Tuesday, January 22, 2019

LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Penelitian
          Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latarbelakang dalam penelitian ini. Setiap peneliti pasti memiliki alasan-alasan mengapa hatinya tergerak untuk meneliti terhadap suatu masalah yang sedang terjadi. Selanjutnya adalah seperti yang telah dinyatakan oleh: Harianto bahwa, “latar belakang masalah bermula dari deskripsi terhadap adanya masalah dan disarankan untuk menunjukkan minimal tiga masalah[1]”. Jadi, kalau dikatakan masalah, maka peneliti mampu dan harus menunjukkan masalah yang akan diteliti selanjutnya, sejak awal supaya masalah yang sudah dinyatakan itu yang dicari solusi untuk menyelesaikan terhadap masalah tersebut.
          Dunia dewasa ini, sangat dimanjakan oleh perkembangan yang sangat modern dan kompleks membuat segala sesuatu serba mudah, dan tidak bisa dipungkiri bahwa gereja Tuhan masa kini juga, tidak terfokus dan mengandalkan Alkitab yang di dalamnya tergandung prinsip-prinsip sebagai landasan yang mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja. Dalam hal ini, para hamba-hamba Tuhan dan jemaat yang ada di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil jarang memikirkan untuk keselamatan orang-orang yang masih hidup di Hutan Rimba khususnya orang-orang Papua yang masih hidup di Hutan Rimba Papua.

          Gereja-gereja di kota-kota besar dan kecil, memikirkan kesejahtraan dirinya dan bersenang-senang di zona nyaman, dan hanya sedikit yang tertarik untuk pelayanan di daerah-daerah Pedalaman di Indonesia pada umumnya dan di Suku Terasing atau Suku Terabaikan Suku Ketengban Papua Tengah di Provinsi Papua.

          Alasan Peneliti Mengangkat Judul Atau Topik Dalam Penelitian Ini Adalah:

  1. Sebagian besar Suku Ketengban di Papua Tengah Belum menerima Kabar tentang Keselamatan atau Injil Kristus.
  2. Kondisi Masyarakat yang sulit terjangkau karena:
a.       Kendala Geografis
b.      Kendala tidak bisa berbahasa Indonesia
c.       Kendala buta huruf
d.      Kendala jarak
e.       Kendala makan dan minum
f.        Dll.
  1. Penginjilan yang telah dilakukan terhadap suku Ketengban kurang efektif (harus ada data) maka pelayana PUFSO mulai pelayanan di Suku Ketengban, Papua Tengah, sejak Tahun 2011 sampai dengan sekarang. Mennggunakan metode?
  2. Tidak ada Follow up bagi mereka yang telah mendengar dan menerima Kabar Keselamatan atau Injil Kristus.



 Identifikasi Masalah Penelitian
Di bagian ini peneliti memaparkan mengenai masalah-masalah yang telah dijelaskan di bagian latar belakang, namun supaya lebih terperinci, terara, dan terfokus, maka peneliti telah menjelaskan di bawah ini, seperti halnya yang dinyatakan oleh: Sugiono bahwa, “untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara indentifikasi masalah, artinya masalahnya dipilah-pilih, supaya masalah tersebut dapat dipecahkan dengan baik dan benar[2]”.
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Dalama kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba belum mendengar dan menerima Firman Tuhan Yesus Kristus, atau Kabar tentang Keselamatan.
  2. Dalam kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba 98 % hidup dengan rumah yang dibangun dengan kayu dan dengan tali rotan dan dipakai dengan atap.
  3. Dalam kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba 98 % hidup dengan rumah yang dibangun dengan kayu dan dengan tali rotan dan dipakai dengan atap.
  4. Dalam keidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba, 98 % tidak bisa membaca (Buta Huruf).
  5. Dalam kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba, 98 % tidak bisa berbahasa Indonesia
  6. Dalam kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba, 100 % bertani, namun tidak mengerti tentang cara bertani yang benar.
  7. Dalam kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba, 95 % bertani dengan alat-alat yang seadanya seperti:
a.       Kapak Batu
b.      Tongkat dari kayu:
1.      Menjadikan Parang
2.      Menjadikan Sekop
3.      Menjadikan Linggis
4.      Pisau, dan lain-lain.
5.      Noken
  1. Dalam kehidupan orang-orang di Hutan Rimba Papua, 90 % belum memakai baju dan celana, namun mereka masih menggunakan alat-alat seadanya seperti:
a.       Koteka (bagi Pria)
b.      Cawat (bagi wanita) semacam rumput air, yang diolah oleh warga setempat
c.       Sebagai perhiasan, dibuat gelang tangan dan gelang kaki dengan keterampilan
  1. Dalam kehidupan orang-orang di Hutan Rimba Papua, 80 % masih menggunakan korek api dengan buatan dari sepotong kayu yang berukuran 30 cm dengan pasangannya adalah tali rotan yang kering.
  2. Dalam kehidupan orang-orang di Hutan Rimba Papua, 90 % masakan mereka tidak menggunakan Minyak Goreng, Garam dan Ajinomoto.
  3. Dalam kehidupan orang-orang di Hutan Rimba Papua, 90 % memasak makanannya tidak menggunakan Panji, Wajan/penggorengan, Belanga dll.
  4. Dalam kehidupan orang-oang Hutan Rimba di Papua mengambil Air bersih dan isi di sebuah potongan Bambu, buat minum. Jaraknya kurang lebih 500 meter sampai 1 Kilo Meter.
  5. Dalam kehidupan orang-orang Hutan Rimba di Papua untuk pergi ke Toilet, jaraknya 50 sampai 100 meter, dari Rumah ke WC umum yang tanpa atap dan tembok.
  6. Dalam kehidupan orang-orang di Hutan Rimba Papua, 90 % sudah perpakaian, namun satu pasang baju dan jelana untuk enam bulan sampai satu tahun, tidak mencuci, tidak ganti dan tidak mandi.
Dari definisi Masalah di atas ini, dapat dinyatakan seperti halnya oleh Stevanus Painusa bahwa, pengembangan pelayanan yang harus tepat guna. Dalam mengembangkan suatu strategi pelayanan bagi jemaat gereja seyogyannya mengembangkan suatu sistem pelayanan yang tepat guna berdasarkan tujuan pelayanan yang utama dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara maksimal agar dapat mencapai hasil yang optimal[3].

Pembatasan Masalah Penelitian
Penelitian dalam suatu masalah sangat penting untuk ada pembatasan masalah, karena dalam penelitian suatu masalah bisa saja terlalu luas terhadap masalah yang sedang diteliti, maka peneliti perlu untuk membatasi terhadap masalah yang sedang diteliti. Selanjutnya seperti yang juga dinyatakan oleh: Harianto bahwa, “dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan pembatasan masalah penelitian[4]”. Selanjutnya menurut Jong Jek Siang, menyatakan bahwa: “Kadang-kadang masalah yang ada terlalu luas untuk dibahas secara keseluruhan sehingga peneliti hanya membahas dan meneliti sebagian saja. Hal ini diperkenankan karena mengingat keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti[5]”.
Selanjutnya adalah seperti yang nyatakan dalam buku Jurnal dari “Sekolah Seminari Alkitab Asia Tenggara” bahw: mengasihi manusia berarti melakukan keadilan terhadap manusia yang jauh lebih berharga melebihi hewan atau tumbuh-tumbuhan. Jadi jelas bahwa mencari kerajaan Allah diletakan di dalam konteks tindakan keadilan dan kasih Allah kepada manusia. Mengartikan bahwa, kerajaan Allah dan kebenaran-Nya sebagai pemerintahan Allah di dalam hati seseorang[6].
Sesuai dengan kutipan di atas, maka mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti memberikan batasan-batasan dalam penelitian terkait dengan poin Pertama yaitu: Dalama kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba sebagian belum mendengar dan menerima Firman Tuhan Yesus Kristus, atau Kabar tentang Keselamatan.
Para Pemimpin jemaat gereja-gereja  di kota-kota besar kurang peduli terhadap kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba yang terlupakan oleh waktu dan dilupakan oleh orang-orang Kristen di Indonesia maupun luar negeri.
Jadi, berdasarkan batasan masalah yang ada, maka pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan: Dalama kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba Papua sebagian belum mendengar dan menerima Firman Tuhan Yesus Kristus, atau Kabar tentang Keselamatan.

Rumusan Masalah Penelitian
Di bagian ini peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai usaha untuk memperjelas atau mempertajam rumusan masalah penelitian. Seperti yang dinyatakan oleh Sukamto bahwa, rumusan masalah penelitian adalah, “usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya[7]”. Sedangkan menurut Sugiono, rumusan masalah adalah “suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawaban, melalui pengumpulan data[8]”. Selanjutnya Imam Suyitno menyatakan bahwa, rumusan masalah adalah “menggunakan bentuk rumusan pertanyaan, yang akan diselesaikan oleh peneliti nantinya[9]”.
Berdasarkan batasan masalah penelitian yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu:
Pertama, apakah yang dimaksud dengan orang-orang di Hutan Rimba Papua?
Kedua, seperti apakah aktivitas dalam kehidupan sehari-hari mereka?
Ketiga, bagaiman caranya Firman Tuhan atau Kabar tentang Keselamatan dapat tersampaikan dalam kondisi kehidupan mereka?



Tujuan Penelitian
Di bagian ini peneliti akan memaparkan mengenai tujuan peneliti mengangkat judul penelitian ini. Senada juga dinyatakan oleh Sukamto bahwa:  “Tujuan penelitian merupakan pernyataan apa yang hendak kita capai, dengan hasil penelitian[10]”. Sedangkan menurut Imam Suyitno, tujuan penelitian adalah “rumusan yang berisi tentang pernyataan[11]”. Peneliti memberikan tujuan penelitian sebagai berikut:
Pertama, untuk mengetahui orang-orang Papua yang hidup di Hutan Rimba. 
Kedua, untuk mengetahui aktivitas sehari-hari mereka dan sesuatu yang mereka miliki dalam menunjang kehidupan mereka.
Ketiga, untuk menjelaskan metode yang efektif untuk dapat menyampaikan Firman Kristus kepada orang-orang Papua yang hidup di Hutan Rimba.

Manfaat Penelitian

Di bagian ini peneliti memaparkan mengenai manfaat dari hasil penelitian: seperti yang dinyatakan oleh: Bagong Suyanto dan Sutinah, bahwa tujuan penelitian adalah: “Ingin memahami dunia yang kompleks ini, baik demi ingin memuaskan rasa ingin tahu maupun untuk mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi ataupun yang mengontrol peristiwa yang terjadi[12]”.
Secara Teoritis
   Pertama, untuk mempelajari lebih mendalam dan mengenal orang-orang Papua yang hidup di Hutan Rimba. 
Kedua, sebagai bahan masukan bagi pengembangan kurikulum di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia (STTIA) Surabaya Jawa Timur Indonesia, bagi pengembangan studi (Misi) atau teologi praktika.
Ketiga, memanfaatkan hasil penelitian ini untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait dengan kehidupan orang-orang Papua di Hutan Rimba.
          Secara Praktis
Pertama, untuk mengtahui kehidupan orangg-orang Papua di Hutan Rimba, sekalikus mempelajari aktivitas dalam kehidupan untuk suatu saat bisa pergi dan menyampaikan Kabar tentang Keselamatan kepada orang-orang yang hidup di Hutan Rimba Papua.
Kedua, secara khusus peneliti akan mempersembahkan hasil penelitian ini kepada, Team Pelayanan dari Papuan Union Forest Service Organizatin (PUFSO) sebagai bahan pegangan dalam metode pelayana kepada orang-orang yang hidup di Hutan Rimba Papua.

 

 

Definisi Istilah

Sistematika Laporan Penulisan
          Di bagian ini, peneliti akan mensistematiskan seluruh bab supaya memudahkan para pembaca untuk dapat memahaminnya. Hal yang senada juga dinyatakan oleh: Fo, arota bahwa, “sebagaimana diketahui bahwa, sistematika laporan penulisan adalah, kegiatan bagi mahasiswa yang dalam menyelesaikan studi. Selanjutnya harus mensistematiskan penulisanya dari bab pertama sampai dengan bab terakhir, untuk memudahkan para pembaca supaya dapat memahami dengan jelas[13]”.
          Bab satu, adalah pendahuluan, latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika laporan penulisan.
Bab dua adalah, landasan teori, mengenai pemahaman hidup berjemaat, pengertian hidup berjemaat, dasar hidup berjemaat, tujuan hidup berjemaat, pola hidup brjemaat dan kesimpulan landasan teori.
Bab tiga adalah, metode dan prosedur penelitian, metode dan alasan menggunakan metode, tempat penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan keabsahan data.
Bab empat adalah, laporan dan hasil penelitian, eksposisi kitab Kisah Para Rasul 2:41-47. Laporan, langkah-langkah pokok eksepositoris, analisis pengamatan, analisis historis, analisis teologikal, diagram kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, konteks dekat, konteks jauh, kesimpulan, hasil penelitian.
Bab lima  adalah penutup yang berisi kesimpulan, implikasi dan saran-saran.




[1]Harianto, Metode Kuantitatif dan Kualitatif Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama (Surabaya: STT Bethany Surabaya, 2013) 73.
[2]Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012) 48.
[3]Awiyono, dkk. Pengantin Kristus Jurnal Bilika-Komprehensip-Profesional (Surabaya: Devisi Literatur STTIA, 2016) 51.
[4]Harianto, Metode Kuantitatif dan Kualitatif Pengantar Penelitian Biblika Teologi dan Filsafat Agama, 81.
[5]Jong Jek Siang, Giat Jitu Sukses Menyusun Skripsi (Yogyakarta: ANDI Offset, 2003) 51.
[6]Daniel Lucas Lukito, DKK. VERITAS Junal Teologi Pelayanan Volume 14 nomor 2 (Malang: Gandum Mas, 2013) 226.
[7]Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan (Bandung: Pionir Jaya, 2006) 37.
[8]Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 35.
[9]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori Perlatihan dan Contoh (Bandung: Refika Aritama, 2011) 45.
[10]Sukamto, Pendekatan Kuantitatif Untuk Penelitian Keagamaan, 43.
[11]Imam Suyitno, Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan Teori  Perlatihan dan Contoh, 45.
[12]Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternative Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006) 33.
[13]Fo’arota Telaumbanua, Pengolahan Data Penelitian Perbandingan dan Hubungan (Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKI, 2006) 133.

No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...