Sunday, January 27, 2019

SIMBOLISME DALAM PL


PERUMUSAN DAN REFLEKSI HARIAN: RABU, 25 APRIL 2018

1.      PERUMUSAN:

a.      Analisa Teks

Seorang penafsir harus terlebih dahulu yakin bahwa teks yang ada padanya adalah yang paling dekat dengan naskah asli, karena penyalinan naskah-naskah PL dan PB dilakukan dengan sikap yang sangat teliti. Di bagian ini dijelaskan tentang sejarah singkat pembentukan PL dan PB sebagai kanon, pembaca juga dibawa untuk mengenal salinan-salinan dan terjemahan-terjemahan kuno yang penting, juga dijelaskan mengenai codex yang merupakan bentuk penjilidan buku yang mirip dengan buku modern. Menurut pembaca apa yang disampaikan penulis dalam buku ini sangat jelas bahwa sebelum penafsir mencari arti yang dimaksud dalam Alkitab, maka dia harus lebih dahulu yakin bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah, terlebih setelah mempelajari bagaimana proses kanonisasi Alkitab, yaitu berdasarkan pengujian yang ketat, sungguh-sungguh, lama dan universal.

b.      Analisa Isi Kitab/Introduksi

Dalam bukunya ini, Hasan Sutanto menyatakan bahwa seorang baru akan dapat menafsir dengan tepat jika sudah mempersiapkan diri membaca Alkitab dengan teratur dan terencana. Setelah membaca Alkitab dengan cepat beberapa kali, kemudian disusul dengan pembacaan yang agak pelan disertai dengan observasi yang lebih cermat. Menurut pembaca, hal ini sangat tepat karena untuk dapat menafsir dengan baik, penafsir harus benar-benar mengenal isi kitab yang hendak ditafsirkannya. Dalam menganalisa ini hal yang perlu diperhatikan adalah latar belakang penulisan kitab, tanggal penulisan kitab yang biasanya ditentukan juga oleh gaya bahasa dan ajaran utama suatu kitab, dan pembaca kitab (harus memperhatikan tempat tinggal pembaca dan data-data tentang diri pembaca) karena hal ini akan sangat menentukan dalam penafsiran maksud penulis dalam menulis kitabnya.


c.       Analisa Sejarah dan Latar Belakang

Dengan mengetahui sejarah dan latar belakang situasi zaman itu diharapkan penafsir modern dapat mengerti maksud sesungguhnya dari penulis Alkitab. Menurut pembaca hal ini sangat penting agar penafsir tidak membawa masuk maksudnya ke dalam Alkitab karena bisa saja suatu kebiasaan pada zaman itu berbeda maknanya dengan zaman sekarang. Demikian juga dalam menyelidiki latar belakang harus memperhatikan unsur geografis, unsur waktu, unsur agama, unsur politik dan ekonomi, unsur kebudayaan dan kebiasaan. Dengan menyelidiki hal-hal tersebut kita akan dapat memahami tujuan dan maksud penulis dalam penulisan kitabnya.

d.      Analisa Sastra

Dalam arti luas analisa ini mencakup sejarah, pengarang,sumber, bentuk, konteks dan lain-lain. Sedang alam arti sempit analisa ini berfokus pada tujuan, struktur, bentuk penulisan, nada/modus suatu kitab/bagian yang ingin ditafsir. Pembaca setuju dengan penulis, karena dengan analisa sastra yang cermat, maka seorang penafsir dapat mengenal isi kitab dengan menyeluruh dan teratur serta menentukan bagian yang ingin ditafsir dalam kitab itu dan memakai cara penafsiran yang tepat atas gaya penulisan tertentu. Analisa sastra memperhatikan juga gaya sastra sebuah kitab atau sebagian kitab tersebut.

e.       Analisa Konteks

Konteks yang dimaksud untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab dan biasanya dibagi dalam: analisa kontes dalam pengertian sempit/dekat yang menunjuk ayat atau ayat-ayat yang berkisar sebelum dan sesudah ayat-ayat yang ingin ditafsir dan analisa konteks dalam pengertian luas/jauh yang dapat dilihat dalam konteks dalam kitab-kitab lain, konteks dalam kitab-kitab yang ditulis oleh pengarang yang sama dan konteks dalam kitab itu sendiri. Pembaca sangat setuju dengan ide penulis, karena analisa konteks ini sangat menolong dalam mencari maksud dari ayat yang hendak ditafsir. Karena seringkali ayat yang hendak ditafsir tidak dapat berdiri sendiri, tatapi berhubungan dengan ayat sebelum dan sesudahnya atau bahkan dengan kitab lain.

f.        Analisa Kata (Semantik, Lexicologi)

Tanpa menguasai arti suatu kata, penafsir tidak mengerti maksud dari suatu kalimat, apalagi menafsirnya. Untuk penyelidikan kata mencakup 3 bidang, yaitu: Fonologi (ilmu suara kata), Morfologi (ilmu bentuk kata) dan Semantik (ilmu arti kata) yang berfokus pada penyelidikan arti kata. Harus diperhatikan bahwa dalam Alkitab sering terdapat kata-kata yang sama, tetapi mengandung pengertian yang berlainan dan arti suatu kata terus berkembang, sehingga tidak tepat jika penafsir menjelaskan suatu kata dengan konotasi modern. Penafsir juga harus terbuka akan adanya ungkapan khusus. Pada prinsipnya menurut pembaca apa yang disajikan oleh penulis sangat tepat karena hal ini merupakan hal yang paling esensi dalam suatu penafsiran. Karena itu penafsir harus hati-hati dalam melakukan penyelidikan analisa kata ini.

g.      Analisa Tata Bahasa

Analisa ini penting karena suatu kalimat, biasanya ditulis menurut hukum tata bahasa dan struktur tertentu. Sebenarnya analisa tata bahasa berhubungan sangat  erat dengan analisa kata. Sebab suatu kata Ibrani atau Yunani dapat diterjemahkan menjadi suatu kalimat, yang jelas bersangkut paut dengan hukum tata bahasa. Berdasarkan apa yang disampaikan penulis, menurut pembaca sebenarnya analisa tata bahasa ini sangat berhubungan erat dengan analisa-analisa yang sebelumnya. Karena untuk menghasilkan penafsiran yang baik memang dibutuhkan analisa yang menyeluruh dari kitab yang hendak ditafsirkan.

h.      Integrasi

Setelah penyelidikan terhadap pelbagai aspek dan bagian Alkitab yang hendak ditafsir telah dilakukan, tiba saatnya penafsir mengintegrasikan semua data itu menjadi suatu tafsiran yang utuh, indah,jelas dan mudah dimengerti. Usaha mengintegrasikan data-data analisa menjadi suatu tafsiran yang baik adalah suatu usaha yang lebih bersifat seni dari pada ilmiah. Itu sebabnya di bagian awal penulis telah menyatakan bahwa Hermeneutik bukan sekedar ilmu, tetapi juga mengandung unsur seni karena ini sangat dibutuhkan ketika penafsir mengintegrasikan hasil analisa yang telah dilakukan dalam mencari arti yang dimaksud penulis.

Karena dalam Alkitab terdapat bermacam-macam gaya sastra dan cara komunikasi, maka penulis merasa perlu untuk mengajak pembaca untuk memperhatikan cara-cara dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gaya sastra dan cara komunikasi tertentu, sehingga diharapkan penafsir modern bukan saja terhindar dari bahaya salah menafsir, bahkan maju satu langkah dapat menafsir dengan jelas dan tepat. Pembaca setuju dengan pendapat ini karena memang kalau kita selidiki, maka beberapa penulis Alkitab menggunakan gaya bahasa yang khas seperti Mazmur, Amsal, Ayub yang berbentuk syair dan lain-lain. Dalam bab ini dibahas mengenai:

a.      Bahasa Kiasan yang Pendek

Yaitu suatu  cara komunikasi (lisan atau tertulis) yang menyampaikan suatu berita dengan cara memperbandingkan, atau mengasosiasikan dengan hal lain. Bahasa kiasan adalah suatu alat komunikasi yang dapat memberi penjelasan, gambaran yang lebih hidup, jelas dan mudah diingat. Di sini dijelaskan pula beberapa jenis bahasa kiasan pendek dan juga beberapa pegangan untuk penafsiran bahasa kiasan pendek.

b.      Perumpamaan

Perumpamaan di Alkitab adalah cerita-cerita yang dipakai untuk menjelaskan suatu ajaran moral atau kebenaran rohani, karena cerita ini memiliki beberapa persamaan dengan ajaran atau kebenaran tersebut. Yang perlu diperhatikan di sini adalah sumber perumpamaan, tujuan perumpamaan, struktur perumpamaan, isi dan teologi dalam perumpamaan-perumpamaan PB. Pembaca setuju bahwa sebagai seorang penafsir perlu memperhatikan metode penafsiran perumpamaan, karena permpamaan banyak dipakai dalam PB. Bahkan menurut perkiraan, sepertiga dari pengajaran Yesus disampaikan dalam bentuk perumpamaan.

c.       Allegori

Allegori adalah suatu cerita yang mencoba mengadakan beberapa perbandingan. Allegori adalah perumpamaan yang jauh lebih rumit dan lain dengan perumpamaan, allegori tidak begitu memperhatikan nasehat moral, tetapi kebenaran yang bersifat teoritis. Dijelaskan juga oleh penulis beberapa prinsip penafsiran allegoris. Menurut pembaca hal ini sangat penting karena ternyata  pemakaian allegori dalam Alkitab sudah berbeda dengan metode penafsiran allegori sekarang ini, sehingga penafsir sering mengabaikan maksud dari penulis Alkitab dan memaksakan maksud dirinya sendiri ke dalam bagian Alkitab yang hendak ditafsir, hingga artinya bergeser dari arti yang dimaksud penulis.

d.      Simbol

Simbol di sini adalah suatu hal yang dipakai untuk menyampaikan suatu pengertian yang melebihi pengertian umum/biasa dari hal yang dipakai tersebut. Dalam Alkitab terdapat cukup banyak simbol, yang dapat dibagi menurut jenisnya, yaitu benda, peraturan/upacara, tindakan yang bermakna simbolik, angka, warna, nama, penglihatan, dan mujizat. Penulis juga memberikan beberapa prinsip/metode dalam menyelidiki simbol ini. Pembaca setuju dengan maksud penulis, karena dalam Alkitab terdapat banyak simbol yang digunakan dan masing-masing memiliki pesan khusus yang harus ditafsirkan secara benar. Itu sebabnya kita perlu belajar prinsip penafsirannya.

e.       Tipe (Tipologi)

Tipologi adalah suatu korespondensi dalam satu, atau beberapa aspek tokoh, peristiwa, benda dan lain-lain di PL dengan tokoh, peristiwa, benda dan lain-lain yang lebih dekat atau sezaman dengan penulis PB. Atau suatu bayangan dari suatu kebenaran yang terdapat dalam PL, sedang perwujudannya terdapat dalam PB. Prinsip yang diberikan penulis dalam menyelidiki tipologi menurut pembaca akan sangat membantu di dalam penafsiran karena tipologi ini berbeda dengan allegori, namun kebanyakan penafsir menyamakannya sehingga artinya menjadi bias. Dari prinsip yang disampaikan penulis yang perlu diperhatikan adalah penjelasan bahwa tipologi jelas berorientasi ke sejarah, sedang allegori mencoba mencari makna yang tersembunyi di belakang pengertian harfiah.

f.        Syair

Syair yang dimaksud di sini terbatas hanya syair PL karena luasnya bahasan dalam Alkitab sangat luas. Hal-hal yang dibahas oleh penulis antara lain: sifat syair PL, fungsi/jenis syair PL, beberapa ciri khas dari syair PL, beberapa hal tentang kitab Mazmur, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran syair Alkitab. Menurut pembaca kita perlu mempelajari prinsip/metode penafsiran bentuk syair, karena sepertiga bagian dari PL saja ditulis dalam bentuk syair. Pembaca setuju dengan penulis bahwa dalam penafsiran syair Alkitab kita harus memperhatikan konteks, latar belakang dan tujuan utama penulisan syair supaya tidak salah dalam memahami arti yang dimaksud penulis kitab tersebut.

g.      Nubuat

Di bagian ini, penulis memberi penjelasan tentang fungsi nabi, beberapa aspek isi berita nubuat, beberapa ciri nubuat secara umum, beberapa persoalan dalam penafsiran nubuat dan beberapa pegangan dalam penafsiran nubuat. Menurut pembaca, memang perlu mempelajari prinsip penafsiran nubuat bukan saja karena jumlah ayat-ayat yang bersifat nubuat sangat banyak, tetapi juga karena ayat-ayat demikian sulit ditafsir dan sering menimbulkan perdebatan yang sengit.

h.      Apokaliptik

Dalam pengertian umum, istilah ini menunjuk sekelompok literatur beserta konsep-konsep dasarnya, yang bertumbuh subur di daerah Alkitab, yang banyak terdapat di sekitar abad ke-2 sM sampai abad pertama. Dalam bagian ini penulis membahas mengenai ciri-ciri literatur apokaliptik umum, sebab timbulnya dan asal-usul literatur apokaliptik umum, perbedaan antara literatur apokaliptik umum dan Alkitabiah, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penafsiran Apokaliptik. Menurut pembaca, setiap penafsir perlu mempelajari metode penafsiran apokaliptik, karena hal ini menubuatkan hal-hal yang akan datang, hampir mirip dengan nubuat. Apokaliptik sangat menonjol dalam hal eskatologi.

i.        Surat

Penulis  mengutip pendapat dari Adolf Deismann, yang pada awal abad ke-20 menyelidiki surat-surat kuno yang ditulis dalam papirus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu Surat Umum dan Surat Pribadi. Surat ini banyak kita jumpai dalam PB, dalam PL hanya terdapat beberapa surat saja. Pembaca setuju dengan penulis bahwa kita perlu mempelajari metode penafsiran surat, karena dalam PB saja terdapat 23 surat. Pembaca juga setuju bahwa untuk mengerti suatu surat, kita perlu membaca keseluruhannya dengan cermat dan mengerti latar belakangnya sehingga dapat mengerti maksud si penulis surat tersebut.

j.        Kutipan-kutipan PL dalam PB

Hubungan antara PL dan PB begitu erat dan tak terpisahkan, ini didasarkan atas kesaksian penulis-penulis PB dan bahkan Tuhan Yesus sendiri. Dalam bagian ini penulis memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal kutipan PL dalam PB, yaitu: batas suatu kutipan, naskah/terjemahan Alkitab yang dipakai oleh penulis-penulis PB, cara penafsiran yang dipakai oleh penulis-penulis PB dan fungsi kutipan PL adalah konteks PB. Pembaca setuju dengan pendapat penulis, karena dalam PB terdapat cukup banyak kutipan dari PL dan cara penafsiran penulis PB cukup kaya. Pelbagai penafsiran/penjelasan ini menolong kita lebih mengerti Firman Allah baik di PL maupun di PB. Sebab penulis-penulis PB adalah hamba-hamba Tuhan yang diberi ilham oleh Allah untuk melihat makna yang lebih lengkap, pengertian yang lebih dalam, dan penggenapan yang lebih jelas yang belum diketahui oleh penulis PL.




Membaca Alkitab, lebih penting adalah harus melihat Latar Belakang Penulisan Kitab Tersebut. Dari beberapa hal yang perlu diperhatian sebelum menafsirkan Alkitab adalah sebagai berikut:
a.       Latar belakang dari yang menulis (Penulis)
b.      Latar Belakang Budaya saat penulisan Alkitab
c.       Latar Belakang Sosial saat penulisan Kitab tersebut
d.      Latar Belakang Bahasa saat penulisan Kitab tersebut
e.       Latar Belakang Ekonomi saat penulisan Kitab tersebut


2.      REFLEKSI:

A.    Membasuh Tangan:

-          Kel. 30:19 untuk ritual
-          Im. 15:11, tanda pentahiran
-          Ul. 21:6, tanda tdk bersalah
-          Maz. 26:6, tanda tidak bersalah
-          Mat. 15:2, kebersihan adat istiadat
-          Mat. 27:24, tanda tidak bersalah
Kesimpulan: Tanda/symbol dari Yesus dengan darah-Nya, menyucikan dosa-dosa kita, sekali untuk selama-lamanya.

B.     ROTI

-          Kejadian  14:18 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-          Kejadian 18:5 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-          Kejadian  21:14 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-          Kejadian  25:34 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-          Kejadian  28:20 Memberi makan untuk menguatkan tubuh.
-          Yohanes  6:33 Yesus adalah Roti yang turun dari Surga untuk memberi Hidup
-          Yohanes  6:35 Yesus adalah Roti yang Menghidupkan Rohani.
-          Yohanes 6:41 Yesus adalah Roti yang Turun dari Surga.
-          Yohanes  6:48 Yesus adalah roti hidup.
-          Yohanes  6:50 Yesus adalah Roti yang turun dari sorga, yang menhidupkan manusia.
-          Yohanes  6:51 Yesus adalah roti hidup, siapapun yang makan akan akan hidup selama-lamanya.
-          Yohanes  6:58 Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."

Kesimpulannya adalah: Symbol, Roti menggambarkan pribadi TUHAN Yesus yang adalah pemberi kehidupan kekal.

c.       Tanah Liat

-          Kejadian 11:3 => Bahan bangunan
-          Ayub 10:9 => bahan membuat manusia
-          Ayub 33:6 => Bahan membuat manusia
-          Yesaya 41:25 =>bahan membuat periuk
-          Yeremia 18:4 => bahan yang rapuh
-          Daniel 2:42 => bahan yang rapuh
-          Roma 9:21 =>  bahan yng tarik berhak atas dirinya
Artinya: Simbol dari manusia yang tidak berharga dan fana

d.      Minyak

-          Kejadian 28:18 => untuk ritual
-          Keluaran 27:20 (zaitun tumbuk murni) => untuk lampu kemah
-          Keluaran 29:27 (zaitun tumbuk murni) => untuk urapan
-          Keluaran 29:2 => untuk mengolah makanan
-          Yakobus 5:14 => untuk mengolesi
-          Ibrani 1:9 => tanda kesukaan
Artinya: Minyak yang memiliki jenis dan fungsi yang berbeda-beda tidak bisa di generalkan.


e.       Membasuh Tangan

-          Keluaran 30:19 => secara fisik untuk ritual supaya bersih dan tidak bersalah
-          Imamat 15:11=> pentahiran
-          Ulangan 21:6 => tanda tidak bersalah
-          Mazmur 26:6 => tanda tidak bersalah
-          Matius 15:2 => tanda kebersihan adat-istiadat supaya bersih
-          Matius 27:24 => tanda tidak bersalah
Artinya: membasuh tangan merupakan suatu tanda kebanggaan dari suatu kelayakan dan kebersihan.

TIPOLOGI TABERNAKEL:

NO.
Mazbah Kurban Bakaran
No.
Yesus
1.
Ayat di PL: Kel. 27:1-8
1.
Ibrani 13:10-21
2.
Dalam Hal: hal benda yang digunakan untuk ritual penebusan dosa.
2.
Dalam hal: hal pribadi-Nya menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan.
3.
Diberikan Karena: YHWH yang memerintahkan untuk ritual.
3.
Diberikan Karena: Allah yang menghendaki.
4.
Kegunaan: Kurban yang dibakar
4.
Supaya Menguduskan
5.
Kesimpulan Tipe: Tipenya Mezbah kurban bakaran yang menceritakan peristiwa  bukan hanya bendanya saja mezbah tetapi juga termasuk peristiwa mezbah kurban bakaran kurban+darah.
5.
Anti Tipe: Tuhan Yesus mengurbankan diri-Nya di atas Kayu Salib sebagai Penebusan bagi umat Manusia di atas muka bumi ini.

NO.
Ukupan
No.
Doa Orang Kudus
1.
Ayat di PL: Kel. 30:7
1.
Wahyu 8:1-4; Mazmur 142:2
2.
Dalam Hal: Campuran Untuk dibakar
2.
Dalam hal: Persembahan di hadapan Allah.
3.
Diberikan Karena: Perintah YHWH.
3.
Diberikan Karena: sebagai bukti iman kepada Allah.
4.
Kegunaan: Untuk dibakar
4.
Mempersembahkan Kemenyan Bersama doa orang kudus.
5.
Kesimpulan Tipe: Ukupan
5.
Anti Tipe: Doa orang Kudus


No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...