Saturday, January 26, 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN


OLEH:

Nama                          : Tirianus Malyo
Nim:                            : 031-s2-06-16
Mata Kuliah              : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen                          : Dr. JUAN ANANTA.

Sistematika metologi yang penting (proses)
Infut
Output
Pendekatan


PENJELASANNYA

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement (membantu) dan punishment (hukuman) menjadi stimulus (memuluskan atau mempermuda) untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun dari yang sederhana sampai yang komplek.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behvioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

TEORI BEHAVIORISME

Pencetus: Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, skinner. Berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran.

MENURUT PARA AHLI

Menurut Thorndike, BEHAVIORISME didalam pembelajaran adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah: “apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera”. Sedangkan respon adalah: “reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan”. Jadi, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Menurut Watson Watson mendefinisikan BEHAVIORISME didalam pembelajaran sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud dapat diamati dan dapat diukur.

KELEBIHANNYA/PLUSNYA

  1. Teori Behavioristik, lebih menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
  2. Teori Behavioristik, lebih menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
  3. Teori Behavioristik, menjelaskan mengenai perubahan melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) dari siswa.
  4. Teori Behavioristik, dapat dilakukan secara Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal menjadi penyebab belajar anak.
  5. Teori Behavioristik, dalam hal respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-Respon).
  6. Teori Behavioristik, merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

KEKURANGANNYA/MINUSNYA

  1. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
  2. Teori Behavioristik, juga kurang untuk menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.
  3. Teori Behavioristik, hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
  4. Teori Behavioristik, juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
  5. Teori Behavioristik, dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

TUJUAN

Teori Behavioristik, lebih ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Selanjutnya adalah tujuan belajar dengan metode dari Teori Behavioristik, adalah untuk menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Dengan demikian tujuan dari Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya, inilah tujuan dari Metode Teori Behavioristik. Dari Teori Behavioristik, Tujuan Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

KESIMPULAN

Menurut teori Behavioristik pembelajaran adalah perubahan perilaku dari siswa didik di suatu sekolah yang dimana siswa tersebut menempu pendidikan. Perubahan adalah efek interaksi antara stimulasi dan respon. Setiap pendidik atau guru mengharapkan anak didiknya, harus mengalami perubahan prilaku dalam hidupnya. Baik didalam kehidupan keluarga, didalam kehidupan bermasyarakat maupun didalam kehidupan Pendidikan. Dapat dimengerti bahwa belajar adalah bentuk perubahan perilaku pada siswa dari interaksi rangsangan. Siswa tersebut berubah dalam kehidupan masyarakat, makan orang disekitar akan memahami bahwa, akan tersebut benar-benar belajar. Seseorang mengatakan bahwa mereka telah belajar jika ada perubahan dalam perilaku mereka.


No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...