Tuesday, January 22, 2019

FILSAFAT ILMU, TEOLOGI KONTEMPORER.


“TUGAS REFLEKSI”
KETERBATASAN-KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN DITINJAU DARI SUDUT PANDANG FILSAFAT ILMU

Description: C:\Documents and Settings\umum\My Documents\Margianto K\logo sttia.JPG








OLEH:

Nama                          :Tirianus Malyo
Nim                             : 031. S2.  06. 16
Mata Kuliah              : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu      : MIKA SULISTIONO, M. Div., Th.D.



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA (STTIA)
SURABAYA,
AGUSTUS
2017


PENDAHULUAN
Alkitab dengan tegas dijelaskan bahwa, ilmu filsafat pada akhirnya adalah kosong. Segala sesuatu yang ada dunia ini adalah bersifat terbatas karena tidak ada yang kekal atau abadi.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam Filsafat Ilmu adalah sebagai berikut:
1.      Semua pertanyaan-pertanyaan mengenai segala sesuatu, untuk akan mencari jawaban yang hakiki demi mencari kebenaran, sampai pada akhirnya tidak ada pertanyaan lagi dan sekaligus tidak ada jawaban lagi. Salah satu Keterbatasan Ilmu Pengetahuan adalah, untuk mencari suatu kebenaran dengan cara bertanya dan menjawab dan bertanya dan menjawab terus sampai pada akhirnya tidak ada pertanyaan dan sekaligus tidak ada jawaban. Dengan demikian jelaslah bahwa, Ilmu Pengetahuan dalam hal ini Filsafat ada batasnya.
2.      Semua ilmu pengetahuan di dunia ini, berkembang berdasarkan Filsafat Ilmu, karena sesuai dengan definisi Filsafat Ilmu bahwa, “Upaya proses metode cara dan dambaan untuk terus mencari dan menemukan kebenaran yang hakiki”. Jadi, dengan definisi ini jelas bahwa, semua ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah Filsafat Ilmu. Dan dalam Filsafat Ilmu, mencari kebenaran dan setelah menemukan kebenaran hakiki maka berhentilah pencarian kebenaran tersebut, dengan demikian bisa dikatakan bahwa Ilmu Pengetahuan adalah terbatas.
3.      Sadar atau tidak sadar, Ilmu Teologi juga telah menggunakan Filsafat Ilmu untuk menggali kebenaran dalam Firman Tuhan. Yang dimaksud dalam mencari kebenaran adalah bagaimana cara menggali Firman Allah dengan menggunakan lima (W) satu (H): “(Who, Where, When, What, Why dan How)”. Jadi, Ilmu Pengetahuan hanya sebatas mencari kebenaran dengan menggunakan cara bertanya dan dijawab.

 

DAMPAKNYA DALAM DUNIA ILMU TEOLOGI

 

Sebenarnya semua ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini adalah berasal dari Sang Maha Kuasa atau Sang Pencipta (Allah). Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini dengan sempurna. Manusia hanya menggali, mempelajari dan memahami bahkan untuk mencari kebenaran yang hakiki, manusia berangkapan bahwa, ada sesuatu atau ada hal-hal yang diciptakan oleh manusia, namun Alkitab dengan jelas dan gamplang menyatakan dalam Pengkhotbah 1:9-10 bahwa,Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari, 1:10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada”. Semua ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini baik yang dipelajari oleh manusia maupun yang belum dipelajari oleh manusia adalah berasal dari Yang Maha Kuasa (Allah), tidak ada sesuatu yang baru di dalam dunia ini, semuanya adalah sudah lama ada yang diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Allah menciptakan segala sesuatu dan Ia membatasi segala sesuatu dengan ruang dan waktu. Jadi, tentunya semua ilmu pengetahuan yang ada  di dalam dunia ini pasti terbatas. Allah yang tak terbatas menciptakan ruang dan waktu yang terbatas dengan tujuan dan maksud Allah tersendiri yang tidak bisa terselami oleh manusia, seperti yang dikatakan dalam ayat-ayat Alkitab berikut ini: Ulangan 29:29 “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini”. Pengkhotbah 3:11Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Seharusnya semua manusia di dunia ini, memuliakan Tuhan yang adalah Pencipta Langit dan Bumi serta segala isinya. Semua aktivitas di dunia ini adalah untuk kemuliaan Tuhan. Namun kenyataannya banyak aktivitas yang dilakukan oleh manusia, ternyata tidak memuliakan Allah dalam aktivitasnya.  Karena ilmu sejati orang Kristen adalah harus hidup dengan penuh Roh Kudus untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak ada kekuasaan lain yang menandingi kuasa Allah, karena segala sesuatu dibawa kekuasaan-Nya, sebab Allah adalah Pencipta Langit, Bumi dan Segala isinya.
Dampaknya dalam dunia keilmuan Teologi adalah, manusia mendewakkan intelektual, kalau meninggalkan Tuhan dan mendewakan ilmu pengetahuan, sangatlah berbahaya. Karena hanya Allah Yang Esa saja memiliki kebenaran yang hakiki. Allah yang tidak dikenal menjadi dikenal oleh karena Ia menyatakan diri-Nya, supaya manusia dapat mengetahui bahwa ada Allah Sang Pencipta Pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu adalah ciptaan Tuhan, manusia hanya mengembangkan dan mempelajari, jadi tidak ada yang baru di dunia ini. Pengkhotbah 1:9-10Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari, 1:10 Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada”.
Dampaknya dalam dunia keilmuan Teologi, manusia cenderung sombong atas segala sesuatu yang dicapainya. Manusia tidak mengingat Tuhan yang adalah Maha Kuasa yang memberikan hikmat. Manusia hanya sebatas mempelajari dan mendalami segala sesuatu yang sudah diciptakan oleh Tuhan. Saya sebagai pelajar atau Mahasiswa Teologi, membaca dari buku-buku Filsafat Ilmu sangat menyayangkan atas pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan oleh para Filsuf, yang tidak mengingat Tuhan yang adalah pemberi Hikmat kepada seluruh manusia sekaligus yang empunya hikmat.
Dampaknya dalam dunia keilmuan Teologi, Para Filsuf sangat terlena untuk mempelajari, dalamnya, luasnya, kayanya segala ciptaan Tuhan. Mereka lupa akan Pencipta segala sesuatu yang ada di dunia ini, Dia adalah Allah Yang Maha Kuasa. Seharusnya para Filsuf-fisuf mempelajari dan mendalami karya Allah yang luas untuk memuji dan memuliakan nama-Nya. Para Filsuf-Filsuf tidak mengakui bahwa segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini adalah hasil karya Allah. Mereka mencari banyak cara dan banyak alasan untuk mau menjelaskan terjadinya langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Keterbatasan-keterbatasan Ilmu Pengetahuan adalah belum ada temuan baru yang membenarkan bahwa, langit dan bumi dan segala isinya adalah bukan Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekalipun banyak sekali dalil-dalil yang mencoba untuk membantah cara kerja Allah dan sejarah Penciptaan yang sudah di jelaskan di dalam Alkitab, namun belum ada yang akurat. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang sangat pesat melakukan segala sesuatu serba mudah dan efektif  bahkan efesien, maka dampaknya adalah manusia sangat percaya diri dan melupakan Tuhan yang adalah Pencipta manusia sekaligus pemberi hikmat kepada seluruh umat manusia di dunia ini. Hikmat yang Tuhan berikan itu, dipergunakan manusia untuk melakukan segala sesuatu.

No comments:

Post a Comment

MASALAH DALAM BERMISIOLOGI

Latar Belakang Masalah Pada bagian awal ini, peneliti akan menjelaskan mengenai masalah-masalah yang menjadi latar belakang dalam pene...