Friday, January 25, 2019

KENDALA MISI DI PEDALAMAN PAPU


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Penelitian
Pada bagian awal ini, Peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam Penelitian ini.
                                                                                                                    

Alasan, Mengapa Peneliti Mengangkat Judul Atau Topik Dalam Penelitian Ini Adalah:

  1. Melkior menyatakan bahwa: “Metode yang digunakan oleh, para Penginjil beberapa tahun sebelumnya untuk mengajarkan cara membaca, dan berdiskusi Firman Tuhan serta memberitakan Firman Tuhan yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, kurang efektif[1]”.
Dengan ini, Peneliti memahami bahwa, Penelitian sekaligus analisa yang dilakukan oleh Melkior, secara tegas menyatakan bahwa, orang-orang yang tinggal di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, tidak bisa membaca, menulis, menghitung serta masih menganut agama tradisional di setiap daerah Provinsi Papua, karena pelayanan yang dilakukan oleh misionaris beberapa tahun yang lalu kurang efektif.
Dengan demikian, sesuai dengan fakta dan data yang ada, bahkan Peneliti juga menemukan, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua bahwa, sebagian masyarakat di daerah tersebut belum ada PAUD-SMA bahkan belum ada tempat untuk latihan membaca dan berdiskusi Firman Tuhan. Maka Peneliti sangat terbeban bahkan memiliki kerinduan hati yang mendalam untuk menelaah lebih jauh mengenai kehidupan dan aktivitas serta keadaan orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban. Supaya Peneliti dan Papuan Union Forest Service Team (PUFST) atau Team Persekutuan Pelayanan Rimba Sepapua, memahami keadaan di daerah tersebut untuk dapat menjangkau orang-orang yang tinggal di sana agar bisa membaca dan menulis serta menghitung. Kurang efektifnya dalam pelayanan misionaris di beberapa tahun yang lalu adalah tugas dan tanggungjawab yang harus ditanggung oleh hamba-hamba Tuhan atau Misionaris masa kini. Peneliti sangat terbeban untuk melayani mereka dalam hal membaca, menulis, menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Melkior, kurang efektifnya dalam pelayanan dari Team Misi Pemberita Injil Kristus sebelumnya, salah satu penyebab adalah, karena para misionaris tidak menetap atau tinggal beberapa tahun untuk melayani kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya kepada orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Alasan lain, kurang efektifnya dalam hal melatih untuk membaca, menulis, menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan oleh orang-orang yang ada di Suku Ketengban adalah, para Misionaris tidak memahami konteks orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, akhirnya pelayanan dari misionaris tidak bisa diterima dengan baik dan dengan mudah oleh orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

  1. Metode penginjilan yang dilakukan oleh: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal.
Kerinduan Peneliti untuk mengAnalisis secara Kritis seluruh Metode yang telah digunakan dan sedang digunakan, guna untuk peningkatan pembelajaran dalam hal melatih warga setempat untuk membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, demi menjangkau jiwa-jiwa baru agar kognitif dan spiritual orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya kepada orang-orang yang ada di Suku Ketengban menjadi sesuai dengani Firman Tuhan.
Adapun beberapa Metode yang digunakan oleh Team Pemberita Injil (TPI), atau Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui Team MISI PUFST kepada Suku Ketengban, Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:
Pertama, Belajar menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua, Menyesuaikan diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua, sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketiga, Belajar Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat, Mengajarkan warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan para Team Pemberita Injil dari PUFST adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya, tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan. 
Kelima, Berusaha untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah, tepat dan cepat[2].
Dari beberapa Pelayan Tuhan bersama dengan Peneliti (Tirianus Malyo) mengadakan pertemuan sederhana untuk membuat Visi dan Misi serta program untuk menyepakati metode-metode yang digunakan dalam pelayanan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba. Khususnya kepada orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Dengan adanya menyepakati motode yang digunakan oleh Team MISI PUFST dalam pelayanan kepada orang-orang di Suku Ketengban tersebut, dapat digunakan dengan baik dan benar agar para Pengajar dapat mengajarkan membaca dan berdiskusi Firman Tuhan demi tercapainya kognitif dan spiritual bagi orang-orang yang tinggal di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Proinsi Papua.

  1. Dengan alasan karena: “Sebagian besar Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, belum bisa membaca, menulis dan berdiskusi Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, mereka masih menyembah roh-roh jahat atau benda-benda mati[3]”.
Suatu tantangan yang sangat besar bagi Peneliti Team PUFST adalah mereka sulit untuk dapat memahami maksud dari pengajar, karena turun temurun orang-orang yang tinggal di sana tidak mengenal abjad atau tidak bisa membaca.

  1. Kondisi Masyarakat yang sulit untuk dijangkau, Mengapa?[4]
Pertama, Karena Kendala buta huruf
Kedua, Karena Kendala Geografis (medan atau jarak)
Ketiga, Karena Kendala tidak bisa berbahasa Indonesia
Keempat, Karena Kendala buta huruf
Kelima, Karena Kendala Dana (Biaya)
Keenam, Karena Kendala makanan dan minuman.
Yang menjadi masalah atau tantangan yang sangat besar bagi Peneliti dan Team Pemberita Injil, adalah: mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, salah satunya adalah karena Kendala Geografis (medan atau jarak) yang sulit untuk dijangkau. Kendala berikutnya adalah Karena orang-orang Papua yang tinggal di Hutan Rimba tidak bisa berbahasa Indonesia akibat dari tidak bisa membaca dan menulis. Peneliti sudah berulang kali pelayanan di wilayah Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sekaligus telah menyaksikan serta mengalami bahwa, dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sana, sangat sulit dan terkendala bagi Peneliti dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus serta pengajar dalam hal membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan.
Tidak hanya itu, kendala lain yang membuat Peneliti dan Team Pemberita Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus adalah buta huruf. Masyarakat di Suku Ketengban sebagian besar tidak bisa membaca. Inilah yang membuat para Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, sulit untuk mengajak mereka membaca Alkitab serta memahaminya.
Kendala lain adalah Dana (Biaya), untuk berangkat dari kota Jayapura atau Sentani ke Suku Ketengban, Kabuaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sangat mahal bagi Peneliti dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Karena sekali jalan hanya untuk biaya tiket pesawat kecil, seperti Pesawat: YAJASI, MAF, CARAVAN, AMA, ADVENT, PAPUA AIR dan lain-lain, bisa mencapai dua juta rupiah. Tidak termasuk dengan ongkos barang bawaan yang sekilo garam bisa mencapai tiga puluh ribu rupiah. Dengan biaya yang demikian mahal, maka tentu saja para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, sangat sulit untuk pergi ke Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Setiap makhluk hidup di dunia ini, tentu saja sangat membutuhkan makanan dan minuman sesuai dengan daerah atau budaya bahkan kebiasaan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Menjadi halangan atau kendala lain untuk para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua adalah tidak mampu menyesuaikan diri dengan makanan dan minuman.




  1. “Tidak ada Follow up bagi mereka yang telah mendengar dan menerima Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus sebelumnya. Juga para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua[5]”.
Melkior, dalam analisanya menyatakannya bahwa, hamba-hamba Tuhan atau misionaris yang sebelumnya sudah pernah mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua tidak ada follow up dengan baik. Maka, Peneliti sangat terbeban untuk melayani di daerah Suku Ketengban. Dalam hal ini, memfollow up semua pelayanan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan di Suku Ketengba. Lebih khusus mengenai membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Melihat kondisi orang-orang Papua di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, yang kurang diperhatikan dalam segala hal, baik kehidupan dalam kebutuhan Rohani, maupun kebutuhan jasmani, maka Peneliti dan Team Pemberita Injil dengan Inisiatif mengambil tindakan untuk membuat suatu grup (Kelompok atau Team) dengan menamakan diri PUFST yang artinya adalah: “PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM” atau “TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA”. Dengan tujuan, akan lebih fokus untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban.

LATAR BELAKANG DI BENTUKNYA TEAM MISI PUFST

Di bagian ini Peneliti akan memaparkan mengenai sejarah berdirinya Team MISI: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) disertai dengan VISI dan MISI-nya. Sebelum adanya Team MISI PUFST, Pencetus atau Pendiri, terlebih dahulu pelayanan ke Pedalaman Papua, tepatnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, untuk pelayanan memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang tinggal di sana. Sekaligus mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban.
Pada Tanggal 15 Januari 2011 Peneliti menyelesaikan Sekolah Alkitab (SABIA) di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Pada Tanggal 18 Januari 2011, Peneliti berangkat dari Bandara Udara Sentani ke Kampung Eipomek, untuk pelayanan kepada Suku Ketengban. Peneliti melakukan pelayanan di Suku Ketengban, dengan berjalan berkeliling dari kampung yang satu ke Kampung yang lain, selama kurang lebih lima bulan. Mulai dari bulan Pebruari 2011 sampai dengan Bulan Juni 2011. Kemudian Tanggal 20 Juni 2011, Peneliti kembali dari Suku Ketengban, tempat pelayanan ke Sentani, kemudian berangkat ke Surabaya, untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia (STTIA) Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Kemudian Bulan Mei 2012 sampai dengan Bulan Juli 2012 Peneliti melanjutkan pelayanan di Suku Ketengban, bersama empat orang partner pelayan Tuhan.
Kemudian pada tanggal 25 Juli 2012, Peneliti bersama Partners pelayan Tuhan mengadakan pertemuan sederhana, karena Peneliti melihat orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba Papua, tepatnya di Suku Ketengban, harus dengan sangat serius ditangani pelayanan di sana. Akhirnya Peneliti bersama keempat partner pelayanan, mereka adalah: Esoel Tengket, Arius Wisal, Jesman Tengket dan Yates Kisamlu. Merintis dan mendirikan suatu Team Pemberita Injil dengan diberi nama PUFST. Sekalipun Team Pemberitaan Injil dari Team MISI PUFST, lebih fokus pelayanannya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Namun, Team MISI PUFST memiliki VISI yang sangat besar dan luas yaitu menjangkau atau memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada seluruh orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba sekaligus mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Jadi, Team MISI PUFST ini tidak hanya berfokus kepada Suku Ketengban, namun semua orang-orang yang tinggal di Pedalaman Papua.
Peneliti menyaksikan bahwa, sebagian besar di Pedalaman Papua belum terjangkau dengan baik, maka Peneliti dan Team MISI PUFST akan berusaha untuk menjangkau dengan pelayanan yang bersifat Holistik. Tentu saja Visi dan Misi dari Team MISI PUFST sulit tercapai karena Peneliti dan Team belum ada Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai dalam pelayanan ini. Namun, Peneliti dan Team Pemberita Injil dari PUFST akan berusaha sebaik mungkin untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, kepada orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban.

Adapun VISI dan MISI dari Team MISI PUFST adalah sebagai berikut:
VISI
MELALUI PUFST, SEMUA ORANG-ORANG PAPUA DI HUTAN RIMBA, MENJADI PERCAYA KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS DAN SENANTIASA MEMPRAKTEKKAN FIRMAN KRISTUS DALAM KEHIDUPAN MEREKA.

MISI
MELALUI PUFST, SENANTIASA MENJANGKAU KEHIDUPAN ORANG-ORANG PAPUA DI HUTAN RIMBA.

Dengan adanya Visi dan Misi ini, Peneliti dan Team Pemberita Injil dari PUFST, dengan sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati akan mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Sekaligus memberitakan Firman Tuhan yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban. Peneliti dan Team Misi dari PUFST, memiliki kerinduan hati yang sangat mendalam yaitu, untuk menjangkau semua orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba Papua.
Jadi, Latar Belakang terbentuknya Team MISI PUFST adalah, ketika Peneliti dan Team Misi PUFST pergi pelayanan ke pedalaman Papua pada tahun 2011, dan melihat keadaan orang-orang yang ada di Hutan Rimba Papua, bahwa sangat perlu untuk diperhatikan dalam pelayanan Holistik. Namun, untuk sementara ini, Peneliti dan Team Pemberita Injil lebih fokus dalam pemberitaan Injil Kristus kepada orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.

Identifikasi Masalah Penelitian

Di bagian ini Peneliti memaparkan mengenai masalah-masalah yang telah dijelaskan di bagian latar belakang, namun supaya lebih terperinci, terara, dan terfokus, maka Peneliti akan menjelaskan di bawah ini, seperti halnya yang dinyatakan oleh: Sugiono bahwa, “untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara indentifikasi masalah, artinya masalahnya dipilah-pilih, supaya masalah tersebut dapat dipecahkan dengan baik dan benar agar dapat menyelesaikan dengan tuntas[6]”.
Seperti halnya juga dinyatakan oleh Stevanus Parinussa bahwa: “pengembangan pelayanan adalah harus dengan tepat guna. Dalam mengembangkan suatu strategi pelayanan bagi jemaat gereja seyogyannya mengembangkan suatu sistem pelayanan yang tepat guna berdasarkan tujuan pelayanan yang utama dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara maksimal agar dapat mencapai hasil yang optimal[7]”.
Berdasarkan latar belakang masalah Penelitian tersebut di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Metode yang digunakan oleh Team MISI PUFST untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual serta Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, lebih khusus bagi Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua di beberapa tahun yang lalu kurang efektif.
  2. Metode penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai cara membaca, menulis, berhitung serta berdiskusi Firman Tuhan yang dilakukan oleh Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, oleh: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal. Maka kerinduan Peneliti untuk mengAnalisis mengenai cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta mengenai Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

Adapun Metode yang digunakan oleh Team MISI PUFST untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui Team MISI PUFST di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:
Pertama, Belajar menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua, Menyesuaikan diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua, sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketiga, Belajar Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat, Mengajarkan warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan para Team Pemberita Injil dari PUFST adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya, tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan.  
Kelima, Berusaha untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah, tepat dan cepat.
  1. Dengan alasan karena: “Sebagian besar Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, belum bisa membaca, menulis dan berdiskusi Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, mereka masih menyembah roh-roh jahat atau benda-benda mati”.
Suatu tantangan yang sangat besar bagi Peneliti Team PUFST adalah mereka sulit untuk dapat memahami maksud dari pengajar, karena turun temurun orang-orang yang tinggal di sana tidak mengenal abjad atau tidak bisa membaca.
  1. Kondisi Masyarakat yang sulit untuk dijangkau, Mengapa?
Pertama, Karena Kendala buta huruf
Kedua, Karena Kendala Geografis (medan atau jarak)
Ketiga, Karena Kendala tidak bisa berbahasa Indonesia
Keempat, Karena Kendala buta huruf
Kelima, Karena Kendala Dana (Biaya)
Keenam, Karena Kendala makanan dan minuman.
Masalah atau tantangan yang sangat besar bagi Peneliti dan Team Pemberita Injil, adalah: mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, salah satunya adalah karena Kendala Geografis (medan atau jarak) yang sulit untuk dijangkau. Kendala berikutnya adalah Karena orang-orang Papua yang tinggal di Hutan Rimba tidak bisa berbahasa Indonesia akibat dari tidak bisa membaca dan menulis. Peneliti sudah berulang kali pelayanan di wilayah Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sekaligus telah menyaksikan serta mengalami bahwa, dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sana, sangat sulit dan terkendala bagi Peneliti dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus serta pengajar dalam hal membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan.
Tidak hanya itu, kendala lain yang membuat Peneliti dan Team Pemberita Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus adalah buta huruf. Masyarakat di Suku Ketengban sebagian besar tidak bisa membaca. Inilah yang membuat para Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, sulit untuk mengajak mereka membaca Alkitab serta memahaminya.
Kendala lain adalah Dana (Biaya), untuk berangkat dari kota Jayapura atau Sentani ke Suku Ketengban, Kabuaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sangat mahal bagi Peneliti dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Karena sekali jalan hanya untuk biaya tiket pesawat kecil, seperti Pesawat: YAJASI, MAF, CARAVAN, AMA, ADVENT, PAPUA AIR dan lain-lain, bisa mencapai dua juta rupiah. Tidak termasuk dengan ongkos barang bawaan yang sekilo garam bisa mencapai tiga puluh ribu rupiah. Dengan biaya yang demikian mahal, maka tentu saja para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, sangat sulit untuk pergi ke Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Setiap makhluk hidup di dunia ini, tentu saja sangat membutuhkan makanan dan minuman sesuai dengan daerah atau budaya bahkan kebiasaan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Menjadi halangan atau kendala lain untuk para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua adalah tidak mampu menyesuaikan diri dengan makanan dan minuman.

  1. “Tidak ada Follow up bagi mereka yang telah mendengar dan menerima Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus sebelumnya. Juga para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua”.
Melkior, dalam analisanya menyatakannya bahwa, hamba-hamba Tuhan atau misionaris yang sebelumnya sudah pernah mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua tidak ada follow up dengan baik. Maka, Peneliti sangat terbeban untuk melayani di daerah Suku Ketengban. Dalam hal ini, memfollow up semua pelayanan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan di Suku Ketengba. Lebih khusus mengenai membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Melihat kondisi orang-orang Papua di Hutan Rimba, khususnya Suku Ketengban, yang kurang diperhatikan dalam segala hal, baik kehidupan dalam kebutuhan Rohani, maupun kebutuhan jasmani, maka Peneliti dan Team Pemberita Injil dengan Inisiatif mengambil tindakan untuk membuat suatu grup (Kelompok atau Team) dengan menamakan diri PUFST artinya: “PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM” atau “TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA”. Dengan tujuan akan lebih fokus untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban.

Pembatasan Masalah Penelitian

Harianto menyatakan bahwa, “dalam mempertajam Penelitian, Peneliti kualitatif harus menetapkan pembatasan masalah Penelitian[8]”. Senada juga dijelaskan oleh Jong Jek Siang, bahwa: “Kadang-kadang masalah yang ada, terlalu luas untuk dibahas secara keseluruhan sehingga Peneliti hanya membahas dan meneliti sebagian saja. Hal ini diperkenankan karena mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki oleh Peneliti[9]”.
Lebih jauh lagi seperti halnya yang dipaparkan dalam buku Jurnal dari “Sekolah Seminari Alkitab Asia Tenggara” bahwa: “mengasihi manusia berarti melakukan keadilan terhadap manusia yang jauh lebih berharga melebihi hewan atau tumbuh-tumbuhan. Jadi, jelas bahwa, mencari kerajaan Allah diletakan di dalam konteks tindakan keadilan dan kasih Allah kepada manusia. Mengartikan bahwa, kerajaan Allah dan kebenaran-Nya sebagai pemerintahan Allah di dalam hati seseorang[10]”.
Menurut C. Peter Wagner menyatakan bawah:

“Saya pikir masalah ini secara akurat mencerminkan sikap sejumlah besar pemimpin-pemimpin paling berpengaruh di Negara-negara Protestan tradisional. Tidak mengherankankan jika gereja-gereja mengalami penurunan dan kekristenan kehilangan pengaruh misi atau Pemberitaan Inil. Fokus utama mereka adalah pembangunan gereja-gereja yang sudah ada dengan megah atau mewah. Ingatlah fakta sederhana ini: ‘lebih memudahkan melahirkan bayi daripada membangkitkan orang mati! Bukan berarti semua gereja yang sudah ada itu mati dalam hal penginjilan, walaupun sebagian besar memang tidak berfungsi dalam hal penginjilan[11]”.
Sesuai dengan kutipan di atas, dan mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka Peneliti memberikan batasan-batasan dalam Penelitian ini, akhirnya Peneliti memilih atau memutuskan terkait dengan poin Kedua yaitu: Metode penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai cara membaca, menulis, berhitung dan berdiskusi Firman Tuhan yang dilakukan oleh Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal.
Kerinduan yang sangat mendalam dari Peneliti untuk mengAnalisis Metode Pembelajaran Membaca dan Diskusi tentang Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST, bagi Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat serta Pemberitaan Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus, maupun mengajarkan kualitas hidup orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Adapun Metode yang digunakan oleh  para Pengajar Membaca dan diskusi tentang Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST, bagi Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat serta Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui TEAM MISI PUFST di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:

Pertama, Belajar menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua, Menyesuaikan diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua, sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketiga, Belajar Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat, Mengajarkan warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan para Team Pemberita Injil dari PUFST adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya, tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan. 
Kelima, Berusaha untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah, tepat dan cepat.
Jadi, berdasarkan batasan masalah yang ada, maka pokok pembahasan dalam Penelitian ini adalah: Metode penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai cara membaca, menulis, berhitung dan berdiskusi Firman Tuhan. Sekaligus membahas mengenai cara memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus maupun mengajarkan kualitas hidup orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba”.
Sebab Penelitian dalam suatu masalah sangat penting untuk ada pembatasan masalah, karena dalam Penelitian suatu masalah bisa saja terlalu luas terhadap masalah yang sedang diteliti, dengan demikian maka, Peneliti perlu untuk membatasi terhadap masalah yang sedang diteliti.



Rumusan Masalah Penelitian

Di bagian ini, Peneliti merumuskan pertanyaan Penelitian sebagai usaha untuk memperjelas atau mempertajam rumusan masalah Penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Sukamto bahwa, rumusan masalah Penelitian adalah: “usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan Penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan (solusi), jalan keluar atau pun pemecahan masalahnya[12]”.
Sedangkan menurut Sugiono, rumusan masalah adalah “suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawaban, melalui pengumpulan data[13]”.
Menurut Imam Suyitno menyatakan bahwa, rumusan masalah adalah: “menggunakan bentuk rumusan pertanyaan, yang akan diselesaikan oleh Peneliti nantinya[14]”.
Lebih jauh lagi ditegaskan oleh, Suharsimi Arikunto bahwa: “Agar judul Penelitian tidak kelihatan panjang, maka yang disebutkan hanya ciri yang ditonjolkan oleh Peneliti saja, selebihnya diterangkan di luar Judul[15]”.





Berdasarkan Batasan Masalah Penelitian yang sudah dijelaskan diatas menurut para ahli, maka Peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
Pertama, Bagaimana metode Pengajaran, Cara membaca dan Diskusi Firman Tuhan bagi Suku Ketengban, Kabupaten pegunungan Bintang, Provinsi Papua?
Kedua, Bagaimana upaya untuk peningkatan kognitif (pengetahuan Alkitab) bagi orang-orang yang tinggal di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua?
Ketiga, Bagaimana upaya untuk peningkatan Spritual (dalam hal rohani) di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua?           

Tujuan Penelitian

Di bagian ini Peneliti akan memaparkan mengenai tujuan Peneliti mengangkat judul Penelitian ini. Seperti yang dinyatakan oleh Sukamto bahwa: “Tujuan Penelitian merupakan pernyataan apa yang hendak kita capai, dengan hasil Penelitian yang akan kita meneliti di lapangan nantinya[16]”.





Sedangkan menurut Imam Suyitno, berpendapat bahwa, tujuan Penelitian adalah: “rumusan yang berisi tentang pernyataan[17]”. Tujuan Penelitian menurut P. Ratu Ile Tolakan, adalah:
Pertama, Tujuan untuk perbaikan (Improvement)
Kedua, Tujuan untuk peningkatan (Upgrading)
Ketiga, Tujuan untuk pengembangan (developing)
Keempat, Tujuan untuk publikasi[18]”.

Peneliti memberikan tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengAnalisis metode Pembelajaran membaca bagi orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban yang dinilai kurang optimal.
Kedua, untuk mengAnalisis Metode diskusi Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST, bagi orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban yang dinilai kurang optimal.
Ketiga, untuk peningkatan Kognitif bagi orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, supaya Firman Tuhan dapat tersampaikan dengan baik, benar dan tepat sasaran serta dapat membaca dan berdiskusi Firman Tuhan. 
Keempat, untuk peningkatan Spritual Masyarakat supaya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dari orang-orang Papua yang masih tinggal di hidup di Hutan Rimba, agar diajarkan kualitas hidup yang lebih layak dan lebih baik, supaya mereka dapat berubah dari kebiasaan yang lama dan melakukan hal-hal baik yang diajarkan oleh Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui Team MISI PUFST.

Manfaat atau Kegunaan Penelitian


Di bagian ini Peneliti akan memaparkan mengenai manfaat dari hasil Penelitian: seperti yang dinyatakan oleh: Bagong Suyanto dan Sutinah bahwa, tujuan Penelitian adalah: “Ingin memahami dunia yang kompleks ini, baik demi ingin memuaskan rasa ingin tahu maupun untuk mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi ataupun yang mengontrol peristiwa yang terjadi[19]”.

Secara Teoritis
Pertama, untuk mengajarkan Metode Pembelajaran dan Diskusi Firman Tuhan yang  lebih dalam terhadap orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.
Kedua, sebagai bahan masukan bagi pengembangan kurikulum di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia (STTIA) Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, untuk pengembangan studi Misiologi maupun Teologi praktikka.
Ketiga, memanfaatkan hasil Penelitian ini untuk melaksanakan Penelitian lebih lanjut terkait dengan kehidupan orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.


Secara Praktis
Pertama, untuk mengetahui kehidupan orangg-orang Papua di Hutan Rimba, khusunya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi, sekaligus mempelajari aktivitas dalam kehidupan mereka, supaya suatu saat Peneliti selanjutnya bisa pergi dan mengajarkan cara membaca dan diskusi Firman Tuhan, kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.
Kedua, secara khusus Peneliti akan mempersembahkan hasil Penelitian ini kepada, Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, dari Papuan Union Forest Service Team (PUFST) sebagai bahan pegangan untuk pelayanan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.

Definisi Istilah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Evalusi” didefinisikan sebagai: “penilaian, memberikan penilaian, menilai[20]”. Selanjutnya kata “Metode” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan atau disepakati bersama[21]”. Selanjutnya kata “Pembelajaran” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “Proses, cara, perbuatan, mempelajari[22]”.

Kata “Membaca” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengecah atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan dan memperhitungkan[23]”. Sedangkan Kata Diskusi didefinisikan sebagai: “Pertemuan Ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Membicarakan sesuatu dalam diskusi. Mengadakan diskusi, bertukar pikiran[24]”. Kata Alkitab didefinisikan sebagai: “Kitab Suci Agama Kristen, terdiri atas perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Berkenaan Kitab, (wahyu Allah)[25]”. Sedangkan kata Pelayanan, didefinisikan sebagai: “Perihal atau cara melayani. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan[26]”.
Ditinjau dari definisi mengenai kata Penginjilan, perlu diadakan penyelidikan terhadap beberapa topik utama di sekitar penginjilan sehingga dapat membuka wawasan berpikir tentang kepentingan dari tugas tersebut. Harapan Peneliti dengan adanya pemahaman yang baru atau lebih mengenai Penginjilan agar akan memotivasi gereja dalam mencari solusi untuk mengefektifkan penginjilan di lingkungan yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.
  James Strong dan Horst Balz, menjelaskan bahwa: “Dalam Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru maupun dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “evanggeliso” artinya: “mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik[27], dan “memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus[28]”..
Menurut Yakob Tomatala, kata “evanggeliso” merupakan: “satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur, dan atau berita kemenangan itu sendiri. Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus[29]”.
Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid 1), memaparkan bahwa:

“Kata evanggelisosinonim dengan kata “κερισσω” dibaca kerysso.” Kata ini pada mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan itu disebut “Kerux”) yang menyampaikan pengumuman dari raja. Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang tentara, atau memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda.
Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata yang paralel dengan “kerysso” yaitu “qầrầ, yang artinya “berseru.” Dalam kitab Septuaginta (LXX) kata “keryssodipakai lebih dari 30 kali, baik dalam arti sekular tentang pengumuman resmi raja-raja, maupun dalam arti agamawi tentang pengucapan kenabian (Yes 61:1; Yoel 1:14; Zak 9:9) Sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru kata kerysso dipakai sebanyak 60 kali. Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain yang berhubungan dengan penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan. Tuhan Yesus sering menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat dalam Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10: 4-12. Kata kedua yaitu: “μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami. Penginjilan dengan cara ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2: 40)[30]”.

PUFT adalah kepanjagannya dari: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM, yang dibentuk Peneliti Bersama dengan Team dengan memiliki VISI dan MISI untuk menjangkau Pedalaman PAPUA. Adapun VISI dan MISI dari Team MISI PUFST adalah sebagai berikut:
VISI:
Melalui PUFST, Semua Orang-Orang Papua Di Hutan Rimba, Menjadi Percaya Kepada Tuhan Yesus Kristus Dan Senantiasa Mempraktekkan Firman Kristus Dalam Kehidupan Mereka.
MISI:
Melalui PUFST, Senantiasa Menjangkau Kehidupan Orang-Orang Papua Di Hutan Rimba.
Kata Kata “Peningkatan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “Selalu meningkat naik, bertambah, naik derajat manaikin taraf, mempertinggi, memperhebat, mengangkat diri. Proses cara perbuatan menigkatkan usaha kegiatan dan sebagainya[31]”.
Kognitif, didefinisikan sebagai: “Berhubungan dengan melibatkan kognisi. Berdasarkan kepada pengetahuan factual yang empiris. Kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran perasaan dan sebagainya. Atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang hasil memperoleh pengetahuan[32]”. Spritual, didefinisikan sebagai: “Berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin)[33]”. Masyarakat, didefinisikan sebagai: “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama[34]”.

Sistematika Laporan Penulisan

Di bagian ini, Peneliti mensistematiskan seluruh bab supaya memudahkan para pembaca, untuk dapat memahami garis besar dari seluruh isi dalam Tesis ini. Seperti yang dinyatakan oleh: Fo, arota, “sebagaimana diketahui bahwa, sistematika laporan penulisan adalah, kegiatan bagi mahasiswa yang dalam menyelesaikan studi. Harus mensistematiskan penulisanya dari bab pertama sampai dengan bab terakhir, untuk memudahkan para pembaca supaya dapat memahami dengan mudah dan jelas[35]”.
Bab kedua adalah, Landasan Teori, Analisis Metode Pembelajaran Membaca Dan Diskusi Tentang Alkitab Serta Peningkatan Kognitif Dan Spiritual Masyarakat Di Suku Ketengban Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua. Penginjilan Adalah Misi Allah. Pelayanan Penginjilan Oleh PUFST. Metode-Metode pelayanan Penginjilan Oleh PUFST. Wilayah Penjangkauan Jiwa Melalaui Pelayanan Pengingjilan PUFST. Jumlah Orang-Orang Yang Menerima Firman Tuhan Dan Percaya Kepada Tuhan Yesus. Kualitas Hidup Orang-Orang Di Suku Ketengban Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua Sesudah Diadakan Penginjilan Oleh PUFST. Pengengenalan Kepada Tuhan Yesus Kristus. Kesimpulan Landasan Teori. Metode-Metode Pemberitaan Injil Kristus oleh Team PUFST yang sudah direvisi.
Bab Tiga adalah, Metode dan Prosedur Penelitian, Metode dan Alasan Menggunakan Metode, Tempat Penelitian, Instrumen Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data.
Bab keempat adalah, Laporan Dan Hasil Penelitian, Pembahasan Mengenai Metode Membaca dan Diskusi Alkitab, bagi Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat di Suku Ketengban, Papua, Metode yang digunakan oleh Team Misi PUFST dalam rangka mengajarkan cara membaca dan berdiskusi Alkitab serta memberitakan Injil Kristus. Mengajarkan Cara Membaca. Mengajarkan Untuk Diskusi Firman. Peningkatan Kognitif. Peningkatan Spiritual. Menawarkan Metode Pembelajaran Membaca dan diskusi tentang Alkitab bagi Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat. Kesimpulan Laporan dan Hasil Penelitian.
Bab Lima adalah, Penutup yang berisikan Kesimpulan, Implikasi dan Saran-Saran.




[1]Melkior, Menerima Misionaris Menjemput Peradaban (Yogyakarta: Kanisius, 2016) 75-79.
[2]Tirianus dkk, Perintisan Team Pemberita Injil PUFST (Sentani: 25 Juli 2012)
[3]Melkior, Iwol Pusat Kehidupan Manusia Aplim Apom (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2017) 49-59.
[4]Yulianus, Kondisi, Kendala, dan Solusi Menanggulangi Kemiskinan Menjelang Millenium Development Goals 2015 di Provinsi Papua (Yogyakarta: Kepel Press, 2016) 13-20.
[5]Melkior, Sejarah Nama Papua dan Asal Usul Manusianya dari Penemuan ke Peradaban dari Gereja ke Politik (Yogyakarta: Kepel Press, 2016)
[6]Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) 48.
[7]Awiyono, dkk. Pengantin Kristus Jurnal Bilika-Komprehensip-Profesional (Surabaya: Devisi Literatur STTIA, 2016) 51.
[8]Harianto, Metode Kuantitatif dan Kualitatif Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama, 81.
[9]Jong Jek Siang, Giat Jitu Sukses Menyusun Tesis (Yogyakarta: ANDI Offset, 2003) 51.
[10]Daniel Lucas Lukito, DKK. VERITAS Junal Teologi Pelayanan Volume 14 nomor 2 (Malang: Gandum Mas, 2013) 226.
[11]C. Peter Wagner, Church Planting For A Greater Harvest (Malang: Gandum Mas, 2016) 4
[12]Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan (Bandung: Pionir Jaya, 2006) 37.
[13]Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 35.
[14]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori Perlatihan dan Contoh (Bandung: Refika Aritama, 2011) 45.
[15]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013) 89.
[16]Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan, 43.
[17]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori Perlatihan dan Contoh, 45.
[18]P. Ratu Ile Tolakan, Manajemen Penelitian Guru untuk Pendidikan Bermutu, Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah Guru-Dosen, dan Kebijakan Pendidikan (Jakarta: PT. Grasindo IKAPI, 2016) 188. 
[19]Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternative Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) 33.
[20]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) 384.
[21]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 910.
[22]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 23.
[23]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 109.
[24]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 334.
[25]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 42.
[26]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 797.
[27]James Strong,  Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible (Iowa: Riverside BOOK and Bible House Iowa Falls) 33.
[28]Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testament (Volume 2), (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint ed. , 2000) 69
[29]Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (jilid 1) (Malang: Gandum Mas, 1988), 24.
[30]Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid 1), ed. S.v. “Berita, Pemberitaan.” By R.H. Mounce. (Jakarta: Team Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995; Reprint ed. 2000) 18, 183.
[31]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 1470.
[32]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 712.
[33]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 1335.
[34]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EDisi Keempat, 712.
[35]Fo’arota Telaumbanua, Pengolahan Data Penelitian Perbandingan dan Hubungan (Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKI, 2006) 133.

No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...