan penting diantaranya:
1.
Penanaman gereja iru alkitabiah, dalam
perjanjian baru penanaman gereja adalah memperluas pekabaran injil.
2.
Penanaman gereja berarti mempertahankan
kelangsungan denominasi, membangun gereja dengan semangat bagi keseluruhan
Tubuh Kristus secara Universal.
3.
Penananman gereja mengembangkan kepemimpinan
baru, hal ini membukam lebar pintu kepemimpinan dan tantangan pelayanan dan
selanjutnya seluruhnya Tubuh Kristus mendapat keuntungan.
4.
Penanaman gereja menstimulasi gereja-gereja yang
sudah ada, membangun keutuhan sebagai kerajaan Allah yang terpola dalam gereja–gereja
yang sebenarnya.
5.
Penanaman gereja itu efesien, merupakan cara
praktis membawa orang baru kepada Krsitus.
Kebutuhan
gereja–gereja baru merupakan bagian mendasar dalam strategi penginjilan di
daerah baru, karena ada kepentingan yang membutuhkan diantaranya:
a. Kepentingan
Alkitabiah , dimana pengutusan rasul untuk menanam gereja–gereja di daerah baru
b. Kepentingan
demografis, yaitu penyeberangan kebudayaan sehingga mampu termultiplikasi
pertumbuhan dan penanaman gereja–gereja baru.
c. Kepentingan
praktis, melaksanakan penginjilan efektif merupakan penginjilan penanaman
gereja- gereja baru.
d. Penamanan
gereja baru di daerah lama harus di fokuskan kepada pembaharuan gereja-gereja
yang sudah ada dengan metodologi yang baru sehingga dapat mencakup kembali
orang baru mengenal Kristus.
1.
MELENYAPKAN PENGHALANG–PENGHALANG
Prinsip utama bahwa generasi muda harus di injili di dalam
masanya sendiri. Salah satu implikasi langsung dari pesatnya perubahan budaya
adalah bahwa banyak orang muda tidak akan di menangkan bagi Kristus di gereja–gereja
orang tua mereka. Jadi generasi baru ini akan bangkit bagi kristus lewat
generasinya dan masanya. Ada enam cara bagai mana gereja–gereja baru dapat
berhasil.
1. Gereja–gereja
baru adalah kunci kebangunan Rohani, penanaman gereja baru adalah ladang
penginjilan. Dengan pengembangan strategi yang benar akan membuat pertumbuhan
gereja yang baik.
2. Gereja–gereja
baru bertumbuh lebih baik di bandingkan gereja–gereja lama, pertumbuhan
memeelukan usaha dari langkah–langkah gereja–gereja yang lebih baru. Gereja–gereja
baru lebih efesien dalam membabtis jemaat baru di bandingkan gereja–gereja tua.
- Gereja–gereja baru menyediakan lebih banyak pilihan bagi orang–orang tidak bergereja.
- Gereja–gereja baru menyediakan lebih banyak pilihan bagi orang–orang tidak bergereja.
3. Gereja–gereja
baru biasanya di butuhkan, gereja baru lebih menekankan penginjilan diman tugas
mereka lebih menonjol pada pelipatgandaan jemaat.
4. Gereja–gereja
baru membantu denominasi tetap hidup. Membantu peradapan dari
denominasi-denominasi tetap berlangsung dan sejalan.
5. Gereja–gereja
baru membantu memenuhi kebutuhan orang–orang Kristen yang sudah ada. Kebutuhan
yang diberikan gereja baru membangun pada pertumbuhan iaman dan kerohanian dan
bukan pertumbuhan perpindahan gereja. Ada beberapa keberatan yang di ajukan
pada penanaman gerja di mana hal ini menuntut dengan adanya biaya yang cukup
untuk membangun gereja–gereja yang baru, dengan asumsi bahwa gereja baru
menghabiskan banyak biaya untu pelaksanaannya dan juga pengutusan orang pada
gereja baru akan merusak persekutuan Kristen yang sudah lam. Namun pelaksanaan
penanaman gereja adala alat yang efektif dalam penginjilan. Selanjutnya
penanaman gereja bukan utuk mengambil domda gereja lain namun mendorong orang –
orang yang tidak bergereja dan memenuhi kebutuhan iman mereka.
2.
DASAR – DASAR PERENCANAAN
Bagaimana
untuk merencanakan sebuah gereja baru. Terdapat beberapa aspek yang perlu di
perhatikan di antaranya: Aspek Rohani, aspek ini sangat penting menekankan factor–factor
manusiawi yang selalu berhubungan dengan Ilahi. Perlu memperhatikan pekerjaan
Roh Kudus dalam pertumbuhan gereja. Prinsip utama pertumbuhan gereja adalah
mengetahui sebuah peperangan rohani dan senjata utama adalah doa. Maka dari itu
perlu perencanaan dalam sebuah pelayanan Doa, jadi ada beberapa hal yang perlu
di perhatikan diantaranya:
a. Pemimpin–pemimpin
sendiri harus memperbaiki kehidupan doa pribadi mereka.
b. Mengembangkan
kebiasaan doa kelompok atau bersama.
c. Merekrut
pendoa – pendoa syafaat bagi penanam gereja dan pemimpin – pemimpin lain.
d. Waspadalah
akan peperangan rohani.
Aspek
teknis adalah aspek kedua yang perlu di perhatikan dimana penanam gereja yang
baik mempunyai karateristik diantaranya:
a. Seorang
pekerja Kristen yang berkomitmen.
b. Seorang
yang berinisiatif.
c. Seorang
mau bertahan dalam kesepian. (dimana gereja baru di tantang sebagai pekerjaan
yang membosankan)
d. Dapat
bedaraptasi. Fleksibilitas satu cara pelayanan professional.
e. Memeiliki
tingkat iman yang tinggi.
f.
Suami/ istri dan keluarga yang mendukung dalam
pelayanan.
g. Kemauan
dan kesanggupan memimpin
h. Kepribadian
yang bersahabat.
i.
Dengan jelas di panggil Allah untuk menanam sebuah
gereja.
Mengenai jemaat perlu di perhatikan sebagai anggota gereja yang dilibatkan dalam pelayanan sehingga resiko tidak mengerti akan penanaman gereja dapat di hindari.
Mengenai jemaat perlu di perhatikan sebagai anggota gereja yang dilibatkan dalam pelayanan sehingga resiko tidak mengerti akan penanaman gereja dapat di hindari.
3. Dua
Belas Cara Yang Baik Untuk Menanam Sebuah Gereja
Ada beberapa metoda yang efektif dalam pertumbuhan gereja di antaranya adalah model–model modalitas dan model–model sodalitas. Model–model modalitas untuk penanaman gereja semuanya melibatkan satu gereja local yang melahirkan gereja lain. Dari empat metode pertama penanaman gereja mengasumsikan gereja induk akan melahirkan gereja–gereja anak dan inilah karateristiknya:
a. Bermukim.
Dimana dalam membangun gereja baru dimana kelompok inti di bentuk dari gereja
induk sendiri (gereja local yang membawahi gereja anak).
b. Kolonisasi,
ini merupakan bentuk bermukim yang lebih radikal. Dimana mereka akan memiliki
rumah, pekerjaam dan dan koloni di daerah sasaran komunitas.
Dalam kolonisasi bagi penanaman gereja di perlukan komitmen yang tinggi terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus.
Dalam kolonisasi bagi penanaman gereja di perlukan komitmen yang tinggi terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus.
c. Adobsi,
dengan akata lain mengadobsi orang lain sebagi bagian dalam keluarga Kristen.
d. Menjadi
orang Tua tanpa sengaja. Hal ini memberikan terapan sebagai penolong dalam doa
dan melayani dalam keharmonisan sebagai anggota gereja.
e. Model
satelit, ini merupakan merancang gereja dengan semi otonom. Dimana gembala
senior gereja pusat berfungsi juga gembala senior dari setiap satelit.
f.
Gereja – gereja multi jemaat, hal ini adalah gereja ii
melayanai beberapa kelompok etnis yang berbeda – beda. Gereja ini menutut
pelayanan yang mempunyai kemapuan khusu dalam pelayanan lintas budaya.
g. Model
multi lokasi. Dimana menyelenggarakan ibadah lebih dari satu kali setiap minggu
, ataupun memiliki anggaran dan property yang lebih yang dipegang oleh satu
gereja.
Model sdalitas. Merupakan focus model di luar gereja local dalam satu badan yang terpisah. Terdapat model-modelnya diantaranya.
Model sdalitas. Merupakan focus model di luar gereja local dalam satu badan yang terpisah. Terdapat model-modelnya diantaranya.
h. Tim
Misi. Penanaman gereja yang bertumbuh perlu tim Misi yang berbagai macam
karunia yang meningkatkan efesiensi pelayanan.
i.
Penanam gereja katalis. Di mana pelayanan yang pergi ke
suatu daerah baru dan mengembangkan kelompok inti bagi satu jemaat baru dan
kemudian berpindah dan melakukannya lagi di daerah lain.
j.
Gembala pendiri. Gembala pendiri di utus oelh badan
untuk membangun kelompik dan menggembalakn dapa periode yang tidak menentu.
Gembala mempunyai keahlian memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan pelayanannya.
k. Penanam
gereja independen. Dimana mereka setelah menanam lalu pergi dan kehendak mereka
sendiri.
l.
Penanan gereja rasuli. Dimana rasul mempunyai tugas
mengkonfirmasikan ladang dan pelayanan serta mengutus mereka untuk menanam
sebuah gereja. Dari beberap model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan karunia yang Tuhan berikan masing-masing bagi penanam gereja yang
baik.
4.
LOKASI: SEBUAH KEPUTUSAN PENTING.
Lokasi adalah tempat yang sangat penting jadi keputusan
pertama yang harus anda ambil adalah dengan memulai lokasi geografisnya dan
sasaran hadirinnya. Kemungkinan sangat besar adalah Allah memperlengkapi kita
untuk menanam sebuah gereja di antara orang–orang yang sangat menyerupai diri
kita sendiri. Penanaman gereja lintas budaya merupakan sebuah ladang istimewa
dimana mengerti keadaan geografos dan sasaran yang di tuju. Melakukan study
demografis adalah bagian proses penanaman gereja karena ada tiga alasan
diantaranya:
1. Karena
untuk mengindentifikasi sasaran hadirin. Ini merupakan cara yang tepat untuk
merencanakan pelayanan.
2. Menentukan
tanggapan. Hal ini untuk mengetahui tanggapan dari pesan pemberitaan pelayanan
kita.
3. Membangun
keyakinan. Antusiasme komunitas di pengaruhi oleh pemimpin yang mengerti sebuah
komunitas.
4. Lewat
adanya informasi yang tepat dari beberapa hal di atas kita akan mendapatkan
beberapa hal diantaranya:
5. Data
sensus, Komisi- komisi tata kota atau wilayah, Dewan pengurus sekolah,
Keperluan–keperluan umum, Universitas Lokal, Institusi keuangan, Kamar dagang,
Stasiun radio, Perpustakaan umum, perusahaan, Surat Kabar dan lain-lain.
5.
MEMBANGUN KELOMPOK INTI
Bagaimana kita menarik anggota–anggota dalam kelompok inti,
berikut adalah caranya tanpa kita harus berpatok pada metode yang ada:
a. Bermukim.
Penanam gereja lebih menyukai untuk merekrut tim inti yang tinggal dari gereja
induk, keuntungannya adalah fasilitas yang memedai dan menyenangkan serta
perhatian penuh dalam pelayanan. Pemberian tantangan ini memberikan potensi
untuk mengerti menanan gereja baru.
b. Pemahaman
Alkitab rumah Tangga. Pemahaman yang benar tentang Alkitab akan menyadarkan
mereka adalah bagian dan berkomitmen dalam gereja baru.
c. Dari
rumah–kerumah. Memeiliki kontak yang terus di ulang dan hadih kecil dalam
setiap kunjungan akan membawa dampak baik sehingga mereka terlibat dalam sebuah
gereja baru.
d. Doa
dari rumah ke rumah. Penggunaan doa membantu dalam penjangkauan dan permohonan
kebutuhan dari setiap keluarga yang di kunjungi.
e. Acara
anak–anak. Menyelenggarakan acara anak–anak adalah satu cara penjangkaun orang
tua mereka dan dapat melakukan pelayanan selanjutnya.
f.
Acara–acara orang dewasa. Acara ini di rancang untuk
memenuhi kebutuhan orang-orang dewasa.
g. KKR
penanaman gereja.
h. Iklan
adalah cara untuk mengetahui tanggapan pekabaran gereja baru.
i.
Telepon. Adalah cara terakhir untuk mengetahui keadaan
dan kesanggupan kelompok inti yang akan dibentuk.
6.
GO PUBLIK
Beberapa daftar penting sebelum kelompok inti untuk mengambil
langkah dan menjadi sebuh gereja. Hal pertama yang perlu di perhatikan adalah
mengenai dinamikan Rohani. Di dalam dinamikan rohani ada beberapa hal–hal yang
penting diantaranya:
a. Kasih,
kasih adalah buah daro Roh Kudus yang paling utama, jadi perlu kelompok inti
memperlihatkan kasih dengan tindakan–tindakan. Hal tindakan ini dengan
mengesampikan perasaan–perasan lain, hanya dengan keintiman untuk merangkul
pendatang–pendatang baru pada saat gereja go publik.
b. Iman,
ini harus menjadi karateristik yang wajib dimiliki kelompok inti.
c. Doa,
doa sejalan dengan firman Tuhan, jadi kolompok inti wajib memiliki komitmen di
doa dalam segala aspek. Di dalalam fisolosofi pelayanan berbicara mengenai
“siapa” dan “bagaimana” serta “bagaimana menjangkau mereka” jadi perlu filosofi
pelayanan yang baik diantaranya.
d. Filosofi
pelayanan itu eksplisit, harus tertulis jadi ada dokumen, dan di padatkan dalam
sebuah dokumen yang mampu di baca bagi orang lain.
e. Filosofi
pelayanan saling berkaitan. Peran Roh kudus dalam pelayanan dan peran serta
kesatuan antara gembala dan jemaat perlu di pupuk.
f.
Filosofi pelayanan perlu menjadi sebuah keyakinan.
g. Filosofi
pelayanan harus stabil.
Filosofi
pelayanan perlu terbuka terhadap modifikasi. Dalam kepemimpiann awam sangat
baik memperkenalkan orang–orang wam kepada pelayanan dengan cara ini menolong
mereka menemukan, mengembangkan dan memakai karunia roh mereka. Nama untuk
pendirian dalam sebuah gereja penting sebagai ciri utama dari gereja yang akan
di bangun.
BAB
V
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah mempejari lebih
jauh dan lebih dalam mengenai “Pelaksanaan Misi Yang dilakukan Melalui
Penanaman Gereja”. Sangatlah penting dalam kehidupan kekristenan saat
ini. Karena Tuhan Yesus Kristus menyatakan misi-Nya kepada murid-murid-Nya,
supaya mereka dapat memberitakan misi-Nya itu kepada orang banyak.
Misi Tuhan Yesus
Kristus adalah Kabar tentang Keselamatan oleh Allah dapat tersampaikan kepada
orang banyak. Tuhan Yesus Kristus dengan segala cara, Ia menyampaikan Kabar
tentang Keselamatan kepada orang banyak di bumi Israel. Gereja sebagai Umat
Allah itu ada, karena Allah menghendakinya (Missio Dei). Gereja ada bagi tujuan
TUHAN yang kekal, membawa shalom (Missio Ecclesiae). Gereja yang membawa
shalom adalah Gereja yang bertumbuh. Gereja akan bertumbuh apabila ia melaksanakan
Amanat Agung Yesus Kristus yang dilakukan dengan ketaatan serta kesetiaan penuh
kepada tugas misi. Gereja yang
bertumbuh melalui PENGINJILAN dan PENANAMAN GEREJA, dilakukan dengan:
1.
Pergi;
2.
Mengajar dan
3.
Membaptis
4.
Menjangkau jiwa pada tempat baru
Apabila gereja melaksanakan Amanat Agung TUHAN
Yesus dengan setia dalam MISI melalui Pengjinjilan dan Penanaman Gereja, maka
Gereja pasti bertumbuh secara KUALITAS, KUANTITAS serta ORGANIK, sehingga TUHAN
Allah dimuliakan (Roma 11:36), dan dunia diberkati-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Naomi Meilyna Tjahyana Hadi, Jakarta, July 16,
2009, Published to Christian Magazine “TRUTH
3.
Majalah Anugera Edisi Januari 2012, Jakarta
4.
Migliore, Henry R dkk, 2010, Perencanaan Strategis
Dalam Gereja dan Pelayanan dari Konsep menuju Keberhasilan, BPK Gunung
Mulia: Jakarta
5.
Migliore, Henry R dkk, 2010, Perencanaan Strategis
Dalam Gereja dan Pelayanan dari Konsep menuju Keberhasilan, BPK Gunung
Mulia: Jakarta
6. Strategi
dalam Kepemimpinan Kristen, Artikel Sabda.orang
[2]Pdt
Peter Rhee, Misi Perkotaan, (Jakarta: HITS,1998),hal 3.
[3]H
Venema, Injil untuk Semua Orang, (Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih,1997),3.
[4]J
Verkuyl dalam bukunya Pembimbing ke Dalam Ilmu Pekabaran Injil Masa Kini,
(Malang: Gandum Mas),hal 9.
[5]M.
K. Drust, Missiologie, (USA: Grand Rapids,1987), hal 144.
[6]William
P.hb. Kilis, Peranan Misioner dalam Perintisan Gereja,(Jakarta: HITS,2002),12.
No comments:
Post a Comment