Tuesday, January 22, 2019


BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan Misi adalah tugas yang diembankan oleh Allah kepada manusia dengan inisitif dari Allah bagi manusia supaya manusia itu dapat mempraktekkan semua Firman-Nya, yaitu mengenai memberitakan kabar Sahlom kepada umat manusia yang sudah tidak memiliki Sahlom ketika manusia pertama itu berdosa.
Dalam Makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana “Pelaksanaan Misi Yang dilakukan Melalui Penanaman Gereja”. Allah mengehendaki bahkan Allah yang terlibat dan berkarya dengan misi-Nya, yaitu untuk menyelamatkan manusia berdosa atau seluruh umat manusia yang hilang dari jalan kebenaran Allah.
Semua orang yang sudah menerima atau meresponi kasih karunia Allah, harus terbeban untuk memberitakan kasih Tuhan Yesus Kristus yang besar itu kepada orang banyak yang belum mengenal Allah yang hidup melalui Tuhan kita Yesus Kristus.
Untuk memberitakan kabar Shalom (kabar damai sejahtera) kepada semua umat manusia yang tidak mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah tugas semua orang percaya. Semua orang yang sungguh mengenal dan beribadah kepada Allah yang hidup serta sungguh-sungguh mengasihinya, dengan kesadarannya akan mewartakan kabar Shalom kepada orang-orang yang membutuhkannya.





BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, peneliti akan memaparkan Pemahaman Misi, Pemahaman Penanaman, Pemahaman Gereja, yang berkaitan dengan topik dari tugas yang akan dikerjakan oleh peneliti. Adapun perihal tersebut adalah sebagai berikut ini:

1.    PEMAHAMAN MISI DALAM KONTEKS ALKITAB
Sebelum mengetahui, lebih lanjut mengenai pelaksaan misi melalui penanaman gereja, penulis akan memberikan paparan mengenai asal usulnya misi. Karena penanaman gereja tidak terlepas dari misi Allah yang mengembangtugaskan kepada manusia.
Ilmu pengetahuan misi, adalah wilayah lingkup teologi yang mempelajari mandat, pesan dan karya misionaris Kristen. Misiologi adalah refleksi multi-disipliner dan cross-cultural pada semua aspek penyebaran agama Kristen, meliputi teologi, antropologi, sejarah, geografi, teori dan metode komunikasi dan metodologi.
Ilmu pengetahuan misi mempelajari akibat positif dan negatif dan strategi penyebaran Kristen. Misiologi juga mempelajari dampak evangelisasi dan amal.
Salah satu tujuan misiologi adalah memisahkan antara praktik yang penting untuk Kristen dan praktik Kristen yang dapat bervariasi di antara komunitas-komunitas namun masih menyatakan kepercayaannya pada agama Kristen[1].






2.    PEMAHAMAN PENANAMAN
Penanaman Gereja adalah Penginjilan yang bertujuan memuridkan masyarakat terabaikan pada lokasi-lokasi strategis dengan tujuan untuk mendirikan jemaat lokal baru.” Penanaman Gereja terfokus pada penghadiran kesaksian Kristen di daerah terabaikan
“Penanaman Gereja adalah pendekatan Penginjilan yang dilakukan di dalam dan melalui Gereja Lokal dengan tujuan menjangkau masyarakat terabaikan guna mendirikan gereja-gereja baru yang menghasilkan pertambahan-pertumbuhan jemaat mandiri”

3.    PEMAHAMAN GEREJA
Gereja adalah perkumpulan dari orang-orang yang sungguh-sungguh berserah kepada-Nya, untuk memuliakan Dia. Tuhan memanggil setiap orang yang dari kegelapan kepada terang-Nya, yang ajaib itulah yang disebut jemaat atau gereja. Gereja adalah bukan hanya fisik gedung bangunan fisik, namun gereja adalah sekumpulan jemaat yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang Kristus yang ajaib.









BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN MENGENAI MISI
          Misi adalah inisiatif Allah bagi dunia untuk mau menyelamtkan manusia berdosa. Allah berkehendak supaya manusia berdosa dapat memperoleh hidup yang kekal bersama-Nya, apabila manusia berdosa tersebut meresponi kasih karunia Allah yang besar bagi dunia ini.
          Misi adalah Tuhan Yesus Kritus yang menunjukan kepada manusia untuk pelayanan ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia berdsa yang telah menghilang oleh dosa dari kehidupan kepada kematian yang kekal. Namun oleh inisiatif Allah mengutus misi-Nya kedalam dunia untuk menyelamatkan dunia dengan cara-Nya yang ajaib dan sempurna.

            Prinsip Dasar Misi
Menurut henk ten napel dalam bukunya kamus teologia, mengatakan bahwa misi itu berasal dari kata “mission” yang berarti: Mission (l. Missio pengutusan/mittere mengutus) mempunyai pengertian:
1.      Pengutusan;
2.      Misi, pekabaran injil;
3.      Dakwah home mission pekabaran injil di dalam negeri, theology of mission
Jadi, Misiologi adalah ilmu tentang pengabaran injil.
Menurut pdt. Peter rhee dalam bukunya diktat hits tentang misi perkotaan bahwa:  pengertian lain dari kata “misi berasal dari perkataan latin – mission yang berarti:“utus”[2].
Missio berasal dari bahasa Latin yang berarti pengutusan, sama dengan kata Yunani “Apostole”. Sebenarnya dalam bahasa Yunani dipakai dua kata: apostello (mengutus) dan pempo (mengirim). Dalam Yohanes 20:21, kedua kata ini dipakai dalam satu ayat: “sama seperti bapa mengutus (apoeksello) aku, demikian juga aku mengutus (pempo, mengirim) kamu.” Kata kerja latin mittio (mengirim) digunakan sebagai terjemahan untuk kedua kata yunani “apostello dan pempo”. Dalam bahasa belanda kata missio diterjemahkan “zending (pengutusan)”. Kata ini biasanya dipakai juga dalam bahasa indonesia.[3]
Berdasarkan Yohanes 20:2 diatas kata missio (pengutusan), H. Venema membagi tiga pengetian yaitu sebagai berikut:

  1. “Missio Dei” Pengutusan Oleh Allah
Allah sendiri berindak sebagai subjek segala pengutusan, terutama pengutusan anak-nya. Allahdialah pengutus agung.
2.      “Missio Fillii” Pengutusan Oleh Anak.  Kristus Diutus
Yesus kritus diutus (dalam arti khusus dialah yang disebut : missio dei), tapi mengutus juga yaitu rasul-rasul-nya dan gereja-Nya.
3.      “Missio Ecclesiae” Pengutusan Oleh Gereja
Pengutusan Allah dan anak dilanjutkan oleh gereja.

Menurut Kamus Latin bahasa Indonesia, Missio berasal dari kata Mitto yang mempunyai arti sebagai berikut:
  1. Pengiriman; hal mengutus
  2. Hal membiarkan pergi seperti
    1. Pembebasan (orang twanan/tahanan)
    2. Pemberhentian (dari dinas militer)
Misi, mitto mempunyai arti:
  1. Menyebabkan pergi
  2. Membiarkan pergi
    1. Membebaskan
    2. Melepaskan
Pada umumnya perkataan misi (utus), lazim dipakai dengan istilah perkataan penginjilan (PI). Sebelumnya perkataan tersebut hanya dipakai untuk suatu penginjilan bagi gereja katolik roma, sedangkan untuk panggilan gereja-gereja protestan sering digunakan kata “zending” (mempunyai arti sama), pada masa sekarang ini misi sama dengan penginjilan. Menurut H. Venema dalam bukunya injil untuk semua orang, mengatakan bahwa definisi misi atau penginjilan adalah:
Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus juru selamat dunia, untuk melaksanakan perintah-Nya demi kemuliaan tuhan yaitu memanggil semua orang di dunia dan mengabarkan kepada mereka injil kerajaan Allah, supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan penghakiman. Hingga menjadi keluarga kerajaan-nya yang melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya.
Sedangkan menurut j verkuyl dalam bukunya pembimbing ke dalam ilmu pekabaran injil masa kini, mengatakan bahwa: “misiologi adalah pengkajian karya keselamatan bapa, anak, dan Roh Kudus yang diseluruh dunia terarah kepada realisasi kerajaan Allah.”[4]
Menurut M. K. Dust dalam bukunya missiologie, mnegutip perkataan J. Douma Dtusalam bukunya Orientatie De Theologie, memberi definisi sebagai berikut: “Penginjilan adalah pelaksanaan perintah jabatani yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada gereja dalam nama bapanya, yaitu untuk menyebarkan injil kerajaan dalam zaman Roh Kudus ini menjadi kesaksian bagi semua bangsa sampai ujung-ujung bumi.”[5]
Menurut William PHB. Killis dalam skripsinya  peranan misioner dalam perintisan gerej, mengatakan bahwa: “suatu sikap pengabar injil (orang yang diutus) dalam memperkatakan dan menyikapi serta menyaksikan kebenaran firman tuhan (injil) kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus dan di bawah pimpinan kuasa Roh Kudus menjadi suatu pertobatan yang sungguh-sungguh dengan tujuan nama tuhan yang dimuliakan, oleh segenap bangsa-bangsa di dunia.”[6]
Misi (Mission) berasal dari bahasa Latin “missio” dari kata “mittere,” “missum,” artinya “to send” (mengirim/ mengutus), “act of sending; being sent or delegated by othority/ persons sent, etc.”  Istilah ini dalam bahasa Yunani ialah “apostello  yang berarti mengirim dengan otoritas.
Jadi, pengutusan Allah berdasarkan otoritas mengirim dengan otoritas, Misi dan penginjilan saling berhubungan erat di mana misiologi telah dianggap induk dari semua ilmu misi termasuk ilmu penginjilan. Dengan demikian, di dalam misi ada penginjilan dan di dalam penginjilan dapat ditemukan misi (pengutusan). Teologi yg benar bersumber dari Tuhan Allah, semua teologi yang berbicara di luar Allah yang adalah sebagai Pencipta dan Pemelihara umat manusia dan segala makhluk bahkan segala jenis tumbuh-tumbuhan, adalah teologi yang tidak benar. Karena sumber teologi yang benar atau bahkan teologi yang sempurna hanya ada di dalam Tuhan Allah dan melalui Tuhan kita Yesus Kristus dapat kita memperoleh dan mempraktekkannya.

n  Misi juga dijelaskan dengan istilah “prosthetics,”  yang berasal dari kata “prostithenai” (KPR 2:41, 47; 11:24). Abraham Kuyper mengaitkan misi dengan tindakan “TUHAN yang menambahkan bilangan orang-orang yang diselamatkan ke dalam jemaat-Nya.”
n  Dalam penggunaanya, istilah  di atas ini digabungkan dengan kata “auxanics” yang berarti “bertambah dan berkembang keluar” dan “halieutics” yang artinya menjala orang. Istilah-istilah ini mengaitkan misi dengan pengjinilan dan pertumbuhan gereja, dalam pengertian yang lebih sempit dan terfokus kepada pertumbuhan gereja
n  Secara operasion pengguna bahasa Inggris memakai dua kata, yaitu ”mission” dan “missions” untuk menjelaskan istilah misi. Dr. Donald A. McGavran, penganjur dari gerakan pertumbuhan gereja (church growth movement), mendefinisikan “mission” sebagai “God’s program for humans” (1994:20) yang menekankan seluruh aspek teologi dari misi. 
n  Kata “missions” dijelaskan sebagai “the task of mission” oleh Dr. Charles van Engen yang menekankan tentang aspek dan nilai praksis dari misi.  Berdasarkan uraian ini misi (mission) adalah misi Allah (Missio Dei) sedangkan misi (missions) adalah tugas dari misi Allah yang dipercayakan oleh Allah kepada umat-Nya (Missio Ecclesiae). 
n  Misi adalah “rencana pengutusan Allah (missio Dei) yang kekal yang (untuk) membawa shalom kepada manusia (umat-Nya) dan segenap ciptaan-Nya demi kejayaan kerajaan-Nya yang membawa kemuliaan bagi nama-Nya.” Tujuan tertinggi dari misi Allah yang membawa shalom itu adalah “kerajaan Allah” atau pemerintahan Allah (the kingdom of God).
Misi secara inklusive, 
n  PENGINJILAN. Penginjilan adalah rancangan dan karya Allah yang mencipta bagi diri-Nya suatu umat untuk bersekutu, menyembah serta melayani Dia secara utuh-serasi bagi kejayaan kerajaan-Nya.” Definisi ini mengaitkan misi (mission) dengan penginjilan sebagai  rencana shalom bagi semua umat manusia.
n  Penginjilan ialah proses pelaksanaan tanggung jawab umat Allah memberitakan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus kepada orang (orang-orang) berdosa dengan memanggil mereka kepada iman dan pertobatan (kepada Allah di dalam Yesus Kristus) melalui menyambut Dia (Yesus Kristus) sebagai Juruselamat pribadi serta melibatkan dia/mereka ke dalam gereja untuk menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab.”
Kesimpulan Sementara: Jadi,

PEMBAHASAN MENGENAI PENANAMAN GEREJA
Dalam bagian ini, peneliti akan membahas mengenai
Dalam pikiran sebagaian pengguna perencanaan terdapat kesan bahwa perencaanaan kadang-kadang menjadi tujuan akhir. Hal ini secara khusus benar jika perencanaan hanyalah tanggung jawab dari suatu kepanitiaan dalam gereja. Team work dapat memfasilitasi proses perencanaan strategis, tetapi proses itu tidak akan mendarah daging secara dinamis dalam kegiatan organisasi tanpa keterlibatan yang terus-menerus dari Pendeta dan Penatua / Diaken, ada satu ucapan presiden Eisenhower yang sering dikuti berbunyi ,” Rencana tidak ada apa-apanya, tetapi perencanaan adalah segalanya”. Keyakinan yang ia ungkapkan adalah bahwa rencana aktual itu sendiri bukanlah tujuan akhir, tetapi proses perencanaan-pengembangan skenario masa depan, menilai lingkungan dan persaingan, menilai kekuatan dan kemampuan internal, merevisi tujuan dan taktik-adalah dialog organisai yang terpenting. Hasil akhirnya adalah pelaksanaan pelayanan yang lebih efektif dan efisien oleh karena itu Perencanaan tidak hanya patut dikerjakan, tetapi harus dikerjakan.
 Keuntungan Perencanaan dalam gereja dan pelayanan
Pada dasarnya ada dua alasan membuat perencanaan yaitu :
  1. Manfaat protektif, yakni berkurangnya kemungkinan membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan dan
  2. Manfaat positif, yaitu bertambahnya keberhasilan dalam mencapai sasaran pelayanan.
Lebih penting lagi perencanaan jangka panjang dapat menjadi sebuah sarana pembaruan dalam kehidupan jemaat jika hal-hal berikut diperhatikan :
  1. Kesatuan jemaat dapat dicapai hanya jika semua segi kehidupan gereja melihat dirinya sendiri sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar dengan satu sasaran tunggal;
  2. Jika perencanaan kurang hati-hati, maka sering terjadi persaingan antara kelompok-kelompok dalam gereja dan meniru pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.
  3. Tanpa perencanaan yang terorganisasi, kelompok-kelompok dalam gereja dapat merasa dirinya sebagai suatu tujuan pada dirinya sendiri dan kehilangan perspektif dalam hubungannya terhadap gereja
  4. Perencanaan jangka panjang dibutuhkan karena besarnya tugas gereja (Lingren,1965)
Gereja dapat memperoleh keuntungan dari proses perencanaan ini karena proses yang sistematis dan berkelanjutan ini memungkinkan kita untuk :
  1. Menganalisa posisi gereja, yaitu dengan cara  analisis SWOT (singkatan dari Strengths, weaknesses, Opportunities, Threats) yang menilai kekuatan, kelemahan internal gereja serta kesempatan atau peluang dan ancaman dari eksternal gereja. Tanpa perencanaan yang jelas dan berkelanjutan mustahil unsur ini diketahui.
  2. Menentukan Tujuan, sasaran, priorotas, dan strategi yang dilengkapi dalam periode tertentu. Perencanaan akan memampukan gereja untuk menilai sasaran yang telah ditetapkan dan akan menolong memotivasi Majelis Jemaat dan Anggota Jemaat untuk bekerja bersama-sama guna mencapai tujuan bersama.
  3. Mencapai komitmen dan kerjasama yang lebih besar dari para Penatua / Diaken dan anggota jemaat yang diarahkan untuk menghadapi tantangan dan menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh kondidi-kondisi yang berubah-ubah,
  4. Mengarahkan sumber dayanya untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut melalui antisipasi dan perisiapan. “Menyesuaikan diri atau mati” adalah suatu peringatan yang sangat tepat
Bagaimana dengan gereja kita? Apakah ketiga komponen pertumbuhan gereja itu telah berjalan seimbang?  Ingat, kehidupan bergereja tidak cukup hanya dengan ‘4-D’ (Datang, Duduk, Diam-dengar firman Tuhan-, dan Duit-persembahan).  Sangatlah baik Jemaatnya dapat menjadi berkat bagi orang lain, baik lewat kesaksian secara verbal yang mereka beritakan tentang Yesus kepada sesama maupun lewat kehidupan nyata mereka sehari-hari, serta akan lebih baik kehadiran  gereja dan pelayanan dapat membawa dampak yang baik bagi masyarakat.

Kesimpulan
Tulisan ini berupaya untuk membangun keyakinan kita bahwa :
  • Metode yang sukses digunakan dalam industri dapat juga diterapkan dalam gereja dan pelayanan yaitu perlunya perencanaan strategis (jangka panjang) dalam gereja dan pelayanan.
  • Ada tempat bagi perencanaan dan manajemen yang lebih baik agar gereja dan pelayanan kita berdampak pada lingkungan.
  • Banyak pendeta dan pengurus gereja benar –benar meyakini perlunya perencanaan.
  • Kita tidak dapat saling menyalahkan atas banyaknya kegagalan yang kita alami dalam gereja dan pelayanan .
  • Di atas semua itu, Alkitab mendukung pemahaman yang terus berkembang tentang konsep perencanaan

[1] Naomi Meilyna Tjahyana Hadi, Jakarta, July 16, 2009,  Published to Christian Magazine “TRUTH
[2] Pdt Theopilus Maupah. S.Th., Papua, 2010, Gereja yang bertumbuh, BPK
[3] Majalah Anugera Edisi Januari 2012, Jakarta
[4] Migliore, Henry R dkk, 2010, Perencanaan Strategis Dalam Gereja dan Pelayanan dari Konsep menuju Keberhasilan, BPK Gunung Mulia:    Jakarta
[5] Migliore, Henry R dkk, 2010, Perencanaan Strategis Dalam Gereja dan Pelayanan dari Konsep menuju Keberhasilan, BPK Gunung Mulia:    Jakarta
[6] Strategi dalam Kepemimpinan Kristen, Artikel  Sabda.org

Donald A. McGavran dalam bukunya yang berjudul "Understanding Church Growth" (Memahami Pertumbuhan Gereja) dan Howard Snyder dalam bukunya yang berjudul "Orientations for Starting Urban Churches" (Orientasi untuk Merintis Gereja di Daerah Perkotaan) mengemukakan pokok-pokok dasar bagi keberhasilan perintisan gereja. Prinsip- prinsip ini universal sifatnya dan dapat diterapkan di negara mana saja di dunia ini. Prinsip-prinsip ini dapat berfungsi di kota besar ataupun kecil.

1.     Carilah orang yang mempunyai karunia untuk merintis ladang baru.
Setiap gereja mempunyai kaum awam dan penginjil yang mempunyai karunia untuk memberitakan Injil dan membuka ladang baru. Menurut Efesus 4:11,12, pekerjaan seorang pemimpin para perintis penginjilan dan utusan Injil ialah memperlengkapi orang-orang kudus (kaum awam) untuk melaksanakan pelayanan mereka.

2.     Mengembangkan kepemimpinan kaum awam.
Mengembangkan kepemimpinan kaum awam adalah dasar utama untuk merintis jemaat baru di daerah dimana tidak ada gereja. Tidak ada cukup banyak pendeta untuk mencapai sasaran ini, maka diperlukan peranan dan usaha kaum awam. Pekerjaan utama seorang pemimpin para perintis ialah memperlengkapi kaum awam dalam pelayanan. Efesus 4:11,12 mengatakan bahwa Allah memberi gereja setempat "rasul-rasul (utusan Injil], nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala- gembala, dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi umat Allah bagi pekerjaan-pelayanan dalam membangun tubuh Kristus."
Seorang pendeta gereja setempat pernah berkata, "Kalau Anda mengizinkan kaum awam membaptis, dsb. apa yang akan saya lakukan? Pendeta yang berkata begitu hanya sedikit pengetahuannya tentang peranan Alkitabiah seorang pendeta. Para pendeta, utusan Injil, dan pemimpin perlu memusatkan perhatian pada dua peranan utama mereka yang penting:
a.     Latihlah kaum awam untuk menjadi penginjil. Para penginjil ini akan mempunyai kedewasaan rohani untuk menjadi perintis.
b.     Latihlah para pemimpin setempat dan/atau para penginjil yang akan sesegera mungkin melaksanakan kepemimpinan pekerjaan pelayanan itu. Penting sekali bagi para pemimpin setempat untuk dilatih melakukan doktrin-doktrin Alkitabiah, seperti misalnya bagaimana mengadakan saat teduh, bagaimana mengalami pertumbuhan iman, dan bagaimana berpartisipasi dalam kepemimpinan gereja.

3.     Miliki pengertian Alkitabiah yang mendalam tentang sifat gereja.
Tidak mungkin kita dapat merintis sesuatu kalau Anda tidak mengetahui apa yang Anda rintis. Apakah yang dinamakan gereja? Gereja adalah sekelompok orang Kristen yang sudah dibaptis, yang dipersatukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan berikut ini: 

a.     Pujian dan Penyembahan (ini mencakup pelaksanaan baptisan dan perjamuan Tuhan)
b.     Penginjilan
c.     Pemuridan
d.     Pelayanan
e.     Persekutuan
            Apakah sifat sebuah gereja? Apa ciri-cirinya?
f.      Mengelola sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.
g.     Mendukung sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.
h.     Melipatgandakan sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.

4.     Mengenali daerah-daerah yang terbuka.
Salah satu cara untuk menentukan daerah mana yang akan lebih terbuka ialah dengan mengamati di mana sedang terjadi perubahan besar dalam bidang sosial. Di daerah-daerah itu, penginjil perintis akan mampu menemukan orang-orang yang akan bersikap terbuka terhadap Injil.
Cara lain untuk menemukan orang-orang yang bersikap terbuka ialah dengan jalan mencari mereka yang karena tertimpa krisis merasa sangat memerlukan Tuhan. Ini dapat terjadi pada siapa saja, apa pun kelas sosialnya. Kadang-kadang, mereka yang kaya mempunyai konflik yang lebih besar dengan anak-anaknya mengenai masalah obat-obatan terlarang dan berbagai persoalan sosial lainnya. Injil mempunyai jawaban bagi kebutuhan orang-orang dalam semua lapisan masyarakat di dunia ini. Pekerjaan kita ialah menemukan orang-orang itu dan memberitakan kabar tentang Kristus pada mereka.

5.     Dengan gencar sampaikanlah berita tentang iman di dalam Kristus.
Tidak ada yang lebih penting daripada itu. Rasul-rasul mempunyai berita tentang pertobatan dan keselamatan di dalam Kristus. Mereka menyampaikan berita itu dengan gencar sekali, sehingga mereka menjangkau seluruh dunia. Pada zaman sekarang ini, kita perlu melakukan hal yang sama! Mazmur 126:6 berkata, "Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." Kalau Anda tidak menuai dalam pelayanan Anda, mungkin Anda tidak menabur dengan benar. Bertanyalah kepada diri sendiri, berapa banyak orang yang mendengar kesaksian Anda tentang Kristus minggu lalu dan menerima undangan untuk diselamatkan? Penginjilan melalui kehadiran kita (hanya hadir) tidaklah cukup. Penginjilan melalui pemberitaan (hanya memberitakan Injil) tidaklah cukup. Harus ada penginjilan yang meyakinkan. Penginjilan yang meyakinkan terjadi ketika Anda berusaha meyakinkan seseorang, sehingga ia menyerahkan kehidupannya kepada Yesus Kristus yang menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.
Kapan Anda terakhir kali berdoa, menangisi jiwa-jiwa yang tersesat, dan memohon agar mereka diselamatkan?

6.     Tekankan pembentukan jemaat baru di rumah-rumah.
Paulus berkhotbah tentang Injil kepada kaum Yahudi dan non-Yahudi. Sesudah ia berkhotbah tentang Injil di kota, petobat-petobat baru bersekutu di tempat yang tepat. Kadang-kadang mereka bersekutu di rumah orang-orang yang baru Menjadi Kristen. Adakalanya juga mereka memakai tempat umum seperti di sebuah gedung atau sekolah.
Berikut ini adalah tempat pertemuan mereka: 

  1. Kisah Para Rasul 16:40  ==> di rumah Lidia, di Filipi
  2. Kisah Para Rasul 17:5,6 ==> di rumah Yason, di Tesalonika
  3. Kisah Para Rasul 18:7   ==> di rumah Titus Yustus, di Korintus
  4. Kisah Para Rasul 19:9   ==> di sekolah Tiranus, di Efesus
  5. Kisah Para Rasul 20:20  ==> Paulus mengajar di muka umum dan juga
                                 dari rumah ke rumah
 
Paulus berkhotbah di Tesalonika hanya untuk beberapa minggu, tetapi bagaimanapun juga ia berhasil membentuk jemaat yang kuat di kota itu dan menyerahkannya ke dalam tangan kaum awam di Tesalonika.
Ia tinggal di Efesus selama dua tahun, mengajar di ruang kuliah di Tiranus (Kisah Para Rasul 19:9). Apa hasilnya? Semua orang di seluruh daerah Asia Kecil mendengar Firman Allah (Kisah Para Rasul 19:10,20). Paulus tidak melakukan hal itu seorang diri! Ia selalu memuridkan kaum awam untuk menggenapi pesan Tuhan. Surat 2Timotius 2:2 berkata, "Apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." Ayat ini dengan jelas menyingkapkan rahasia keberhasilan Paulus. Ia menggenapi amanat Yesus yang memerintahkan kita untuk menjadikan orang-orang murid-Nya.

Karena tingginya harga tanah dan bangunan, maka dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, khususnya di kota-kota besar, perlu sekali ditekankan pentingnya memulai jemaat baru di rumah-rumah. Di mana-mana orang-orang Kristen merasa perlu bersatu untuk memuji Tuhan dan bersekutu dengan satu sama lain. Ini tidak memerlukan sebuah gedung atau pusat peribadahan, apalagi bila masih pada tahap permulaan. Dengan memakai rumah-rumah, gereja dapat bertumbuh tanpa dibebani biaya untuk menyewa atau membeli gedung.
Masalah yang timbul bila hendak menyewa ataupun membeli gedung ialah masalah harga. Di kota-kota kecil, harga untuk sebuah tempat pertemuan masih dapat terjangkau. Tetapi di kota-kota besar, seringkali tidak demikian halnya. Oleh karena itulah, baik sekali bila kita menggunakan rumah-rumah, halaman belakang, atau tempat- tempat serupa lainnya sejak mula.

Dari pengalaman, diketahui bahwa orang-orang yang menjadi percaya berlipat ganda kalau sebuah gereja bertempat di lingkungan yang biasa, dimana orang-orang yang hadir dapat berperan serta tanpa merasa terancam. Juga penting untuk diperhatikan bahwa dengan memakai metode ini kita akan lebih mudah menerobos daerah-daerah dan kota-kota.

Salah satu masalah terbesar dari gereja (jemaat) yang berkumpul di rumah-rumah ialah: Hal itu dipandang sebagai kegiatan yang sementara. Tetapi jemaat yang baru terbentuk ini dapat memanfaatkan masa-masa permulaan itu untuk menabung uang, sehingga dikemudian hari dapat menyewa sebuah ruangan atau membeli gedung.

Sasaran kita ialah mempersiapkan ladang baru untuk memakai sumber- sumbernya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari luar. 

7.     Adakanlah kebaktian yang dapat dinikmati, dimana orang percaya akan bersukacita.
Ketika kita berada di hadapan Tuhan, kita mendekat kepadaNya dengan hati yang tulus. Dalam Matius 6:9-13, Allah mengatakan agar kita mendekati takhta-Nya dengan puji-pujian. Oleh karena itu, puji- pujian adalah tanggapan kita terhadap kebenaran dan kebaikan Allah. Kita memusatkan seluruh perhatian kita pada sifat-sifat Allah, siapa Dia (ucapan syukur adalah tanggapan terhadap apa yang sudah dilakukan Allah bagi kita). Ia kekal, Mahakuasa, Mahahadir, dan Mahatahu. Ia adalah EL-SHADDAI (EL=kebenaran, SHADDAI=mahakuasa). Ia adalah JEHOVAH JIREH (Allah menyediakan). Ia adalah JEHOVAH ROPHE (Tuhan yang menyembuhkan).
Ada banyak sifat lainnya yang dimiliki Allah. Puji-pujian merupakan suatu penyembahan atas siapa Allah. Ini adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati seseorang dan dapat dinyatakan melalui berbagai cara.

8.     Jangan menaruh beban "materi" pada orang-orang.
Lebih baik sebuah nukleus orang-orang Kristen terbentuk dengan kuat sebelum membicarakan hal-hal seperti honor pengkhotbah, properti, dan proyek pembangunan gedung ibadah.

9.     Sejak awal, miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat.
Miliki prioritas untuk melipatgandakan jemaat dengan dua prinsip berikut ini:
a.     Merintis beberapa gereja pada waktu yang bersamaan melalui pelatihan kaum awam.
b.     Latihlah orang-orang percaya di ladang yang baru itu supaya mereka mempunyai visi untuk merintis jemaat-jemaat baru. Ini dapat diajarkan dengan jalan memakai metode yang tidak langsung, yaitu pemahaman Alkitab atau melalui pelatihan yang diberikan kepada mereka untuk menyampaikan cerita Alkitab atau melalui metode lainnya.

1. Pertumbuhan gereja dan Penanaman Gereja
Satu satunya metodologi penginjilan paling efektif di bawah langit adalah menanam gereja – gereja baru. Hal ini tidak lepas dari peranan denominasi – denominasi yang menanam gereja – gereja sehingga sebagai prioritas tinggi dalam pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa denominansi yang bertumbuh adalah denominasi yang menekankan pertumbuhan gereja. Dalam hal ini pelayanan misi belum cukup tanpa penanaman yang benar untuk membangun sebuah gereja.
Peran serta dari mahasiswa – mahasiswa semininari berpotensi tinggi untuk menjadi penanam – penanam gereja yang handal. Mungki dalam satu sisi seorang gembala – gembala yang berpengalaman yang telah lama melayani juga handal dalam penanaman jemaaat yang di laksanakan dengan kedewasaan dan hikmat. Ternyata orang – orang yang lebuh muda yang masih mempunyai lebih banyak pilihan dan fleksibilitas dapat dianggap mampu melakukan hal ini lebih baik. Ada beberapa hal yang sangat penting saat menanam gereja - gereja baru, terdapat 5 alasan penting diantaranya :
- Penanaman gereja iru alkitabiah, dalam perjanjian baru penanaman gereja adalah memperluas pekabaran injil.
- Penanaman gereja berarti mempertahankan kelangsungan denominasi, membangun gereja dengan semangat bagi keseluruhan Tubuh Kristus secara Universal.
- Penananman gereja mengembangkan kepemimpinan baru, hal ini membukam lebar pintu kepemimpinan dan tantangan pelayanan dan selanjutnya seluruhnya Tubuh Kristus mendapat keuntungan.
- Penanaman gereja menstimulasi gereja-gereja yang sudah ada, membangun keutuhan sebagai kerajaan Allah yang terpola dalam gereja – gereja yang sebenarnya.
- Penanaman gereja itu efesien, merupakan cara praktis membawa orang baru kepada Krsitus.
Kebutuhan gereja –gereja baru merupakan bagian mendasar dalam strategi penginjilan di daerah baru, karena ada kepentingan yang membutuhkan diantaranya:
- Kepentingan Alkitabiah , dimana pengutusan rasul untuk menanam gereja – gereja di daerah baru
- Kepentingan demografis, yaitu penyeberangan kebudayaan sehingga mampu termultiplikasi pertumbuhan dan penanaman gereja – gereja baru.
- Kepentingan praktis, melaksanakan penginjilan efektif merupakan penginjilan penanaman gereja- gereja baru.
Penamanan gereja baru di daerah lama harus di fokuskan kepada pembaharuan gereja – gereja yang sudah ada dengan metodologi yang baru sehingga dapat mencakup kembali orang baru mengenal Kristus.

2. Melenyapkan penghalang - penghalang
Prinsip utama bahwa generasi muda harus di injili di dalam masanya sendiri. Salah satu implikasi langsung dari pesatnya perubahan budaya adalah bahwa banyak orang muda tidak akan di menangkan bagi Kristus di gereja – gereja orang tua mereka. Jadi generasi baru ini akan bangkit bagi kristus lewat generasinya dan masanya. Ada enam cara bagai mana gereja – gereja baru dapat berhasil.
- Gereja – gereja baru adalah kunci kebangunan Rohani, penanaman gereja baru adalah ladang penginjilan. Dengan pengembangan strategi yang benar akan membuat pertumbuhan gereja yang baik.
- Gereja – gereja baru bertumbuh lebih baik di bandingkan gereja – gereja lama, pertumbuhan memeelukan usaha dari langkah – langkah gereja – gereja yang lebih baru. Gereja – gereja baru lebih efesien dalam membabtis jemaat baru di bandingkan gereja – gereja tua.
- Gereja – gereja baru menyediakan lebih banyak pilihan bagi orang – orang tidak bergereja.
- Gereja – gereja baru biasanya di butuhkan, gereja baru lebih menekankan penginjilan diman tugas mereka lebih menonjol pada pelipatgandaan jemaat.
- Gereja – gereja baru membantu denominasi tetap hidup. Membantu peradapan dari denominasi-denominasi tetap berlangsung dan sejalan.
- Gereja – gereja baru membantu memenuhi kebutuhan orang – orang Kristen yang sudah ada. Kebutuhan yang diberikan gereja baru membangun pada pertumbuhan iaman dan kerohanian dan bukan pertumbuhan perpindahan gereja.
Ada beberapa keberatan yang di ajukan pada penanaman gerja di mana hal ini menuntut dengan adanya biaya yang cukup untuk membangun gereja – gereja yang baru, dengan asumsi bahwa gereja baru menghabiskan banyak biaya untu pelaksanaannya dan juga pengutusan orang pada gereja baru akan merusak persekutuan Kristen yang sudah lam. Namun pelaksanaan penanaman gereja adala alat yang efektif dalam penginjilan. Selanjutnya penanaman gereja bukan utuk mengambil domda gereja lain namun mendorong orang – orang yang tidak bergereja dan memenuhi kebutuhan iman mereka.

3. Dasar – dasar perencanaan
Bagaimana untuk merencanakan sebuah gereja baru. Terdapat beberapa aspek yang perlu di perhatikan di antaranya :
Aspek Rohani, aspek ini sangat penting menekankan factor – factor manusiawi yang selalu berhubungan dengan Ilahi. Perlu memperhatikan pekerjaan Roh Kudus dalam pertumbuhan gereja. Prinsip utama pertumbuhan gereja adalah mengetahui sebuah peperangan rohani dan senjata utama adalah doa. Maka dari itu perlu perencanaan dalam sebuah pelayanan Doa, jadi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya:
- Pemimpin – pemimpin sendiri harus memperbaiki kehidupan doa pribadi mereka
- Mengembangkan kebiasaan doa kelompok atau bersama.
- Merekrut pendoa – pendoa syafaat bagi penanam gereja dan pemimpin – pemimpin lain.
- Waspadalah akan peperangan rohani.
Aspek teknis adalah aspek kedua yang perlu di perhatikan dimana penanam gereja yang baik mempunyai karateristik diantaranya:
- Seorang pekerja Kristen yang berkomitmen.
- Seorang yang berinisiatif.
- Seorang mau bertahan dalam kesepian. ( dimana gereja baru di tantang sebagai pekerjaan yang membosankan )
- Dapat bedaraptasi. Fleksibilitas satu cara pelayanan professional.
- Memeiliki tingkat iman yang tinggi.
- Suami/ istri dan keluarga yang mendukung dalam pelayanan.
- Kemauan dan kesanggupan memimpin
- Kepribadian yang bersahabat.
- Dengan jelas di panggil Allah untuk menanam sebuah gereja.
Mengenai jemaat perlu di perhatikan sebagai anggota gereja yang dilibatkan dalam pelayanan sehingga resiko tidak mengerti akan penanaman gereja dapat di hindari.

4. Dua belas cara yang baik untuk menanam sebuah gereja
Ada beberapa metoda yang efektif dalam pertumbuhan gereja di antaranya adalah model –model modalitas dan model – model sodalitas.
Model – model modalitas untuk penanaman gereja semuanya melibatkan satu gereja local yang melahirkan gereja lain. Dari empat metode pertama penanaman gereja mengasumsikan gereja induk akan melahirkan gereja – gereja anak dan inilah karateristiknya :
- Bermukim. Dimana dalam membangun gereja baru dimana kelompok inti di bentuk dari gereja induk sendiri ( gereja local yang membawahi gereja anak).
- Kolonisasi, ini merupakan bentuk bermukim yang lebih radikal. Dimana mereka akan memiliki rumah, pekerjaam dan dan koloni di daerah sasaran komunitas.
Dalam kolonisasi bagi penanaman gereja di perlukan komitmen yang tinggi terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus.
- Adobsi, dengan akata lain mengadobsi orang lain sebagi bagian dalam keluarga Kristen.
- Menjadi orang Tua tanpa sengaja. Hal ini memberikan terapan sebagai penolong dalam doa dan melayani dalam keharmonisan sebagai anggota gereja.
- Model satelit, ini merupakan merancang gereja dengan semi otonom. Dimana gembala senior gereja pusat berfungsi juga gembala senior dari setiap satelit.
- Gereja – gereja multi jemaat, hal ini adalah gereja ii melayanai beberapa kelompok etnis yang berbeda – beda. Gereja ini menutut pelayanan yang mempunyai kemapuan khusu dalam pelayanan lintas budaya.
- Model multi lokasi. Dimana menyelenggarakan ibadah lebih dari satu kali setiap minggu , ataupun memiliki anggaran dan property yang lebih yang dipegang oleh satu gereja.
Model sdalitas. Merupakan focus model di luar gereja local dalam satu badan yang terpisah. Terdapat model-modelnya diantaranya.
- Tim Misi. Penanaman gereja yang bertumbuh perlu tim Misi yang berbagai macam karunia yang meningkatkan efesiensi pelayanan.
- Penanam gereja katalis. Di mana pelayanan yang pergi ke suatu daerah baru dan mengembangkan kelompok inti bagi satu jemaat baru dan kemudian berpindah dan melakukannya lagi di daerah lain.
- Gembala pendiri. Gembala pendiri di utus oelh badan untuk membangun kelompik dan menggembalakn dapa periode yang tidak menentu. Gembala mempunyai keahlian memenuhi kebutuhan bagi dirinya dan pelayanannya.
- Penanam gereja independen. Dimana mereka setelah menanam lalu pergi dan kehendak mereka sendiri.
- Penanan gereja rasuli. Dimana rasul mempunyai tugas mengkonfirmasikan ladang dan pelayanan serta mengutus mereka untuk menanam sebuah gereja.
Dari beberap model ini dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan karunia yang Tuhan berikan masing – masing bagi penanam gereja yang baik.

5. Lokasi: sebuah keputusan penting.
Lokasi adalah tempat yang sangat penting jadi keputusan pertama yang harus anda ambil adalah dengan memulai lokasi geografisnya dan sasaran hadirinnya. Kemungkinan sangat besar adalah Allah memperlengkapi kita untuk menanam sebuah gereja di antara orang – orang yang sangat menyerupai diri kita sendiri. Penanaman gereja lintas budaya merupakan sebuah ladang istimewa dimana mengerti keadaan geografos dan sasaran yang di tuju.
Melakukan study demografis adalah bagian proses penanaman gereja karena ada tiga alasan diantaranya :
- Karena untuk mengindentifikasi sasaran hadirin. Ini merupakan cara yang tepat untuk merencanakan pelayanan.
- Menentukan tanggapan. Hal ini untuk mengetahui tanggapan dari pesan pemberitaan pelayanan kita.
- Membangun keyakinan. Antusiasme komunitas di pengaruhi oleh pemimpin yang mengerti sebuah komunitas.
Lewat adanya informasi yang tepat dari beberapa hal di atas kita akan mendapatkan beberapa hal diantaranya:
- Data sensus, Komisi- komisi tata kota atau wilayah, Dewan pengurus sekolah, Keperluan – keperluan umum, Universitas Lokal, Institusi keuangan, Kamar dagang, Stasiun radio, Perpustakaan umum, perusahaan, Surat Kabar dll

6. Membangun kelompok Inti.
Bagaimana kita menarik anggota – anggota dalam kelompok inti, berikut adalah caranya tanpa kita harus berpatok pada metode yang ada :
- Bermukim. Penanam gereja lebih menyukai untuk merekrut tim inti yang tinggal dari gereja induk, keuntungannya adalah fasilitas yang memedai dan menyenangkan serta perhatian penuh dalam pelayanan. Pemberian tantangan ini memberikan potensi untuk mengerti menanan gereja baru.
- Pemahaman Alkitab rumah Tangga. Pemahaman yang benar tentang Alkitab akan menyadarkan mereka adalah bagian dan berkomitmen dalam gereja baru.
- Dari rumah – kerumah. Memeiliki kontak yang terus di ulang dan hadih kecil dalam setiap kunjungan akan membawa dampak baik sehingga mereka terlibat dalam sebuah gereja baru.
- Doa dari rumah ke rumah. Penggunaan doa membantu dalam penjangkauan dan permohonan kebutuhan dari setiap keluarga yang di kunjungi .
- Acara anak – anak. Menyelenggarakan acara anak – anak adalah satu cara penjangkaun orang tua mereka dan dapat melakukan pelayanan selanjutnya.
- Acara – acara orang dewasa. Acara ini di rancang untuk memenuhi kebutuhan orang – orang dewasa.
- KKR penanaman gereja.
- Iklan. Iklan adalah cara untuk mengetahui tanggapan pekabaran gereja baru.
- Telepon. Adalah cara terakhir untuk mengetahui keadaan dan kesanggupan kelompok inti yang akan dibentuk.

7. Go Publik
Beberapa daftar penting sebelum kelompok inti untuk mengambil langkah dan menjadi sebuh gereja. Hal pertama yang perlu di perhatikan adalah mengenai dinamikan Rohani. Di dalam dinamikan rohani ada beberapa hal – hal yang penting diantaranya :
- Kasih, kasih adalah buah daro Roh Kudus yang paling utama, jadi perlu kelompok inti memperlihatkan kasih dengan tindakan – tindakan. Hal tindakan ini dengan mengesampikan perasaan – perasan lain, hanya dengan keintiman untuk merangkul pendatang – [endatang baru pada saat gereja go public.
- Iman, ini harus menjadi karateristik yang wajib dimiliki kelompok inti.
- Doa, doa sejalan dengan firman Tuhan, jadi kolompok inti wajib memiliki komitmen di doa dalam segala aspek.
Di dalalam fisolosofi pelayanan berbicara mengenai “siapa” dan “bagaimana” serta “bagaimana menjangkau mereka” jadi perlu filosofi pelayanan yang baik diantaranya:
- Filosofi pelayanan itu eksplisit , harus tertulis jadi ada dokumen, dan di padatkan dalam sebuah dokumen yang mampu di baca bagi orang lain.
- Filosofi pelayanan saling berkaitan. Peran Roh kudus dalam pelayanan dan peran serta kesatuan antara gembala dan jemaat perlu di pupuk.
- Filosofi pelayanan perlu menjadi sebuah keyakinan.
- Filosofi pelayanan harus stabil
- Filosofi pelayanan perlu terbuka terhadap modifikasi.
Dalam kepemimpiann awam sangat baik memperkenalkan orang – orang wam kepada pelayanan dengan cara ini menolong mereka menemukan, mengembangkan dan memakai karunia roh mereka. Nama untuk pendirian dalam sebuah gereja penting sebagai ciri utama dari gereja yang akan di bangun.

8. Akankah gereja baru anda bertumbuh?.
Sangat perlu memikirkan seberapa besar gereja yang akan di bangun. Salah satu hal terpenting yang dapat dilakukan penanam gereja adalah mengenal keinginan Allah untuk pelayanan pribadi mereka sendiri. Sasaran menentukan kemungkinan dan keputusan bagi gereja yang di bangun. Terdapat enam cara untuk menghacurkan rintangan diantaranya :
- Pembentukan staf. Ini memungkinkan membatu berjalannya gereja. Perlu diperhatikan faktor saat membentuk staf diantaranya : -) pemilihan serta pendoktrinan sesuai filosofi pelayanan anda, -)mengembangkan karunia staf untuk memperluas pelayanan, -) kesetiaan total dalam pelayanan .
- Kelompok – kelompok persekutuan. Hal ini berguna untuk mengorganisir juamlah jemaat dan mengontrol pertumbuhan iman.
- Model kepemimpinan : orang yang memperlengkapi. Untuk memebangun gereja yang bertumbuh maka perlu anda memperlengkapi dan memotivasi serta bersama –sama menyelesaikan sasaran – sasaran yang di rencanakan.
- Fungsi penggembalaan : pengusaha, peternakan. Adakalanya mengenal jemaat, keluarga dan pekerjaan jemaat dan juga mengunjungi serta membantu menyelesaikan masalah – masalh pribadi dan memelihara hubungan.
- Fasilitas – fasilitas. Keputusan untuk memiliki fasilitas yang baik bagi gereja
- Anggaran rumah tangga. Bangunlah anggaran rumah tangga gereja anda.
Membangun gereja dengan sistimatis adalah memenuhi kebutuhan setiap orang di dalam gereja dengan mempergunakan dan melibatkan mereka dapat pelayanan



[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Misiologi, Di unnggah tanggal 29 Agustus 2016. 14:15 WIB.
[2]Pdt Pter Rhee, Misi Perkotaan, (Jakarta: HITS,1998),hal 3.
[3]H Venema, Injil untuk Semua Orang, (Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih,1997),3.
[4]J Verkuyl dalam bukunya Pembimbing ke Dalam Ilmu Pekabaran Injil Masa Kini, (Malang: Gandum Mas),hal 9.
[5]M. K. Drust, Missiologie, (USA: Grand Rapids,1987), hal 144.
[6]William P.hb. Kilis, Peranan Misioner dalam Perintisan Gereja,(Jakarta: HITS,2002),12.

No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...