PERUMUSAN
DAN REFLEKSI HARIAN: RABU, 25 APRIL 2018
1.
PERUMUSAN:
a.
Analisa Teks
Seorang penafsir
harus terlebih dahulu yakin bahwa teks yang ada padanya adalah yang paling
dekat dengan naskah asli, karena penyalinan naskah-naskah PL dan PB dilakukan
dengan sikap yang sangat teliti. Di bagian ini dijelaskan tentang sejarah
singkat pembentukan PL dan PB sebagai kanon, pembaca juga dibawa untuk mengenal
salinan-salinan dan terjemahan-terjemahan kuno yang penting, juga dijelaskan
mengenai codex yang merupakan bentuk penjilidan buku yang mirip dengan buku
modern. Menurut pembaca apa yang disampaikan penulis dalam buku ini sangat
jelas bahwa sebelum penafsir mencari arti yang dimaksud dalam Alkitab, maka dia
harus lebih dahulu yakin bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah, terlebih
setelah mempelajari bagaimana proses kanonisasi Alkitab, yaitu berdasarkan
pengujian yang ketat, sungguh-sungguh, lama dan universal.
b.
Analisa Isi Kitab/Introduksi
Dalam bukunya ini,
Hasan Sutanto menyatakan bahwa seorang baru akan dapat menafsir dengan tepat
jika sudah mempersiapkan diri membaca Alkitab dengan teratur dan terencana.
Setelah membaca Alkitab dengan cepat beberapa kali, kemudian disusul dengan
pembacaan yang agak pelan disertai dengan observasi yang lebih cermat. Menurut
pembaca, hal ini sangat tepat karena untuk dapat menafsir dengan baik, penafsir
harus benar-benar mengenal isi kitab yang hendak ditafsirkannya. Dalam
menganalisa ini hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang penulisan
kitab, tanggal penulisan kitab yang biasanya ditentukan juga oleh gaya bahasa
dan ajaran utama suatu kitab, dan pembaca kitab (harus memperhatikan tempat
tinggal pembaca dan data-data tentang diri pembaca) karena hal ini akan sangat
menentukan dalam penafsiran maksud penulis dalam menulis kitabnya.
c.
Analisa Sejarah dan Latar Belakang
Dengan mengetahui
sejarah dan latar belakang situasi zaman itu diharapkan penafsir modern dapat
mengerti maksud sesungguhnya dari penulis Alkitab. Menurut pembaca hal ini
sangat penting agar penafsir tidak membawa masuk maksudnya ke dalam Alkitab
karena bisa saja suatu kebiasaan pada zaman itu berbeda maknanya dengan zaman sekarang.
Demikian juga dalam menyelidiki latar belakang harus memperhatikan unsur
geografis, unsur waktu, unsur agama, unsur politik dan ekonomi, unsur
kebudayaan dan kebiasaan. Dengan menyelidiki hal-hal tersebut kita akan dapat
memahami tujuan dan maksud penulis dalam penulisan kitabnya.
d.
Analisa Sastra
Dalam arti luas
analisa ini mencakup sejarah, pengarang,sumber, bentuk, konteks dan lain-lain.
Sedang alam arti sempit analisa ini berfokus pada tujuan, struktur, bentuk
penulisan, nada/modus suatu kitab/bagian yang ingin ditafsir. Pembaca setuju
dengan penulis, karena dengan analisa sastra yang cermat, maka seorang penafsir
dapat mengenal isi kitab dengan menyeluruh dan teratur serta menentukan bagian
yang ingin ditafsir dalam kitab itu dan memakai cara penafsiran yang tepat atas
gaya penulisan tertentu. Analisa sastra memperhatikan juga gaya sastra sebuah
kitab atau sebagian kitab tersebut.
e.
Analisa Konteks
Konteks yang
dimaksud untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin
ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab dan biasanya dibagi dalam: analisa
kontes dalam pengertian sempit/dekat yang menunjuk ayat atau ayat-ayat
yang berkisar sebelum dan sesudah ayat-ayat yang ingin ditafsir dan analisa
konteks dalam pengertian luas/jauh yang dapat dilihat dalam konteks
dalam kitab-kitab lain, konteks dalam kitab-kitab yang ditulis oleh pengarang
yang sama dan konteks dalam kitab itu sendiri. Pembaca sangat setuju dengan ide
penulis, karena analisa konteks ini sangat menolong dalam mencari maksud dari
ayat yang hendak ditafsir. Karena seringkali ayat yang hendak ditafsir tidak
dapat berdiri sendiri, tatapi berhubungan dengan ayat sebelum dan sesudahnya
atau bahkan dengan kitab lain.
f.
Analisa Kata (Semantik, Lexicologi)
Tanpa menguasai arti
suatu kata, penafsir tidak mengerti maksud dari suatu kalimat, apalagi
menafsirnya. Untuk penyelidikan kata mencakup 3 bidang, yaitu: Fonologi (ilmu
suara kata), Morfologi (ilmu bentuk kata) dan Semantik (ilmu arti kata) yang
berfokus pada penyelidikan arti kata. Harus diperhatikan bahwa dalam Alkitab
sering terdapat kata-kata yang sama, tetapi mengandung pengertian yang
berlainan dan arti suatu kata terus berkembang, sehingga tidak tepat jika
penafsir menjelaskan suatu kata dengan konotasi modern. Penafsir juga harus
terbuka akan adanya ungkapan khusus. Pada prinsipnya menurut pembaca apa yang
disajikan oleh penulis sangat tepat karena hal ini merupakan hal yang paling
esensi dalam suatu penafsiran. Karena itu penafsir harus hati-hati dalam
melakukan penyelidikan analisa kata ini.
g.
Analisa Tata Bahasa
Analisa ini penting
karena suatu kalimat, biasanya ditulis menurut hukum tata bahasa dan struktur
tertentu. Sebenarnya analisa tata bahasa berhubungan sangat erat
dengan analisa kata. Sebab suatu kata Ibrani atau Yunani dapat diterjemahkan
menjadi suatu kalimat, yang jelas bersangkut paut dengan hukum tata bahasa.
Berdasarkan apa yang disampaikan penulis, menurut pembaca sebenarnya analisa
tata bahasa ini sangat berhubungan erat dengan analisa-analisa yang sebelumnya.
Karena untuk menghasilkan penafsiran yang baik memang dibutuhkan analisa yang
menyeluruh dari kitab yang hendak ditafsirkan.
h.
Integrasi
Setelah
penyelidikan terhadap pelbagai aspek dan bagian Alkitab yang hendak ditafsir
telah dilakukan, tiba saatnya penafsir mengintegrasikan semua data itu menjadi
suatu tafsiran yang utuh, indah,jelas dan mudah dimengerti. Usaha
mengintegrasikan data-data analisa menjadi suatu tafsiran yang baik adalah
suatu usaha yang lebih bersifat seni dari pada ilmiah. Itu sebabnya di bagian
awal penulis telah menyatakan bahwa Hermeneutik bukan sekedar ilmu, tetapi juga
mengandung unsur seni karena ini sangat dibutuhkan ketika penafsir
mengintegrasikan hasil analisa yang telah dilakukan dalam mencari arti yang
dimaksud penulis.
Karena dalam
Alkitab terdapat bermacam-macam gaya sastra dan cara komunikasi, maka penulis
merasa perlu untuk mengajak pembaca untuk memperhatikan cara-cara dan
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gaya sastra dan cara komunikasi
tertentu, sehingga diharapkan penafsir modern bukan saja terhindar dari bahaya
salah menafsir, bahkan maju satu langkah dapat menafsir dengan jelas dan tepat.
Pembaca setuju dengan pendapat ini karena memang kalau kita selidiki, maka
beberapa penulis Alkitab menggunakan gaya bahasa yang khas seperti Mazmur,
Amsal, Ayub yang berbentuk syair dan lain-lain. Dalam bab ini dibahas mengenai:
a.
Bahasa Kiasan yang Pendek
Yaitu
suatu cara komunikasi (lisan atau tertulis) yang menyampaikan suatu
berita dengan cara memperbandingkan, atau mengasosiasikan dengan hal lain.
Bahasa kiasan adalah suatu alat komunikasi yang dapat memberi penjelasan,
gambaran yang lebih hidup, jelas dan mudah diingat. Di sini dijelaskan pula
beberapa jenis bahasa kiasan pendek dan juga beberapa pegangan untuk penafsiran
bahasa kiasan pendek.
b.
Perumpamaan
Perumpamaan di
Alkitab adalah cerita-cerita yang dipakai untuk menjelaskan suatu ajaran moral
atau kebenaran rohani, karena cerita ini memiliki beberapa persamaan dengan
ajaran atau kebenaran tersebut. Yang perlu diperhatikan di sini adalah sumber
perumpamaan, tujuan perumpamaan, struktur perumpamaan, isi dan teologi dalam
perumpamaan-perumpamaan PB. Pembaca setuju bahwa sebagai seorang penafsir perlu
memperhatikan metode penafsiran perumpamaan, karena permpamaan banyak dipakai
dalam PB. Bahkan menurut perkiraan, sepertiga dari pengajaran Yesus disampaikan
dalam bentuk perumpamaan.
c.
Allegori
Allegori adalah
suatu cerita yang mencoba mengadakan beberapa perbandingan. Allegori adalah
perumpamaan yang jauh lebih rumit dan lain dengan perumpamaan, allegori tidak
begitu memperhatikan nasehat moral, tetapi kebenaran yang bersifat teoritis.
Dijelaskan juga oleh penulis beberapa prinsip penafsiran allegoris. Menurut
pembaca hal ini sangat penting karena ternyata pemakaian allegori
dalam Alkitab sudah berbeda dengan metode penafsiran allegori sekarang ini,
sehingga penafsir sering mengabaikan maksud dari penulis Alkitab dan memaksakan
maksud dirinya sendiri ke dalam bagian Alkitab yang hendak ditafsir, hingga
artinya bergeser dari arti yang dimaksud penulis.
d.
Simbol
Simbol di sini
adalah suatu hal yang dipakai untuk menyampaikan suatu pengertian yang melebihi
pengertian umum/biasa dari hal yang dipakai tersebut. Dalam Alkitab terdapat
cukup banyak simbol, yang dapat dibagi menurut jenisnya, yaitu benda,
peraturan/upacara, tindakan yang bermakna simbolik, angka, warna, nama,
penglihatan, dan mujizat. Penulis juga memberikan beberapa prinsip/metode dalam
menyelidiki simbol ini. Pembaca setuju dengan maksud penulis, karena dalam
Alkitab terdapat banyak simbol yang digunakan dan masing-masing memiliki pesan
khusus yang harus ditafsirkan secara benar. Itu sebabnya kita perlu belajar
prinsip penafsirannya.
e.
Tipe (Tipologi)
Tipologi adalah
suatu korespondensi dalam satu, atau beberapa aspek tokoh, peristiwa, benda dan
lain-lain di PL dengan tokoh, peristiwa, benda dan lain-lain yang lebih dekat
atau sezaman dengan penulis PB. Atau suatu bayangan dari suatu kebenaran yang
terdapat dalam PL, sedang perwujudannya terdapat dalam PB. Prinsip yang
diberikan penulis dalam menyelidiki tipologi menurut pembaca akan sangat
membantu di dalam penafsiran karena tipologi ini berbeda dengan allegori, namun
kebanyakan penafsir menyamakannya sehingga artinya menjadi bias. Dari prinsip
yang disampaikan penulis yang perlu diperhatikan adalah penjelasan bahwa
tipologi jelas berorientasi ke sejarah, sedang allegori mencoba mencari makna
yang tersembunyi di belakang pengertian harfiah.
f.
Syair
Syair yang dimaksud
di sini terbatas hanya syair PL karena luasnya bahasan dalam Alkitab sangat
luas. Hal-hal yang dibahas oleh penulis antara lain: sifat syair PL,
fungsi/jenis syair PL, beberapa ciri khas dari syair PL, beberapa hal tentang
kitab Mazmur, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran syair
Alkitab. Menurut pembaca kita perlu mempelajari prinsip/metode penafsiran
bentuk syair, karena sepertiga bagian dari PL saja ditulis dalam bentuk syair.
Pembaca setuju dengan penulis bahwa dalam penafsiran syair Alkitab kita harus
memperhatikan konteks, latar belakang dan tujuan utama penulisan syair supaya
tidak salah dalam memahami arti yang dimaksud penulis kitab tersebut.
g.
Nubuat
Di bagian ini,
penulis memberi penjelasan tentang fungsi nabi, beberapa aspek isi berita
nubuat, beberapa ciri nubuat secara umum, beberapa persoalan dalam penafsiran
nubuat dan beberapa pegangan dalam penafsiran nubuat. Menurut pembaca, memang
perlu mempelajari prinsip penafsiran nubuat bukan saja karena jumlah ayat-ayat
yang bersifat nubuat sangat banyak, tetapi juga karena ayat-ayat demikian sulit
ditafsir dan sering menimbulkan perdebatan yang sengit.
h.
Apokaliptik
Dalam pengertian
umum, istilah ini menunjuk sekelompok literatur beserta konsep-konsep dasarnya,
yang bertumbuh subur di daerah Alkitab, yang banyak terdapat di sekitar abad
ke-2 sM sampai abad pertama. Dalam bagian ini penulis membahas mengenai
ciri-ciri literatur apokaliptik umum, sebab timbulnya dan asal-usul literatur
apokaliptik umum, perbedaan antara literatur apokaliptik umum dan Alkitabiah,
dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran Apokaliptik. Menurut
pembaca, setiap penafsir perlu mempelajari metode penafsiran apokaliptik,
karena hal ini menubuatkan hal-hal yang akan datang, hampir mirip dengan
nubuat. Apokaliptik sangat menonjol dalam hal eskatologi.
i.
Surat
Penulis mengutip
pendapat dari Adolf Deismann, yang pada awal abad ke-20 menyelidiki surat-surat
kuno yang ditulis dalam papirus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu Surat Umum
dan Surat Pribadi. Surat ini banyak kita jumpai dalam PB, dalam PL hanya
terdapat beberapa surat saja. Pembaca setuju dengan penulis bahwa kita perlu
mempelajari metode penafsiran surat, karena dalam PB saja terdapat 23 surat.
Pembaca juga setuju bahwa untuk mengerti suatu surat, kita perlu membaca keseluruhannya
dengan cermat dan mengerti latar belakangnya sehingga dapat mengerti maksud si
penulis surat tersebut.
j.
Kutipan-kutipan PL dalam PB
Hubungan antara PL
dan PB begitu erat dan tak terpisahkan, ini didasarkan atas kesaksian
penulis-penulis PB dan bahkan Tuhan Yesus sendiri. Dalam bagian ini penulis
memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal kutipan PL dalam PB,
yaitu: batas suatu kutipan, naskah/terjemahan Alkitab yang dipakai oleh
penulis-penulis PB, cara penafsiran yang dipakai oleh penulis-penulis PB dan
fungsi kutipan PL adalah konteks PB. Pembaca setuju dengan pendapat penulis,
karena dalam PB terdapat cukup banyak kutipan dari PL dan cara penafsiran
penulis PB cukup kaya. Pelbagai penafsiran/penjelasan ini menolong kita lebih
mengerti Firman Allah baik di PL maupun di PB. Sebab penulis-penulis PB adalah
hamba-hamba Tuhan yang diberi ilham oleh Allah untuk melihat makna yang lebih
lengkap, pengertian yang lebih dalam, dan penggenapan yang lebih jelas yang
belum diketahui oleh penulis PL.
Membaca Alkitab, lebih penting adalah
harus melihat Latar Belakang Penulisan Kitab Tersebut. Dari beberapa hal yang
perlu diperhatian sebelum menafsirkan Alkitab adalah sebagai berikut:
a.
Latar
belakang dari yang menulis (Penulis)
b.
Latar
Belakang Budaya saat penulisan Alkitab
c.
Latar
Belakang Sosial saat penulisan Kitab tersebut
d.
Latar
Belakang Bahasa saat penulisan Kitab tersebut
e.
Latar
Belakang Ekonomi saat penulisan Kitab tersebut
2.
REFLEKSI:
A.
Membasuh Tangan:
-
Kel. 30:19 untuk ritual
-
Im. 15:11, tanda pentahiran
-
Ul. 21:6, tanda tdk bersalah
-
Maz. 26:6, tanda tidak
bersalah
-
Mat. 15:2, kebersihan adat
istiadat
-
Mat. 27:24, tanda tidak
bersalah
Kesimpulan:
Tanda/symbol dari Yesus dengan darah-Nya, menyucikan dosa-dosa kita, sekali
untuk selama-lamanya.
B.
ROTI
-
Kejadian 14:18 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-
Kejadian 18:5 Memberi makan
untuk menguatkan tubuh.
-
Kejadian 21:14 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-
Kejadian 25:34 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-
Kejadian 28:20 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-
Yohanes 6:33 Yesus adalah Roti yang turun dari Surga
untuk memberi Hidup
-
Yohanes 6:35 Yesus adalah Roti yang Menghidupkan
Rohani.
-
Yohanes 6:41 Yesus adalah Roti
yang Turun dari Surga.
-
Yohanes 6:48 Yesus adalah roti hidup.
-
Yohanes 6:50 Yesus adalah Roti yang turun dari sorga,
yang menhidupkan manusia.
-
Yohanes 6:51 Yesus adalah roti hidup, siapapun yang
makan akan akan hidup selama-lamanya.
-
Yohanes 6:58 Barangsiapa makan roti ini, ia akan
hidup selama-lamanya."
Kesimpulannya
adalah: Symbol, Roti menggambarkan pribadi TUHAN Yesus yang adalah pemberi
kehidupan kekal.
c.
Tanah Liat
-
Kejadian 11:3 => Bahan
bangunan
-
Ayub 10:9 => bahan membuat
manusia
-
Ayub 33:6 => Bahan membuat
manusia
-
Yesaya 41:25 =>bahan
membuat periuk
-
Yeremia 18:4 => bahan yang
rapuh
-
Daniel 2:42 => bahan yang
rapuh
-
Roma 9:21 => bahan yng tarik berhak atas dirinya
Artinya: Simbol dari manusia yang tidak berharga dan fana
d.
Minyak
-
Kejadian 28:18 => untuk
ritual
-
Keluaran 27:20 (zaitun tumbuk
murni) => untuk lampu kemah
-
Keluaran 29:27 (zaitun tumbuk
murni) => untuk urapan
-
Keluaran 29:2 => untuk
mengolah makanan
-
Yakobus 5:14 => untuk
mengolesi
-
Ibrani 1:9 => tanda
kesukaan
Artinya: Minyak yang memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda
tidak bisa di generalkan.
e.
Membasuh Tangan
-
Keluaran 30:19 => secara
fisik untuk ritual supaya bersih dan tidak bersalah
-
Imamat 15:11=> pentahiran
-
Ulangan 21:6 => tanda tidak
bersalah
-
Mazmur 26:6 => tanda tidak
bersalah
-
Matius 15:2 => tanda
kebersihan adat-istiadat supaya bersih
-
Matius 27:24 => tanda tidak
bersalah
Artinya: membasuh tangan merupakan suatu tanda kebanggaan dari
suatu kelayakan dan kebersihan.
TIPOLOGI TABERNAKEL:
NO.
|
Mazbah Kurban Bakaran
|
No.
|
Yesus
|
1.
|
Ayat
di PL: Kel. 27:1-8
|
1.
|
Ibrani
13:10-21
|
2.
|
Dalam Hal: hal benda yang digunakan untuk
ritual penebusan dosa.
|
2.
|
Dalam hal: hal pribadi-Nya menderita di
luar pintu gerbang untuk menguduskan.
|
3.
|
Diberikan Karena: YHWH yang memerintahkan untuk ritual.
|
3.
|
Diberikan
Karena: Allah yang menghendaki.
|
4.
|
Kegunaan:
Kurban yang dibakar
|
4.
|
Supaya
Menguduskan
|
5.
|
Kesimpulan
Tipe: Tipenya Mezbah kurban bakaran yang menceritakan peristiwa bukan hanya bendanya saja mezbah tetapi
juga termasuk peristiwa mezbah kurban bakaran kurban+darah.
|
5.
|
Anti
Tipe: Tuhan Yesus mengurbankan diri-Nya di atas Kayu Salib sebagai Penebusan
bagi umat Manusia di atas muka bumi ini.
|
NO.
|
Ukupan
|
No.
|
Doa Orang Kudus
|
1.
|
Ayat
di PL: Kel. 30:7
|
1.
|
Wahyu
8:1-4; Mazmur 142:2
|
2.
|
Dalam Hal: Campuran Untuk dibakar
|
2.
|
Dalam hal: Persembahan di hadapan Allah.
|
3.
|
Diberikan Karena: Perintah YHWH.
|
3.
|
Diberikan Karena: sebagai bukti iman kepada Allah.
|
4.
|
Kegunaan: Untuk dibakar
|
4.
|
Mempersembahkan
Kemenyan Bersama doa orang kudus.
|
5.
|
Kesimpulan Tipe: Ukupan
|
5.
|
Anti
Tipe: Doa orang Kudus
|
No comments:
Post a Comment