PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah Penelitian
Pada
bagian awal ini, Peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang
menjadi latar belakang dalam Penelitian ini.
Alasan, Mengapa Peneliti Mengangkat Judul Atau
Topik Dalam Penelitian Ini Adalah:
- Melkior
menyatakan bahwa: “Metode yang digunakan oleh, para Penginjil beberapa
tahun sebelumnya untuk mengajarkan
cara membaca, dan berdiskusi Firman Tuhan serta memberitakan
Firman Tuhan yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang
Keselamatan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba,
khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua,
kurang efektif[1]”.
Dengan ini, Peneliti
memahami bahwa, Penelitian sekaligus analisa yang dilakukan oleh Melkior,
secara tegas menyatakan bahwa, orang-orang yang tinggal di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, tidak bisa membaca, menulis,
menghitung serta masih menganut agama tradisional di setiap daerah Provinsi
Papua, karena pelayanan yang dilakukan oleh misionaris beberapa tahun yang lalu
kurang efektif.
Dengan demikian, sesuai dengan
fakta dan data yang ada, bahkan Peneliti juga menemukan, di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua bahwa, sebagian masyarakat di daerah
tersebut belum ada PAUD-SMA bahkan belum ada tempat untuk latihan membaca dan
berdiskusi Firman Tuhan. Maka Peneliti sangat terbeban bahkan memiliki kerinduan
hati yang mendalam untuk menelaah lebih jauh mengenai kehidupan dan aktivitas
serta keadaan orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di
Suku Ketengban. Supaya Peneliti dan Papuan
Union Forest Service Team (PUFST)
atau Team Persekutuan Pelayanan Rimba
Sepapua, memahami keadaan di daerah tersebut untuk dapat menjangkau orang-orang
yang tinggal di sana agar bisa membaca dan menulis serta menghitung. Kurang
efektifnya dalam pelayanan misionaris di beberapa tahun yang lalu adalah tugas
dan tanggungjawab yang harus ditanggung oleh hamba-hamba Tuhan atau Misionaris
masa kini. Peneliti sangat terbeban untuk melayani mereka dalam hal membaca,
menulis, menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan kepada orang-orang Papua yang
masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua.
Menurut Penelitian yang
dilakukan oleh Melkior, kurang efektifnya dalam pelayanan dari Team Misi
Pemberita Injil Kristus sebelumnya, salah satu penyebab adalah, karena para
misionaris tidak menetap atau tinggal beberapa tahun untuk melayani kepada
orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya kepada
orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Alasan lain, kurang
efektifnya dalam hal melatih untuk membaca, menulis, menghitung serta
berdiskusi Firman Tuhan oleh orang-orang yang ada di Suku Ketengban adalah,
para Misionaris tidak memahami konteks orang-orang Papua yang ada di Suku
Ketengban, akhirnya pelayanan dari misionaris tidak bisa diterima dengan baik
dan dengan mudah oleh orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
- Metode
penginjilan yang dilakukan oleh:
PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal.
Kerinduan Peneliti untuk
mengAnalisis secara Kritis seluruh Metode yang telah digunakan dan sedang
digunakan, guna untuk peningkatan pembelajaran dalam hal melatih warga setempat
untuk membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, demi menjangkau
jiwa-jiwa baru agar kognitif dan spiritual orang-orang Papua yang masih tinggal
di Hutan Rimba, khususnya kepada orang-orang yang ada di Suku Ketengban menjadi
sesuai dengani Firman Tuhan.
Adapun beberapa Metode
yang digunakan oleh Team Pemberita Injil (TPI), atau Team Pemberita Kabar
tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus
melalui Team MISI PUFST kepada Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai
dengan sekarang adalah sebagai berikut:
Pertama, Belajar
menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk
pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan
berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran
rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua, Menyesuaikan
diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua,
sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Ketiga, Belajar
Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan
cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat
setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk
berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk
diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat
tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat, Mengajarkan
warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara
membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat
bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa
menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau
Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan
para Team Pemberita Injil dari PUFST
adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya,
tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan.
Kelima, Berusaha
untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di
Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman
Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah,
tepat dan cepat[2].
Dari
beberapa Pelayan Tuhan bersama dengan Peneliti (Tirianus Malyo) mengadakan pertemuan sederhana untuk membuat Visi
dan Misi serta program untuk menyepakati metode-metode yang digunakan dalam
pelayanan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba. Khususnya
kepada orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi
Papua. Dengan adanya menyepakati motode yang digunakan oleh Team MISI PUFST dalam pelayanan kepada
orang-orang di Suku Ketengban tersebut, dapat digunakan dengan baik dan benar
agar para Pengajar dapat mengajarkan membaca dan berdiskusi Firman Tuhan demi
tercapainya kognitif dan spiritual bagi orang-orang yang tinggal di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Proinsi Papua.
- Dengan alasan
karena: “Sebagian besar Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua, belum bisa membaca, menulis dan berdiskusi Injil Kristus
yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, mereka
masih menyembah roh-roh jahat atau benda-benda mati[3]”.
Suatu tantangan yang
sangat besar bagi Peneliti Team PUFST adalah mereka sulit untuk dapat memahami
maksud dari pengajar, karena turun temurun orang-orang yang tinggal di sana
tidak mengenal abjad atau tidak bisa membaca.
- Kondisi
Masyarakat yang sulit untuk dijangkau, Mengapa?[4]
Pertama, Karena
Kendala buta huruf
Kedua, Karena
Kendala Geografis (medan atau jarak)
Ketiga, Karena
Kendala tidak bisa berbahasa Indonesia
Keempat, Karena
Kendala buta huruf
Kelima, Karena
Kendala Dana (Biaya)
Keenam, Karena
Kendala makanan dan minuman.
Yang
menjadi masalah atau tantangan yang sangat besar bagi Peneliti dan Team
Pemberita Injil, adalah: mengajarkan
cara membaca, menulis, menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, kepada
orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, salah satunya adalah karena
Kendala Geografis (medan atau jarak) yang sulit untuk dijangkau. Kendala
berikutnya adalah Karena orang-orang Papua yang tinggal di Hutan Rimba tidak
bisa berbahasa Indonesia akibat dari tidak bisa membaca dan menulis. Peneliti
sudah berulang kali pelayanan di wilayah Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua, sekaligus telah menyaksikan serta mengalami bahwa,
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sana, sangat sulit dan terkendala bagi
Peneliti dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus serta pengajar dalam hal membaca, menulis, menghitung
dan berdiskusi Firman Tuhan.
Tidak
hanya itu, kendala lain yang membuat Peneliti dan Team Pemberita Injil Kristus
yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari
Tuhan Yesus Kristus adalah buta huruf.
Masyarakat di Suku Ketengban sebagian besar tidak bisa membaca. Inilah yang membuat
para Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus, sulit untuk mengajak mereka membaca Alkitab serta memahaminya.
Kendala
lain adalah Dana (Biaya), untuk berangkat dari kota Jayapura atau Sentani ke
Suku Ketengban, Kabuaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sangat mahal bagi Peneliti
dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus. Karena sekali jalan hanya untuk biaya tiket pesawat
kecil, seperti Pesawat: YAJASI, MAF, CARAVAN, AMA, ADVENT, PAPUA AIR dan
lain-lain, bisa mencapai dua juta rupiah. Tidak termasuk dengan ongkos barang
bawaan yang sekilo garam bisa mencapai tiga puluh ribu rupiah. Dengan biaya
yang demikian mahal, maka tentu saja para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual masyarakat, sangat sulit untuk pergi
ke Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Setiap
makhluk hidup di dunia ini, tentu saja sangat membutuhkan makanan dan minuman
sesuai dengan daerah atau budaya bahkan kebiasaan makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Menjadi halangan atau kendala lain untuk para Pengajar membaca dan diskusi
tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua adalah tidak mampu menyesuaikan
diri dengan makanan dan minuman.
- “Tidak ada
Follow up bagi mereka yang telah mendengar dan menerima Kabar tentang
Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus
sebelumnya. Juga para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua[5]”.
Melkior, dalam analisanya
menyatakannya bahwa, hamba-hamba Tuhan atau misionaris yang sebelumnya sudah
pernah mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua tidak ada follow up dengan baik. Maka, Peneliti sangat
terbeban untuk melayani di daerah Suku Ketengban. Dalam hal ini, memfollow up
semua pelayanan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan di Suku Ketengba. Lebih
khusus mengenai membaca
dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat,
di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Melihat kondisi
orang-orang Papua di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, yang kurang
diperhatikan dalam segala hal, baik kehidupan dalam kebutuhan Rohani, maupun
kebutuhan jasmani, maka Peneliti dan Team Pemberita Injil dengan Inisiatif
mengambil tindakan untuk membuat suatu grup (Kelompok atau Team) dengan
menamakan diri PUFST yang artinya
adalah: “PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM”
atau “TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA
SEPAPUA”. Dengan tujuan, akan lebih fokus untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang
Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan
Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang
yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban.
LATAR
BELAKANG DI BENTUKNYA TEAM MISI PUFST
Di bagian ini Peneliti
akan memaparkan mengenai sejarah berdirinya Team MISI: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) disertai dengan VISI dan MISI-nya. Sebelum adanya Team MISI PUFST, Pencetus atau Pendiri, terlebih
dahulu pelayanan ke Pedalaman Papua, tepatnya di Suku Ketengban, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, untuk pelayanan memberitakan Kabar tentang
Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang tinggal
di sana. Sekaligus mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban.
Pada Tanggal 15 Januari
2011 Peneliti menyelesaikan Sekolah Alkitab (SABIA) di Kabupaten Biak Numfor,
Provinsi Papua. Pada Tanggal 18 Januari 2011, Peneliti berangkat dari Bandara
Udara Sentani ke Kampung Eipomek, untuk pelayanan kepada Suku Ketengban. Peneliti
melakukan pelayanan di Suku Ketengban, dengan berjalan berkeliling dari kampung
yang satu ke Kampung yang lain, selama kurang lebih lima bulan. Mulai dari
bulan Pebruari 2011 sampai dengan Bulan Juni 2011. Kemudian Tanggal 20 Juni
2011, Peneliti kembali dari Suku Ketengban, tempat pelayanan ke Sentani, kemudian
berangkat ke Surabaya, untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia (STTIA) Surabaya, Jawa
Timur, Indonesia. Kemudian Bulan Mei 2012 sampai dengan Bulan Juli 2012 Peneliti
melanjutkan pelayanan di Suku Ketengban, bersama empat orang partner pelayan
Tuhan.
Kemudian pada tanggal 25
Juli 2012, Peneliti bersama Partners pelayan Tuhan mengadakan pertemuan
sederhana, karena Peneliti melihat orang-orang Papua yang masih tinggal di
Hutan Rimba Papua, tepatnya di Suku Ketengban, harus dengan sangat serius ditangani
pelayanan di sana. Akhirnya Peneliti bersama keempat partner pelayanan, mereka
adalah: Esoel Tengket, Arius Wisal,
Jesman Tengket dan Yates Kisamlu. Merintis dan mendirikan suatu Team Pemberita
Injil dengan diberi nama PUFST.
Sekalipun Team Pemberitaan Injil dari Team MISI PUFST, lebih fokus pelayanannya
di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Namun, Team
MISI PUFST memiliki VISI yang sangat besar dan luas yaitu menjangkau atau
memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
kepada seluruh orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba sekaligus
mengajarkan cara membaca
dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat,
di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Jadi, Team MISI PUFST
ini tidak hanya berfokus kepada Suku Ketengban, namun semua orang-orang yang tinggal
di Pedalaman Papua.
Peneliti menyaksikan
bahwa, sebagian besar di Pedalaman Papua belum terjangkau dengan baik, maka Peneliti
dan Team MISI PUFST akan berusaha untuk menjangkau dengan pelayanan yang
bersifat Holistik. Tentu saja Visi dan Misi dari Team MISI PUFST sulit tercapai
karena Peneliti dan Team belum ada Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai dalam pelayanan
ini. Namun, Peneliti dan Team Pemberita Injil dari PUFST akan berusaha sebaik
mungkin untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan
Kabar tentang Keselamatan, kepada orang-orang yang masih tinggal di Hutan
Rimba, khususnya di Suku Ketengban.
Adapun VISI dan MISI dari
Team MISI PUFST adalah sebagai
berikut:
VISI
MELALUI
PUFST, SEMUA ORANG-ORANG PAPUA DI HUTAN RIMBA, MENJADI PERCAYA KEPADA TUHAN
YESUS KRISTUS DAN SENANTIASA MEMPRAKTEKKAN FIRMAN KRISTUS DALAM KEHIDUPAN
MEREKA.
MISI
MELALUI PUFST, SENANTIASA
MENJANGKAU KEHIDUPAN ORANG-ORANG PAPUA DI HUTAN RIMBA.
Dengan
adanya Visi dan Misi ini, Peneliti dan Team Pemberita Injil dari PUFST, dengan
sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati akan mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang
Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Sekaligus memberitakan Firman Tuhan yang adalah Kabar
tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, kepada orang-orang
Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban. Peneliti
dan Team Misi dari PUFST, memiliki kerinduan hati yang sangat mendalam yaitu,
untuk menjangkau semua orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba Papua.
Jadi,
Latar Belakang terbentuknya Team MISI PUFST adalah, ketika Peneliti dan Team
Misi PUFST pergi pelayanan ke pedalaman Papua pada tahun 2011, dan melihat
keadaan orang-orang yang ada di Hutan Rimba Papua, bahwa sangat perlu untuk
diperhatikan dalam pelayanan Holistik. Namun, untuk sementara ini, Peneliti dan
Team Pemberita Injil lebih fokus dalam pemberitaan Injil Kristus kepada
orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Identifikasi
Masalah Penelitian
Di
bagian ini Peneliti memaparkan mengenai masalah-masalah yang telah dijelaskan
di bagian latar belakang, namun supaya lebih terperinci, terara, dan terfokus,
maka Peneliti akan menjelaskan di bawah ini, seperti halnya yang dinyatakan
oleh: Sugiono bahwa, “untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara
indentifikasi masalah, artinya masalahnya dipilah-pilih, supaya masalah tersebut
dapat dipecahkan dengan baik dan benar agar dapat menyelesaikan dengan tuntas[6]”.
Seperti halnya juga
dinyatakan oleh Stevanus Parinussa bahwa: “pengembangan pelayanan adalah harus
dengan tepat guna. Dalam mengembangkan suatu strategi pelayanan bagi jemaat
gereja seyogyannya mengembangkan suatu sistem pelayanan yang tepat guna
berdasarkan tujuan pelayanan yang utama dengan memanfaatkan seluruh sumber daya
yang ada secara maksimal agar dapat mencapai hasil yang optimal[7]”.
Berdasarkan
latar belakang masalah Penelitian tersebut di atas, maka yang menjadi
identifikasi masalah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Metode yang
digunakan oleh Team MISI PUFST untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi
Peningkatan Kognitif dan Spiritual serta Pemberita Kabar
tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus
Kristus kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, lebih
khusus bagi Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua
di beberapa tahun yang lalu kurang
efektif.
- Metode
penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai cara membaca,
menulis, berhitung serta berdiskusi Firman Tuhan yang dilakukan oleh Team
Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari
Tuhan Yesus Kristus, oleh: PAPUAN
UNION FOREST SERVICE TEAM (PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal. Maka
kerinduan Peneliti untuk mengAnalisis mengenai cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Serta mengenai Kabar tentang
Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.
Adapun Metode yang
digunakan oleh Team MISI PUFST untuk mengajarkan
cara membaca
dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat,
serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar
tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui Team MISI PUFST di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai
dengan sekarang adalah sebagai berikut:
Pertama,
Belajar
menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk
pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan
berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran
rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua,
Menyesuaikan
diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua,
sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Ketiga,
Belajar
Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan
cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat
setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk
berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk
diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat
tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat,
Mengajarkan
warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara
membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat
bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa
menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau
Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan
para Team Pemberita Injil dari PUFST
adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya,
tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan.
Kelima,
Berusaha
untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di
Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman
Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah,
tepat dan cepat.
- Dengan alasan
karena: “Sebagian besar Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua, belum bisa membaca, menulis dan berdiskusi Injil Kristus
yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, mereka
masih menyembah roh-roh jahat atau benda-benda mati”.
Suatu tantangan yang
sangat besar bagi Peneliti Team PUFST adalah mereka sulit untuk dapat memahami
maksud dari pengajar, karena turun temurun orang-orang yang tinggal di sana
tidak mengenal abjad atau tidak bisa membaca.
- Kondisi
Masyarakat yang sulit untuk dijangkau, Mengapa?
Pertama, Karena
Kendala buta huruf
Kedua, Karena
Kendala Geografis (medan atau jarak)
Ketiga, Karena
Kendala tidak bisa berbahasa Indonesia
Keempat, Karena
Kendala buta huruf
Kelima, Karena
Kendala Dana (Biaya)
Keenam, Karena
Kendala makanan dan minuman.
Masalah
atau tantangan yang sangat besar bagi Peneliti dan Team Pemberita Injil, adalah:
mengajarkan cara membaca, menulis,
menghitung dan berdiskusi Firman Tuhan, kepada orang-orang Papua yang masih
tinggal di Hutan Rimba, salah satunya adalah karena Kendala Geografis (medan
atau jarak) yang sulit untuk dijangkau. Kendala berikutnya adalah Karena
orang-orang Papua yang tinggal di Hutan Rimba tidak bisa berbahasa Indonesia
akibat dari tidak bisa membaca dan menulis. Peneliti sudah berulang kali
pelayanan di wilayah Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi
Papua, sekaligus telah menyaksikan serta mengalami bahwa, dalam berkomunikasi
dengan masyarakat di sana, sangat sulit dan terkendala bagi Peneliti dan Team
Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari
Tuhan Yesus Kristus serta pengajar dalam hal membaca, menulis, menghitung dan
berdiskusi Firman Tuhan.
Tidak
hanya itu, kendala lain yang membuat Peneliti dan Team Pemberita Injil Kristus
yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari
Tuhan Yesus Kristus adalah buta huruf.
Masyarakat di Suku Ketengban sebagian besar tidak bisa membaca. Inilah yang membuat
para Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus, sulit untuk mengajak mereka membaca Alkitab serta memahaminya.
Kendala
lain adalah Dana (Biaya), untuk berangkat dari kota Jayapura atau Sentani ke
Suku Ketengban, Kabuaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, sangat mahal bagi Peneliti
dan Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan
dari Tuhan Yesus Kristus. Karena sekali jalan hanya untuk biaya tiket pesawat
kecil, seperti Pesawat: YAJASI, MAF, CARAVAN, AMA, ADVENT, PAPUA AIR dan
lain-lain, bisa mencapai dua juta rupiah. Tidak termasuk dengan ongkos barang
bawaan yang sekilo garam bisa mencapai tiga puluh ribu rupiah. Dengan biaya
yang demikian mahal, maka tentu saja para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual masyarakat, sangat sulit untuk pergi
ke Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Setiap
makhluk hidup di dunia ini, tentu saja sangat membutuhkan makanan dan minuman
sesuai dengan daerah atau budaya bahkan kebiasaan makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Menjadi halangan atau kendala lain untuk para Pengajar membaca dan diskusi
tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua adalah tidak mampu
menyesuaikan diri dengan makanan dan minuman.
- “Tidak ada
Follow up bagi mereka yang telah mendengar dan menerima Kabar tentang
Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus
sebelumnya. Juga para Pengajar membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua”.
Melkior, dalam analisanya
menyatakannya bahwa, hamba-hamba Tuhan atau misionaris yang sebelumnya sudah
pernah mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua tidak ada follow up dengan baik. Maka, Peneliti sangat
terbeban untuk melayani di daerah Suku Ketengban. Dalam hal ini, memfollow up
semua pelayanan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan di Suku Ketengba. Lebih
khusus mengenai membaca
dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan Spiritual masyarakat,
di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Melihat kondisi
orang-orang Papua di Hutan Rimba, khususnya Suku Ketengban, yang kurang diperhatikan
dalam segala hal, baik kehidupan dalam kebutuhan Rohani, maupun kebutuhan
jasmani, maka Peneliti dan Team Pemberita Injil dengan Inisiatif mengambil
tindakan untuk membuat suatu grup (Kelompok atau Team) dengan menamakan diri PUFST artinya: “PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM” atau “TEAM PERSEKUTUAN PELAYANAN RIMBA SEPAPUA”. Dengan tujuan akan lebih
fokus untuk mengajarkan cara membaca dan diskusi tentang Alkitab demi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual masyarakat, di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua. Serta memberitakan Kabar tentang Pengampunan Dosa dan
Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang masih tinggal di Hutan Rimba,
khususnya di Suku Ketengban.
Pembatasan Masalah Penelitian
Harianto menyatakan bahwa, “dalam
mempertajam Penelitian, Peneliti kualitatif harus menetapkan pembatasan masalah
Penelitian[8]”.
Senada juga dijelaskan oleh Jong Jek Siang, bahwa: “Kadang-kadang masalah yang
ada, terlalu luas untuk dibahas secara keseluruhan sehingga Peneliti hanya
membahas dan meneliti sebagian saja. Hal ini diperkenankan karena mengingat
keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang dimiliki oleh Peneliti[9]”.
Lebih jauh lagi seperti halnya yang
dipaparkan dalam buku Jurnal dari “Sekolah Seminari Alkitab Asia Tenggara”
bahwa: “mengasihi manusia berarti melakukan keadilan terhadap manusia yang jauh
lebih berharga melebihi hewan atau tumbuh-tumbuhan. Jadi, jelas bahwa, mencari
kerajaan Allah diletakan di dalam konteks tindakan keadilan dan kasih Allah
kepada manusia. Mengartikan bahwa, kerajaan Allah dan kebenaran-Nya sebagai
pemerintahan Allah di dalam hati seseorang[10]”.
Menurut
C. Peter Wagner menyatakan bawah:
“Saya
pikir masalah ini secara akurat mencerminkan sikap sejumlah besar
pemimpin-pemimpin paling berpengaruh di Negara-negara Protestan tradisional.
Tidak mengherankankan jika gereja-gereja mengalami penurunan dan kekristenan
kehilangan pengaruh misi atau Pemberitaan Inil. Fokus utama mereka adalah
pembangunan gereja-gereja yang sudah ada dengan megah atau mewah. Ingatlah
fakta sederhana ini: ‘lebih memudahkan melahirkan bayi daripada membangkitkan
orang mati! Bukan berarti semua gereja yang sudah ada itu mati dalam hal
penginjilan, walaupun sebagian besar memang tidak berfungsi dalam hal
penginjilan[11]”.
Sesuai dengan kutipan di atas, dan mengingat keterbatasan
waktu, dana dan tenaga, maka Peneliti memberikan batasan-batasan dalam Penelitian
ini, akhirnya Peneliti memilih
atau memutuskan terkait dengan poin Kedua yaitu: Metode penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai
cara membaca, menulis, berhitung dan berdiskusi Firman Tuhan yang dilakukan oleh Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan
Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus
melalui: PAPUAN UNION FOREST SERVICE TEAM
(PUFST) atau TEAM PERSEKUTUAN
PELAYANAN RIMBA SEPAPUA, kurang optimal.
Kerinduan yang
sangat mendalam dari Peneliti untuk mengAnalisis Metode Pembelajaran Membaca dan Diskusi tentang Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST, bagi
Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat serta
Pemberitaan Injil Kristus yang adalah Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan
Yesus Kristus, maupun mengajarkan kualitas hidup
orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua.
Adapun Metode yang digunakan oleh para
Pengajar Membaca dan diskusi
tentang Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST, bagi Peningkatan Kognitif dan
Spiritual Masyarakat serta Pemberita
Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus
Kristus melalui TEAM MISI PUFST di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunugan Bintang, Provinsi Papua, sejak Tahun 2011 sampai dengan
sekarang adalah sebagai berikut:
Pertama,
Belajar
menyesuaikan diri dengan iklim di Hutan Rimba Papua, lebih khusus di Suku
Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Supaya terbiasa untuk
pelayanan dalam hal mengajarkan cara membaca, menulis, menghitung dan
berdiskusi Firman Tuhan di daerah tersebut, baik dari dataran tinggi ke dataran
rendah maupun dari daerah dingin ke daerah panas.
Kedua,
Menyesuaikan
diri dengan segala jenis makanan dan minuman yang ada di Hutan Rimba Papua,
sebagaimana yang biasanya dikomsumsi oleh warga setempat dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Ketiga,
Belajar
Bahasa Daerah setempat dengan sedikit demi sedikit. Supaya dapat mengajarkan
cara membaca, menulis menghitung serta berdiskusi Firman Tuhan, kepada masyarakat
setempat dengan menggunakan bahasa daerah yang biasannya gunakan untuk
berkomunikasi. Dengan tujuan masyarakat yang ada di Suku Ketengban, mudah untuk
diterima dan dipahami dengan baik dan benar. Agar masksud dan tujuan dapat
tersampaikan dengan baik dan benar sesuai dengan yang harapan dari pengajar.
Keempat,
Mengajarkan
warga setempat, baik orang tua maupun anak-anak untuk mengenal abjad, cara
membaca, cara menulis dan cara menghitung. Dengan tujuan, masyarakat setempat
bisa mengenal abjad dan membaca serta bisa menulis dan sekaligus bisa
menghitung. Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa membaca Firman Allah atau
Alkitab secara pribadi dan berdiskusi Firman Tuhan. Kerinduan dari Peneliti dan
para Team Pemberita Injil dari PUFST
adalah orang-orang Papua yang ada di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan
Bintang, Provinsi Papua, bisa membaca Firman Allah (Alkitab) dengan sendirinya,
tidak harus disampaikan secara lisan sekaligus bisa berdiskusi Firman Tuhan.
Kelima,
Berusaha
untuk mengenal dan memahami medan (jarak) bahkan situasi dan kondisi yang ada di
Hutan Rimmba Papua khususnya Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang,
Provinsi Papua. Supaya bisa mengajarkan cara membaca, menulis dan berdiskusi Firman
Tuhan dari daerah yang satu pindah ke daerah yang lain dengan baik, mudah,
tepat dan cepat.
Jadi, berdasarkan
batasan masalah yang ada, maka pokok pembahasan dalam Penelitian ini adalah: Metode penginjilan yang dibarengi dengan pengajaran mengenai cara
membaca, menulis, berhitung dan berdiskusi Firman Tuhan. Sekaligus membahas mengenai cara
memberitakan Kabar tentang Pengampunan
Dosa dan Kabar tentang Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus
maupun mengajarkan kualitas hidup orang-orang di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba”.
Sebab Penelitian
dalam suatu masalah sangat penting untuk ada pembatasan masalah, karena dalam Penelitian
suatu masalah bisa saja terlalu luas terhadap masalah yang sedang diteliti,
dengan demikian maka, Peneliti perlu untuk membatasi terhadap masalah yang
sedang diteliti.
Rumusan Masalah Penelitian
Di bagian ini, Peneliti merumuskan
pertanyaan Penelitian sebagai usaha untuk memperjelas atau mempertajam rumusan
masalah Penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Sukamto bahwa, rumusan masalah
Penelitian adalah: “usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
Penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan (solusi), jalan keluar
atau pun pemecahan masalahnya[12]”.
Sedangkan menurut Sugiono, rumusan
masalah adalah “suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawaban, melalui
pengumpulan data[13]”.
Menurut Imam Suyitno menyatakan
bahwa, rumusan masalah adalah: “menggunakan bentuk rumusan pertanyaan, yang
akan diselesaikan oleh Peneliti nantinya[14]”.
Lebih jauh lagi ditegaskan oleh,
Suharsimi Arikunto bahwa: “Agar judul Penelitian tidak kelihatan panjang, maka
yang disebutkan hanya ciri yang ditonjolkan oleh Peneliti saja, selebihnya
diterangkan di luar Judul[15]”.
Berdasarkan
Batasan Masalah Penelitian yang sudah dijelaskan diatas menurut para ahli, maka
Peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
Pertama, Bagaimana
metode Pengajaran, Cara membaca dan Diskusi Firman Tuhan bagi Suku Ketengban,
Kabupaten pegunungan Bintang, Provinsi Papua?
Kedua, Bagaimana
upaya untuk peningkatan kognitif (pengetahuan Alkitab) bagi orang-orang yang tinggal
di Suku Ketengban, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua?
Ketiga, Bagaimana
upaya untuk peningkatan Spritual (dalam hal rohani) di Suku Ketengban,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua?
Tujuan Penelitian
Di bagian
ini Peneliti akan memaparkan mengenai tujuan Peneliti mengangkat judul Penelitian
ini. Seperti yang dinyatakan oleh Sukamto bahwa: “Tujuan Penelitian merupakan
pernyataan apa yang hendak kita capai, dengan hasil Penelitian yang akan kita
meneliti di lapangan nantinya[16]”.
Sedangkan
menurut Imam Suyitno, berpendapat bahwa, tujuan Penelitian adalah: “rumusan yang berisi tentang pernyataan[17]”.
Tujuan Penelitian menurut P. Ratu Ile Tolakan, adalah:
“Pertama, Tujuan untuk perbaikan
(Improvement)
Kedua, Tujuan untuk peningkatan (Upgrading)
Ketiga, Tujuan untuk pengembangan (developing)
Keempat, Tujuan untuk publikasi[18]”.
Peneliti
memberikan tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengAnalisis metode Pembelajaran membaca
bagi orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku
Ketengban yang dinilai kurang optimal.
Kedua, untuk mengAnalisis Metode diskusi Alkitab dalam Pelayanan Penginjilan PUFST,
bagi orang-orang
Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, khususnya di Suku Ketengban yang
dinilai kurang optimal.
Ketiga, untuk peningkatan Kognitif bagi orang-orang
Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba, supaya Firman Tuhan dapat tersampaikan
dengan baik, benar dan tepat sasaran serta dapat membaca dan berdiskusi Firman
Tuhan.
Keempat, untuk peningkatan Spritual Masyarakat supaya
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dari orang-orang Papua yang masih
tinggal di hidup di Hutan Rimba, agar diajarkan kualitas hidup yang lebih layak
dan lebih baik, supaya mereka
dapat berubah dari kebiasaan yang lama dan melakukan hal-hal baik yang
diajarkan oleh Team Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang
Keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus melalui Team MISI PUFST.
Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Di bagian ini Peneliti
akan memaparkan mengenai manfaat dari hasil Penelitian: seperti yang dinyatakan
oleh: Bagong Suyanto dan Sutinah bahwa, tujuan Penelitian adalah: “Ingin
memahami dunia yang kompleks ini, baik demi ingin memuaskan rasa ingin tahu
maupun untuk mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi ataupun yang mengontrol
peristiwa yang terjadi[19]”.
Secara Teoritis
Pertama, untuk mengajarkan Metode Pembelajaran dan Diskusi Firman
Tuhan yang lebih
dalam terhadap orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan
Rimba.
Kedua, sebagai
bahan masukan bagi pengembangan kurikulum di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel
Indonesia (STTIA) Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, untuk pengembangan studi
Misiologi maupun Teologi praktikka.
Ketiga, memanfaatkan hasil
Penelitian ini untuk melaksanakan Penelitian lebih lanjut terkait dengan
kehidupan orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.
Secara Praktis
Pertama, untuk mengetahui
kehidupan orangg-orang Papua di Hutan Rimba, khusunya Suku Ketengban, Kabupaten
Pegunungan Bintang, Provinsi, sekaligus mempelajari aktivitas dalam kehidupan
mereka, supaya suatu saat Peneliti selanjutnya bisa pergi dan mengajarkan cara
membaca dan diskusi Firman Tuhan, kepada orang-orang Papua yang masih tinggal
di Hutan Rimba.
Kedua, secara
khusus Peneliti akan mempersembahkan hasil Penelitian ini kepada, Team
Pemberita Kabar tentang Pengampunan Dosa dan Kabar tentang Keselamatan, dari Papuan
Union Forest Service Team (PUFST) sebagai bahan pegangan untuk
pelayanan kepada orang-orang Papua yang masih tinggal di Hutan Rimba.
Definisi
Istilah
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata “Evalusi”
didefinisikan sebagai: “penilaian, memberikan penilaian, menilai[20]”.
Selanjutnya kata “Metode” Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan atau disepakati bersama[21]”.
Selanjutnya kata “Pembelajaran”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “Proses, cara,
perbuatan, mempelajari[22]”.
Kata
“Membaca” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai: “melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati, mengecah atau melafalkan apa
yang tertulis, mengucapkan dan memperhitungkan[23]”.
Sedangkan Kata Diskusi didefinisikan
sebagai: “Pertemuan Ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Membicarakan sesuatu dalam diskusi. Mengadakan diskusi, bertukar pikiran[24]”.
Kata Alkitab didefinisikan sebagai: “Kitab
Suci Agama Kristen, terdiri atas perjanjian lama dan Perjanjian Baru. Berkenaan
Kitab, (wahyu Allah)[25]”.
Sedangkan kata Pelayanan,
didefinisikan sebagai: “Perihal atau cara melayani. Usaha melayani kebutuhan
orang lain dengan memperoleh imbalan[26]”.
Ditinjau dari definisi
mengenai kata Penginjilan, perlu diadakan penyelidikan terhadap
beberapa topik utama di sekitar penginjilan sehingga dapat membuka wawasan
berpikir tentang kepentingan dari tugas tersebut. Harapan Peneliti dengan adanya pemahaman yang baru
atau lebih mengenai Penginjilan agar akan memotivasi gereja dalam mencari
solusi untuk mengefektifkan penginjilan di lingkungan yang telah dipercayakan
Tuhan kepadanya.
James Strong
dan Horst Balz, menjelaskan bahwa: “Dalam Alkitab, baik dalam kitab-kitab
Perjanjian Baru maupun dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, kata “penginjilan”
tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “evanggeliso” artinya: “mengumumkan, memberitakan,
atau membawa kabar baik[27],
dan “memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus[28]”..
Menurut Yakob Tomatala,
kata “evanggeliso” merupakan: “satu istilah yang dipakai
dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah yang diberikan kepada pembawa
berita kemenangan dari medan tempur, dan atau berita kemenangan itu
sendiri. Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso”
untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus[29]”.
Ensiklopedia
AlkitabMasa Kini (Jilid 1), memaparkan bahwa:
“Kata “evanggeliso”
sinonim dengan kata “κερισσω” dibaca “kerysso.” Kata
ini pada mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi
(utusan itu disebut “Kerux”) yang menyampaikan pengumuman dari
raja. Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang
tentara, atau memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya
sangat penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda.
Kitab Perjanjian
Lama menggunakan kata yang paralel dengan “kerysso” yaitu “qầrầ,
yang artinya “berseru.” Dalam kitab Septuaginta (LXX) kata “kerysso”
dipakai lebih dari 30 kali, baik dalam arti sekular tentang pengumuman
resmi raja-raja, maupun dalam arti agamawi tentang pengucapan kenabian (Yes
61:1; Yoel 1:14; Zak 9:9) Sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru kata “kerysso”
dipakai sebanyak 60 kali. Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain
yang berhubungan dengan penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca
“didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan. Tuhan Yesus sering
menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat dalam
Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10: 4-12. Kata
kedua yaitu: “μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya
bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami. Penginjilan
dengan cara ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2: 40)[30]”.
PUFT
adalah
kepanjagannya dari: PAPUAN UNION FOREST
SERVICE TEAM, yang dibentuk Peneliti Bersama dengan Team dengan memiliki
VISI dan MISI untuk menjangkau Pedalaman PAPUA. Adapun VISI dan MISI dari Team MISI PUFST adalah sebagai berikut:
VISI:
Melalui
PUFST, Semua Orang-Orang Papua Di Hutan Rimba, Menjadi Percaya Kepada Tuhan
Yesus Kristus Dan Senantiasa Mempraktekkan Firman Kristus Dalam Kehidupan
Mereka.
MISI:
Melalui
PUFST, Senantiasa Menjangkau Kehidupan Orang-Orang Papua Di Hutan Rimba.
Kata
Kata “Peningkatan” menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai: “Selalu meningkat naik,
bertambah, naik derajat manaikin taraf, mempertinggi, memperhebat, mengangkat
diri. Proses cara perbuatan menigkatkan usaha kegiatan dan sebagainya[31]”.
Kognitif,
didefinisikan sebagai: “Berhubungan dengan melibatkan kognisi. Berdasarkan
kepada pengetahuan factual yang empiris. Kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan termasuk kesadaran perasaan dan sebagainya. Atau usaha mengenali
sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses pengenalan dan penafsiran lingkungan
oleh seseorang hasil memperoleh pengetahuan[32]”.
Spritual, didefinisikan
sebagai: “Berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin)[33]”.
Masyarakat, didefinisikan
sebagai: “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama[34]”.
Sistematika Laporan Penulisan
Di
bagian ini, Peneliti mensistematiskan seluruh bab supaya memudahkan para
pembaca, untuk dapat memahami garis besar dari seluruh isi dalam Tesis ini.
Seperti yang dinyatakan oleh: Fo, arota, “sebagaimana diketahui bahwa, sistematika
laporan penulisan adalah, kegiatan bagi mahasiswa yang dalam menyelesaikan
studi. Harus mensistematiskan penulisanya dari bab pertama sampai dengan bab
terakhir, untuk memudahkan para pembaca supaya dapat memahami dengan mudah dan
jelas[35]”.
Bab
kedua adalah, Landasan Teori, Analisis Metode Pembelajaran Membaca Dan Diskusi Tentang Alkitab Serta
Peningkatan Kognitif Dan Spiritual Masyarakat Di Suku Ketengban Kabupaten
Pegunungan Bintang Provinsi Papua. Penginjilan Adalah Misi Allah.
Pelayanan Penginjilan Oleh PUFST. Metode-Metode pelayanan Penginjilan Oleh PUFST.
Wilayah Penjangkauan Jiwa Melalaui Pelayanan Pengingjilan PUFST. Jumlah
Orang-Orang Yang Menerima Firman Tuhan Dan Percaya Kepada Tuhan Yesus. Kualitas
Hidup Orang-Orang Di Suku Ketengban Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua
Sesudah Diadakan Penginjilan Oleh PUFST. Pengengenalan Kepada Tuhan Yesus
Kristus. Kesimpulan Landasan Teori. Metode-Metode Pemberitaan Injil Kristus
oleh Team PUFST yang sudah direvisi.
Bab Tiga adalah, Metode
dan Prosedur Penelitian, Metode dan Alasan Menggunakan Metode, Tempat Penelitian,
Instrumen Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis
Data dan Keabsahan Data.
Bab keempat adalah, Laporan
Dan Hasil Penelitian, Pembahasan Mengenai Metode Membaca dan Diskusi Alkitab, bagi Peningkatan
Kognitif dan Spiritual Masyarakat di Suku Ketengban, Papua,
Metode yang digunakan oleh Team Misi PUFST dalam rangka mengajarkan cara
membaca dan berdiskusi Alkitab serta memberitakan Injil Kristus. Mengajarkan Cara Membaca. Mengajarkan
Untuk Diskusi Firman. Peningkatan Kognitif.
Peningkatan Spiritual. Menawarkan Metode Pembelajaran Membaca dan
diskusi tentang Alkitab bagi Peningkatan Kognitif dan Spiritual Masyarakat.
Kesimpulan Laporan dan Hasil Penelitian.
Bab Lima adalah, Penutup
yang berisikan Kesimpulan, Implikasi dan Saran-Saran.
[1]Melkior, Menerima
Misionaris Menjemput Peradaban (Yogyakarta: Kanisius, 2016) 75-79.
[2]Tirianus dkk, Perintisan Team Pemberita Injil PUFST (Sentani: 25 Juli 2012)
[3]Melkior, Iwol
Pusat Kehidupan Manusia Aplim Apom (Salatiga: Satya Wacana University
Press, 2017) 49-59.
[4]Yulianus, Kondisi,
Kendala, dan Solusi Menanggulangi Kemiskinan Menjelang Millenium Development
Goals 2015 di Provinsi Papua (Yogyakarta: Kepel Press, 2016) 13-20.
[5]Melkior, Sejarah
Nama Papua dan Asal Usul Manusianya dari Penemuan ke Peradaban dari Gereja ke
Politik (Yogyakarta: Kepel Press, 2016)
[6]Sugiono, Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) 48.
[7]Awiyono, dkk. Pengantin Kristus Jurnal Bilika-Komprehensip-Profesional (Surabaya:
Devisi Literatur STTIA, 2016) 51.
[8]Harianto, Metode
Kuantitatif dan Kualitatif Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat
Agama, 81.
[9]Jong Jek Siang, Giat Jitu Sukses Menyusun Tesis (Yogyakarta: ANDI Offset, 2003) 51.
[10]Daniel Lucas Lukito, DKK. VERITAS Junal Teologi Pelayanan Volume 14 nomor 2 (Malang: Gandum
Mas, 2013) 226.
[11]C. Peter Wagner, Church Planting For A Greater Harvest (Malang: Gandum Mas, 2016) 4
[12]Sukamto, Pendekatan
Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan (Bandung: Pionir Jaya, 2006) 37.
[13]Sugiono, Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 35.
[14]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori Perlatihan dan Contoh
(Bandung: Refika Aritama, 2011) 45.
[15]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2013) 89.
[16]Sukamto, Pendekatan
Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan, 43.
[17]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori Perlatihan dan Contoh, 45.
[18]P. Ratu Ile Tolakan, Manajemen Penelitian Guru untuk Pendidikan
Bermutu, Panduan Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya Ilmiah Guru-Dosen,
dan Kebijakan Pendidikan (Jakarta: PT. Grasindo IKAPI, 2016) 188.
[19]Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai
Alternative Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) 33.
[20]Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa EDisi Keempat (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) 384.
[27]James Strong, Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible
(Iowa: Riverside BOOK and Bible House Iowa Falls) 33.
[28]Horst Balz &
Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testament (Volume 2),
(Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint
ed. , 2000) 69
[30]Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid 1), ed. S.v. “Berita, Pemberitaan.” By
R.H. Mounce. (Jakarta: Team Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995; Reprint ed. 2000)
18, 183.
[35]Fo’arota Telaumbanua, Pengolahan Data Penelitian Perbandingan dan Hubungan (Jakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKI, 2006) 133.
No comments:
Post a Comment