BAB
I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN
KATA MANAJEMEN
Kata “manajemen” berasal dari kata
‘manus’ dalam bahasa latin artinya ‘tangan’. Manajemen artinya cara menangani
suatu tugas yang diibaratkan seperti cara melatih seekor kuda untuk siap
berpacu atau menangani suatu senjata dengan mengkontrol dan mengenakannya.
1. Jadi
manajemen adalah suatu tindakan dan seni menangani, merencanakan,
mengorganisasi, melaksanakan, mengkontrol dan mengarahkan sesuatu tugas dan
pekerjaan untuk bekerja bersama - sama
didalam suatu instansi, lembaga Gereja, Yayasan, Perusahaan (Drs. Agus B. Lay).
ARTI
·
Manajamen menurut Drs. M.Manullang dala bukunya
“Dasar – dasar Majemen” hal. 14 dst.
Istilah manajemen
mengandung tiga pengertian :
Pertama : Manajemen sebagai suatu proses
Kedua :Manajemen sebagai suatu kolektifitas
orang–orang yang melakukan aktifitas manajemen.
Ketiga :Manajemen sebagia suatu seni
(art) dan sebagai suatu ilmu.
2. Menurut
pengertian pertama : manajemn sebagai suatu proses dalam sebuah judul buku : Encyclopedie Of the Social Science dikatakan
bahwa manajemen adalah suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi.
·
Selanjutnya Haimann mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang laindan mengealuasi
suatu usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.
·
Akhirnya George R. Terry mengatakan bahwa
manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu juga
mempergunakan kegiatan orang lain.
Dari ketiga definisi tersebut kita dapat menemukan
tiga pokok penting yaitu :
Pertama :
adanya tujuan yang ingin dicapai
Kedua :
tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain.
Ketiga :
kegiatan orang lain harus dibimbing dan diawasi.
3. Pengertian
kedua : Manajemen sebagai suatu kolektifitas orang – orang yang melakukan
aktifitas manajemen dalam suatu lembaga tertentu dalam arti Singular (tunggal)
disebut : Manager yaitu : pejabat yang bertanggungjawab atas terselenggaranya
aktifitas – aktifitas manajemen agar tujuan unit yang dipimpinnya tercapai
dengan menggunakan bantuan orang lain. Yang sering orang sebut aktifitas –
aktifitas itu dengan istilah proses manajemen, fungsi – fungsi dan unsur –
unsur menajemen.
4. Pengertian
ketiga : manajemen adalah suatu seni atau suatu ilmu:
·
Menajemen dari segi seni berfungsi untuk
mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau mamfaat.
·
Manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan
fenomena – fenomena (gejala – gejala), kejadian – kejadian, keadaan – keadaan
dengan memberikan penjelasan – penjelasan yang berhubungan dengan ilmu
manajemen.
Oleh
karena itu manajemen dapat diartikakn menurut Drs. M. Manulang : “seni dan ilmu
perencanaan/planning, pengorganisasian/organizing, penyusunan, staffing, dan
pengawasan/controlling sumber daya untuk mencapai tujuan, sasaran/goal oriented
yang sudah ditetapkan.”
Dalam kehidupan
manusia di dunia ini, tentu saja tidak terlepas dari yang namanya “MANAJEMEN”.
Manajemen sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Untuk mencapai suatu
Visi atau untuk menyelesaikan dalam suatu pekerjaan sekecil apapun manusia
pasti menggunakan rumus manajemen. Karena di dalam manajemen memiliki empat hal
pentung yaitu sebagai berikut:
1.
Planing (Perencanaan)
2.
Organization (Pengorganisasian)
3.
Evaluation (Evaluasi)
4.
Controlling (Mengkontrol/Mengawasi)
Manajemen adalah suatu
tugas yang diembankan oleh Allah kepada manusia dengan inisitif dari Allah bagi
manusia supaya manusia itu dapat mempraktekkan semua Firman-Nya, yaitu mengenai
mengatur semua pekerjaan yang Allah memberikan kepada manusia maka umat manusia
yang tidak memiliki Manajemen ketika manusia pertama itu berdosa, maka
sebelumnya Allah sudah mengatur begitu rupa untuk kehidupan manusia namun,
manusia berdosa, maka semuanya menjadi berantakan. Maka betapa pentingnya untuk
mengikuti kehidupan yang dikehendaki oleh Allah dengan cara manajemen yang
bagus.
Dalam Makalah ini,
penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana Manajemen Yusuf Dalam Kepemimpinan
Sebagai Orang Nomor II Di Mesir: Jangka Pendek, Jangka Menengah, Jangka
Panjang. Selanjutnya adalah: Seluk Beluk Perjalanan Dari Masa Kecil Yusuf,
Sampai Dengan Menjadi Pemimpin Sebagai Orang Nomor II Di Tanah Mesir: Kekuatan,
Kelemahan, Kesempatan, Anjaman.
Kesimpulan Bab I, Manajement
dalam setiap kehidupan mansia, baik secara individu maupun kelompok sangat
dibutuhkan. Tanpa sadar setiap aktivitas manusia selalu menerapkan manajemen.
Adapun manajemen yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Planing (Perencanaan), dalam melakukan suatu aktivitas
atau pekerjaan baik dari yang paling kecil (sederhana) sampai dengan pekerjaan
yang besar setiap manusia membutuhkan perencaan. Apa-apa yang akan dikerjakan
harus direncakan supaya semuanya bisa berjalan dengan baik dan lancar.
2.
Organizing (Pengorganisasian), semua pekerjaan baik
dari yang terkecil sampai dengan yang besar, harus diorganisir dengan baik
supaya pekerjaannya berjalan dengan baik.
3.
Evaluation (Evaluasi), semua pekerjaan harus dievaluasi
dengan baik, supaya yang ada kekurangan bisa dibenahi dan berjalan dengan baik.
4.
Controlling (Kontrrol), semua pekerjaan harus dikontrol
dengan baik, supaya dalam semua rencana pekerjaan bisa berjalan dengan baik,
lancar dan benar.
BAB
II
YEHUDA
DAN BENYAMIN
- LATAR
BELAKANG YEHUDA
I.
Etimologi dari nama Yehuda
Nama
יְהוּדָה
- YEHUDAH tampaknya terkait dengan verba יָדָה
- YADAH, yang berarti 'bersyukur kepada atau memuji'
dan kata הוֹד
- HOD, artinya: kemegahan/ keagungan.
- Arti
nama Yehuda: Pujian
- Ayah:
Yakub - Kejadian 29:35; 35:23
- Ibu:
Lea-
Kejadian 29:35; 35:23
- Istri
: Syua
- Kejadian 38 ; 3-5, 27-30 (berhubungan dengan Tamar)
- Anak
laki-laki : Er, Onan,
Sela, Peres
dan Zerah
- Kejadian 38:3-5, 27-30
- Saudara
laki-laki : Saudara kandung : Ruben, Simeon, Lewi, Isakhar dan Zebulon -
Kejadian 35:23
- Saudara
perempuan : Dina - Kejadian 30:21
- Keturunan
: Kristus - Kejadian 49:10, Ibrani 7:14
- Disebut
pertama : Kejadian 29:35
- Namanya
disebut : 43 kali
- Kitab
yang menyebut : 8 buku : Kejadian, Keluaran, Bilangan, Rut, 1 Tawarikh,
- Nehemia,
Matius dan Lukas
- Tempat
kelahiran : Haran - Kejadian 29:4, 35
- Terakhir
disebut : Lukas 3:33
- Fakta
penting : Ia putra Yakub yang ke-empat dan menurut garis keturunannya
lahir Yesus Kristus (Kejadian 49:10, Ibrani 7:14)
II.
Yehuda, adalah Putra Yakub
Putra Yakub
yang ke-4 dari Lea
(Kejadian 29:35) disebut "Yehuda"
( יְהוּדָה - YEHUDAH); arti nama itu diterangkan di sana sebagai 'bersyukur',
akar katanya dari יָדָה
- YADAH, yang artinya 'dia bersyukur atau dia memuji',
Yehuda sudah sejak dini memimpin kakak-adiknya, seperti terungkap dalam cerita
Yusuf (Kejadian 37:26-27; 43:3-10; 44: 16-34; 46:28). Kejadian
pasal 38, walaupun hanya sekilas menerangkan permulaan suku Yehuda,
tapi jelas menunjukkan pertentangan sifat Yehuda yang jatuh dalam dosa
seksualitas dengan sifat Yusuf yang menang dari godaaan seksualitas, diungkap
dalam Kejadian
pasal 39.
Kejadian 49:8-12 menjanjikan otoritas kerajaan kepada
Yehuda, kepemimpinan, kemenangan, dan stabilitas suku itu. Dan, janji mengenai
'dia yang berhak atasnya' pada akhir sekali mengungkapkan mengenai kerajaan/
otoritas, hal ini digenapi dengan hadirnya sosok Daud,
Salomo
dan seterusnya yang pada akhirnya akan menurunkan Sang
Mesias. Silsilah keturunan Yehuda terdapat dalam 1 Tawarikh pasal
2-4.
Nama Yehuda
digunakan untuk suku Israel
yang tinggal di Palestina Selatan, dan kemudian juga dipakai sebagai nama
daerah itu dan Daud
diurapi sebagai Raja
Yehuda (2 Samuel 2:4), namun setelah merebut Yerusalem,
ia juga menjadi raja wilayah Utara (Israel), dan dengan demikian, keduabelas
suku Israel
dipersatukan hingga kematian Salomo.
Setelah perpisahan atau perpecahan (922 sM), terjadi perang saudara antara Kerajaan
Yehuda (Israel Selatan) dan Kerajaan
Israel (Israel Utara). Namun, posisi geografis Yehuda
memberi keuntungan untuk bertahan, dan ketika Israel
serta negara-negara lainnya dilibas oleh Asyur, Yehuda tetap bertahan, bahkan
ketika Sanherib menyerbu Yerusalem
pada 701 sM. Sejarah keagamaan negara ini silih-berganti antara kolusi dengan
penduduk non-Israel, dengan jalan melegalkan penyembahan barhala ala Kanaan,
seperti pada masa pemerintahan Hizkia
(727-698 sM; 2 Raja 18:2) dan Yosia
(639-609 sM; 2 Raja 22:3-20). Yosia
terbunuh di Megido ketika berupaya mencegah pasukan Mesir yang bermaksud
membantu Asyur yang merana akibat serangan Babel
yang sedang menanjak (2 Raja 23:29). Setelah Babel
mengalahkan Mesir
di Karkhemis pada 605 sM, Kerajaan
Yehuda (Israel Selatan) menjadi wilayah kekuasaannya, namun Raja
Yoyakim memberontak, dan Yerusalem
jatuh ke tangan Babel
pada bulan Maret 597 sM, diikuti pembuangan penduduk yang terkemuka ke Babilon
(Babel). Lebih serius lagi, pemberontakan Zedekia
berikutnya menyebabkan Nebukadnezar
menyerang Yerusalem
selama dua tahun dan menghancurkan kota itu pada 586 sM, diikuti dengan
pembuangan sebagian besar penduduknya (2 Raja 25:11), meskipun Nabi
Yeremia, yang lebih senang menyerah kepada Babel,
ditangkap oleh sekelompok nasionalis dan bersama mereka dilarikan ke Mesir.
Sebagai kerajaan mandiri, Kerajaan
Yehuda (Israel Selatan) berakhir hingga kaum Makabe berhasil
menyingkirkan kuk Seleukid.
Kemudian lahirlah Kerajaan Hasmonean Yehuda yang mandiri, dari 164 sM hingga kemenangan
Pompey pada 63 sM.
Dari nama Yehuda,
dikenal nama Yudea,
yaitu bentuk Latin dan Yunani untuk "Yehuda".
Kadang-kadang Yudea
diartikan seluruh Palestina, sebagai wilayah Herodes
Agung (37-34 sM). Pada zaman PB, Arkhelaus, anak Herodes, memerintah
sebagai kepala wilayah Yudea
(4 sM-6 M), yang tidak meliputi Galilea
dan Perea.
Namun, setelah Arkhelaus, Nama daerah Yudea
menjadi bagian Kerajaan
Romawi, provinsi Siria, yang diperintah oleh seorang gubernur atau
prokurator Romawi,
yang berkedudukan di Antiokia.
Kadang-kadang PB menggunakan "Yudea"
dalam arti politis yang lebih luas (mis. Matius 19:1) yang mencakup Perea,
daerah sebelah timur Yordan,
berbatasan dengan Samaria,
dan bukan menjadi bagian "Yudea"
yang diperintah Romawi.
(Perea,
Galilea,
dan Samaria,
diperintah oleh Herodes
Antipas.)
III. Suku Yehuda
- Dari masa Keluaran sampai raja Saul
Tidak ada peranan khusus suku Yehuda dalam peristiwa
Keluaran dan pengembaraan di padang gurun, namun perlu diperhatikan bahwa suku
ini berada di barisan paling depan (Bilangan 2:9). Dalam kedua cacah jiwa yang
dilakukan pada masa ini (Bilangan :27; 26:22) tidak ada perubahan yang berarti.
Akhan, dari suku Yehuda, adalah penyebab kekalahan Israel
menghadapi bangsa Ai (Yosua 7). Boleh jadi inilah alasan menimpakan tugas
khusus kepada Yehuda untuk melakukan serangan tersendiri terhadap bangsa-bangsa
Kanaan (Hakim 1: 1-2). Memang tidakada keterangan yang diberikan, tapi jelas
bahwa bagian milik pusaka Yehuda tidak ditentukan dengan undi di Silo (Yosua 18:1-10) sebelum negeri
itu ditaklukkan (Hakim 1 :3). Milik pusaka Yehuda dibatasi di utara oleh milik
pusaka suku Dan dan Benyamin, di sebelah timur oleh Laut Mati, di sebelah barat
oleh Laut Tengah, di sebelah selatan oleh keempat desa Gibeon (Yosua 9: 17) dan
meluas sejauh lahan yang dapat ditanami (bandingkan Yosua 15).
Mula-mula Yehuda menaklukkan bagian terbesar dataran pantai,
yang tidak lama kemudian diduduki oleh orang Filistin (Hakim 1:18), tapi mereka
segera menarik diri dari pertempuran (Hakim 1:19; 3:3; Yosua 11:22; 13:2-3).
Karena daerah yang terbaik itulah yang ditentukan menjadi milik pusaka Yehuda
tapi kemudian dengan ikhlas diberikannya kepada Simeon (Yosua 19: I, 9), maka
sangat mungkin bahwa Yehuda mengharapkan daerah Simeon itu menjadi penyangah
antara Yehuda dan dataran pantai yang belum ditaklukkan.
Penaklukan daerah selatan yang dicatat dalam Hakim 1: 1-17
ditafsirkan sangat luas seolah-olah mengandung pengertian, bahwa Yehuda (dan
suku-suku lain) memasuki tanah Kanaan dari selatan sebelum penyerbuan Yosua
(bandingkan H.H Rowley, From Joseph to Joshua, 1950, hlm 4 dst, 101 dst,
110 dst, dengan kepustakaannya), tapi seluruh perkembangan 'arkeologi modern
kelihatannya tidak mendukung teori ini, yang memang tidak dapat diterima
berdasarkan alasan-alasan lain, yang bersifat umum.
Kegagalan mempertahankan Yerusalem (Hakim 1:8,21), ditambah
adanya empat desa Gibeon yang setengah merdeka (Yosua 9; 2 Samuel 21: 1-2),
menciptakan kendala psikologi antara Yehuda dan suku-suku yang bermukim di
pusat. Walaupun tidak ada rintangan untuk melintasi negeri ini (bandingkan
Hakim 19:10-13), Yehuda makin lebih mengarahkan pandangannya ke selatan ke
Hebron, daripada ke tempat kudus yang di Silo. Dan kendati hakim pertama
berasal dari suku Yehuda, yaitu Otniel (Hakim 3 :9-11), dan Yehuda turut dalam
gerakan menentang Benyamin (Hakim 20: 18), agaknya ia tidak diharapkan turut
dalam gerakan melawan Yabin dan Sisera (Hakim 5). Akibatnya, tatkala Yehuda
harus membayar upeti kepada Filistin (Hakim 15: II), nampaknya mereka tidak
mengharapkan reaksi dari suku-suku lain, dan suku-suku lain itu pun agaknya
tidak memusingkannya.
Fakta keterpisahan ini agaknya diterima secara umum, sebab
pada zaman Saul kontingen Yehuda dihitung terpisah (I Samuel 11:8; 15:4; 17:52;
18:16).
- MANAJEMEN
KEHIDUPAN YEHUDA
A. JANGKA PENDEK
Yehuda menumpang Pada
Seorang Adulan yang namanya Hira.
Dalam kehidupan Yehuda,
beberapa saat Yusuf di jual ke Tanah Mesir, ketika ia melihat bahwa, ayahnya
Yakub, sangat sedih begitu mendengar anak-anaknya membawah kabar bahwa Yusuf
telah diterkam oleh binatang buas. Yehuda keluar meninggalkan sanak Saudaranya
dan tinggal dengan seorang Adulan yang namanya Hira. Kemudian Yehuda menikah
dengan seorang anak perempuan yang namanya Syua.
B. JANGKA MENENGAH
Setelah Yehuda Dialhirkan oleh
Isterinya tiga anak Laki-laki kemudian Anak pertama Er Yehuda menyiapkan
seorang isteri bagi anaknya.
Setelah anak pertamanya
Yehuda meninggal karena jahat dimata Tuhan, maka Allah membunuh dia, ketika itu
Yehuda menyuruh anaknya Onan untuk menikahi dengan isterinya kakanya Er. Namun
ia juga jahat dimata Tuhan maka Tuhan membunuhya lagi.
C. JANGKA PANJANG
Yehuda mempunyai program jangka
panjang buat anaknya yang sulung mengenai pernikahan yaitu, mengenai menantunya
bernama Tamar untuk tinggal bersama orang tuanya.
Yehuda sebagai seorang
Ayah yang baik, ia mempunyai planning atau program jangka panjang untuk rumah
tangga anaknya yang paling bungs atau anak nomor tiga. Kedua anaknya yang
pertama dan kedua
- SELUK
BELUK KEHIDUPAN YEHUDA
A. KEKUATAN
Yehuda sejak dini
memimpin kaka-kakanya. Yehuda
sudah sejak dini memimpin kakak-adiknya, seperti terungkap dalam cerita
Yusuf (Kejadian 37:26-27; 43:3-10; 44: 16-34; 46:28). 49:8
Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan
tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.
49:9 Yehuda adalah
seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi,
hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa
betina; siapakah yang berani membangunkannya?
B. KELEMAHAN
Kejadian
pasal 38, walaupun hanya sekilas menerangkan permulaan suku Yehuda,
tapi jelas menunjukkan pertentangan sifat Yehuda yang jatuh dalam dosa
seksualitas dengan sifat Yusuf yang menang dari godaaan seksualitas, diungkap
dalam Kejadian
pasal 39.
C. KESEMPATAN
Kejadian
49:8-12 menjanjikan otoritas kerajaan kepada Yehuda, kepemimpinan, kemenangan,
dan stabilitas suku itu. Dan, janji mengenai 'dia yang berhak atasnya' pada
akhir sekali mengungkapkan mengenai kerajaan/otoritas, hal ini digenapi dengan
hadirnya sosok Daud,
Salomo
dan seterusnya yang pada akhirnya akan menurunkan Sang
Mesias. Silsilah keturunan Yehuda terdapat dalam 1 Tawarikh pasal
2-4.
D. ANJAMAN
Sekalipun Yehuda adalah
anaknya Yakub yang selalu mengajarkan tentang kasih Allah kepada anaknya, namun
sebagai manusi berdosa, ia tetap untuk melangkar hukumnya Tuhan Allah. Anjamannya
adalah ia menuduh diri sendiri saat ia merasah bersalah. Karena ia menyuruh
membunuh atau membakar Tamar yang sedang dia hamili. Tentu saja ini adalah
anjaman pribadi dalam hidupnya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa, hatinya
pribadi sangan menganjam dia.
LATA
BELAKANG BENYAMIN
Benyamin Putra Bungsu Yakub.
Kejadian 35:18 Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas -- sebab ia mati
kemudian -- diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya
menamainya Benyamin.
KJV, And it came to pass, as her soul was in departing, (for she died) that she called his name Benoni: but his father called him Benjamin.
KJV, And it came to pass, as her soul was in departing, (for she died) that she called his name Benoni: but his father called him Benjamin.
Hebrew, וַיְהִי בְּצֵאת נַפְשָׁהּ כִּי מֵתָה וַתִּקְרָא
שְׁמֹו בֶּן־אֹונִי וְאָבִיו קָרָא־לֹו בִנְיָמִין׃ Translit interlinear, VAYEHI
{dan terjadi} BETSET {dalam perjalanan} NAF'SHAH {nafasnya} KI {sebab} METAH
{dia mati} VATIQ'RA {dan dia memanggil} SHEMO {namanya} BEN-'ONI {ben-oni}
VE'AVIV {tetapi ayahnya} QARA-LO {memanggilnya} VIN'YAMIN {benyamin}
Benyamin, Putra bungsu dari Yakub
Ia disebut: בִּנְיָמִין
- BIN'YAMIN (artinya: 'putra tangan kanan') oleh ayahnya,
meskipun Rahel,
ibunya, yang meninggal sewaktu melahirkan dia, menyebut dia: בֵּן-אוֹנִי
- BEN'ONI ('putra kesusahanku', Kejadian 35:18, 24, 42 dab).
Setelah Yusuf
hilang, Benyamin mendapat tempat utama dalam cinta kasih ayahnya sebagai putra yang
masih hidup dari Rahel;
hal ini adalah penting dalam penyerahan saudara-saudaranya kepada saudara
mereka, Yusuf
(Kejadian 42:4, 38; 44).
- Arti nama : Anak dari tangan
kananku
- Ayah : Yakub
- Kejadian 46:19
- Ibu : Rahel
- Kejadian 35:16-19, 46:19
- Anak laki-laki : Bela, Bekher,
Asybel, Yera, Naaman, Ehi, Rosy, Muppim, Huppim dan And - Kejadian 46; 21
- Saudara laki-laki : Saudara
kandung Yusuf
- Kejadian 35:24
- Saudara perempuan : Saudara
tiri Dina - Kejadian 30:21
- Keturunan : Saul dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (1 Samuel 9:1-2, Filipi 3:5)
- Disebut pertama : Kejadian
35:18
- Namanya disebut : 21 kali
- Kitab yang menyebut : 4 buku :
Kejadian, Keluaran, Ulangan, 1 Tawarikh
- Tempat kematian : Dekat
Betlehem - Kejadian 35:16-19
- Terakhir disebut : 1 Tawarikh
7:6
- Fakta penting : Ia anak bungsu
dari Yakub,
Rahel,
ibunya mati setelah melahirkannya. Ia saudara kandung dari Yusuf
(Kejadian 42:13)
MANAJEMEN,
KEHIDUPAN BENYAMIN
- JANGKA
PENDEK
Suku
keturunan Benyamin, Ibrani בִּנְיָמִין - BIN'YAMIN, dari kata בֵּן - BEN & יָמִין - YAMIN (1 Samuel 22:7;
Hakim 19:16; bnd 1 Sam 9:1, 'isy yemini; 9:4, 'erets yemini). Namanya yang
mirip binu (atau maru) yamina mungkin berarti 'putra-putra orang-orang
pengembara di Selatan' yang terdapat pada abad 18 sM dalam naskah-naskah Mari,
dan beberapa ahli (mis Alt, Parrot) mengira ini asal-usul dari suku dalam
Alkitab itu.
- JANGKA
MENENGAH
"Benyamin
adalah seperti serigala yang menerkam" -- demikian bunyi berkat Yakub
(Kejadian 49:27). Suku ini sangat terkenal oleh keberanian dan ketrampilannya
dalam perang, dan istimewa terkenal dalam hal keterampilan membandul dengan
tangan kiri (Hak 3:15 dab; 20:16; bnd 1 Taw 8:40).Ehud, yang melepaskan Israel dari
bangsa Moab, adalah keturunan Benyamin; demikian juga Saul, raja Israel pertama
(1 Sam 9:1), ratu Ester (Est 2:5) dan rasul Paulus (Rm 11:1). Letak wilayah
Benyamin tepat pada jalur perluasan orang Filistin, justru peran utama
kepemimpinan suku ini dalam sejarah Israel adalah di bawah kepemimpinan Saul.
Pada waktu itu umumnya suku Benyamin setia kepada Saul, kendati beberapa
menyeberang kepada Daud dalam pembuangannya (1 Taw 12:2-7, 29). Memang lama
sesudahnya kesumat ini masih di pendam (2 Sam 16:5; 20:1). Kesetiaan baru ini
kepada suku jelas dalam tantangannya terhadap tuntutan bangsa akan keadilan
dalam peristiwa gundik seorang Lewi (Hak 20:21), lama sebelum ada kerajaan
(20:26 dab).
- JANGKA
PANJANG
Suku
ini tinggal di suatu daerah jalur lintas antara Gunung Efraim
dan bukit-bukit Yudea.
Perbatasan dengan Yudea
ditandai dengan tegas (Yosua 18:15 dab, bnd 15:5 dab) dan melintas ke selatan Yerusalem,
tapi kota ini tetap dalam kekuasaan orang
Yebus sampai dikalahkan oleh Daud.
Perbatasan utara seperti terbaca dalam Yosua 18:11 dab tidak
begitu terang meskipun sesuai dengan perbatasan selatan dari Efraim
(16:1-3). Batas itu melalui sebelah selatan Betel
(bnd Hakim 1:22; 1 Raja 12:29), namun pada waktu-waktu tertentu yang termasuk
daerah Benyamin bukan hanya Betelpembuangan (Nehemia 11:35). Tidak terang
apakah orang
Het, Kiryat-Yearim,
2 km di selatan Khephirah, diduduki lebih dulu atau lebih kemudian, Noth
(Yosua, hlm 89) menganggap penyamaan dengan Ba'alah dari Yehuda sebagai
keterangan yang keliru, tapi itu diulangi (Yos 15:9,60; 18:14; bnd Hak 18:12; 1
Taw 2:52; 13:6).
Setelah Yerusalem
dijadikan ibukota, Benyamin ditarik kepada Yehuda (Kerajaan
Yehuda, 1 Tawarikh 8:28), dan setelah perpecahan Rehabeam
tetap mempertahankan kesetiaannya (1 Raja 12:21; 2 Tawarikh 11; perhatikan 1
Raja 11:32, 'oleh karena Yerusalem'). Di kota itu ada dua 'pintu
gerbang Benyamin', satu di Bait Suci (Yeremia 20:2) yang lain
mungkin sama dengan 'pintu
gerbang domba-domba' di tembok utara kota (Yeremia 37:13; Za 14:10).
Meskipun beberapa kali timbul perang (1 Raja 15:16 dab; 2 Raja 14:11 dab).
Benyamin tetap merupakan wilayah Kerajaan
Yehuda (bnd 2 Raja 23:8, 'Geba'). Sesudah kembali dari Pembuangan,
tiada lagi perbedaan Benyamin dan Yehuda
kecuali dalam hal silsilah perseorangan (bnd Nehemia 7 dgn 12:7 dab). Setelah
perpecahan Israel dan Yehuda
menjadi dua kerajaan.
SELUK
BELUK PERJALANAN DALAM KEHIDUPAN BENYAMIN
- KEKUATAN
Benyamin adalah seperti serigala yang menerkam, demikian
bunyi berkat Yakub (Kejadian 49:27). Ayahnya Yakub sudah memberkati Benyamin
dengan kata-kata berkat, untuk meneguhkan dia bahwa, ada kekuatan yang Allah
berikan melalui sumpah janji ayahnya kepadannya.
- KELEMAHAN
Kelemahan
yang ada dalam Benyamin tidak secara ekplisit dipaparkan dalam Alkitab, maka
sangat sukar untuk mencari kelemahannya Benyamin dalam Alkitab.
- KESEMPATAN
Kejadian
43:16 Ketika Yusuf melihat Benyamin bersama-sama dengan mereka, berkatalah ia
kepada kepala rumahnya: "Bawalah orang-orang ini ke dalam rumah,
sembelihlah seekor hewan dan siapkanlah itu, sebab orang-orang ini akan makan
bersama-sama dengan aku pada tengah hari ini."
Allah
memberikan kesempatan yang bagus kepada Benyamin untuk duduk bersama-sama
dengan petinggi-petinggi di Mesir dan kakaknya bernama Yusuf pun sebagai
petinggi di Mesir, makan bersama mereka.
Kejadian
43:34 Lalu disajikan kepada mereka hidangan dari meja Yusuf, tetapi yang
diterima Benyamin adalah lima kali lebih banyak dari pada setiap orang yang
lain. Lalu minumlah mereka dan bersukaria bersama-sama dengan dia.
- ANCAMAN
Kejadian 35:16-21, Suatu
ancaman bagi Benyamin adalah, ketikan Benyamin sedang bersalin, sebelum ia
dilahirkan oleh ibunya Rahel sangat menderita kesakitan. Akhirnya ia berhasil
dilahirkan olehnya Rahel, namun ibunya yang meninggal. Ini adalah ancaman yang sangat
besar, kalau Benyamin juga meninggal sama-sama dengan ibunya, maka tidak ada
cerita lagi mengenai Benyamin.
Ancaman selanjutnya
Benyamin adalah, Yusuf kakaknya, yang menjadi orang nomor dua di Mesir,
menyuruh saudara untuk mengantarnya ke Mesir, akhirnya Yakub menjadi sangat
sedih anaknya diajak ke Mesir.
BAB
III
LATAR
BELAKANG DANIEL
Kitab Daniel adalah salah satu kitab Alkitab yang memuat suatu
"laporan aktivitas-aktivitas dan penglihatan-penglihatan Daniel,
seorang Yahudi
terhormat dalam pembuangan di Babel. Dalam Alkitab
Ibrani, kitab ini terdapat dalam Ketuvim
(tulisan-tulisan); sedangkan dalam Alkitab Kristen dikelompokkan dalam Nabi-nabi
Besar. Dengan demikian Kitab Daniel dipandang sebagai teks kanonik
baik dalam keyakinan Yahudi maupun Kristen.
Kitab ini terbagi menjadi dua
bagian, serangkaian kisah istana dalam bab/pasal 1–6 yang dilanjutkan dengan
empat penglihatan apokaliptik dalam pasal 7–12. Apokrifa
atau bagian deuterokanon mengandung tiga
cerita tambahan: Lagu Pujian Ketiga Pemuda,
Susana, serta Dewa Bel dan Naga Babel.
Kitab ini menurut tradisi dianggap
berasal dari Daniel sendiri, sementara konsensus keilmuan modern menganggap
kitab ini pseudonim,
kisah-kisah di bagian pertama legendaris asalnya, dan penglihatan-penglihatan
di bagian kedua dihasilkan oleh para penulis anonim pada zaman kaum
Makabe (abad ke-2 SM). Namun berdasarkan penganggalan
fragmen-fragmen paling awal Kitab Daniel di antara Naskah
Laut Mati, para akademisi modern lainnya menyimpulkan bahwa Kitab
Daniel dianggap sebagai suatu teks Ibrani kanonik sebelum zaman kaum Makabe.
Pesan yang terkandung adalah bahwa sama seperti Allah
Israel menyelamatkan Daniel dan teman-temannya dari para musuh
mereka, demikian pula Ia akan menyelamatkan seluruh Israel dari penindasan yang
mereka alami saat ini.
Pengaruh kitab ini bergema melewati
masa-masa setelahnya, dari komunitas Naskah Laut Mati serta para penulis Injil dan Wahyu,
sampai berbagai gerakan dari abad ke-2 hingga Reformasi Protestan dan gerakan-gerakan milenialis
modern —yang mendapat pengaruh besar darinya.
Waktu penulisan
Menurut tradisi, Kitab Daniel
diyakini ditulis oleh orang yang bernama sama (yaitu Daniel)
pada masa dan tak lama sesudah pembuangan
di Babel pada abad ke-6 SM. Sementara kebanyakan sarjana Kristen konservatif
dan Yahudi Ortodoks masih menegaskan tanggal ini sebagai waktu yang realistik,
di kalangan sarjana liberal terdapat konsensus bahwa arkeologi
dan analisis tekstual
menunjukkan waktu penulisan yang jauh di kemudian hari.
Pembagian ini terutama disebabkan
oleh teologi: Para sarjana Alkitab yang konservatif menerima klaim Alkitab
bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan dan kemudian menggambarkan apa
yang mereka lihat di dalam bahasa lisan atau tulisan. Para sarjana Alkitab yang
liberal, yang berasal dari aliran Kritik Tinggi Jerman,
menolak pendapat bahwa nabi-nabi dapat melihat jauh ke masa depan, bahwa pada
kenyataannya Daniel tidak mempunyai penglihatan seperti itu. Hal ini
membangkitkan lebih banyak persoalan daripada memecahkannya. Banyak dari
metafora yang digunakan dalam penglihatan-penglihatan Daniel cukup hidup,
menunjuk kepada individu-individu dan kerajaan-kerajaan tertentu. Spesifisitas
dari penglihatan-penglihatan ini merupakan garis pemisah di antara kedua kubu.
Jadi, para ahli liberal harus mengatasi masalah spesifisitas Daniel, menetapkan
waktu penulisan Kitab Daniel jauh belakangan (lihat di bawah) dan menghubungkan
kitab ini kepada seorang penulis yang tidak dikenal yang menampilkan Daniel
sebagai si pengarang kitab ini yang memakai namanya.
Penetapan waktu penulisan Kitab
Daniel yang belakangan ini terbagi pada dua kubu: yang pertama mengatakan bahwa
kitab ini secara keseluruhan ditulis oleh satu orang pengarang pada masa dicemarkannya
Bait Suci Yerusalem (168-165 SM) di bawah penguasa Seleukus
Antiokhus IV Epifanes (memerintah 175-164
SM), yang lainnya menganggapnya sebagai kumpulan cerita yang berasal dari waktu
yang berbeda-beda di sepanjang periode Helenis (dengan sebagian bahannya
kemungkinan berasal dari periode Persia yang terakhir), dengan
penglihatan-penglihatan dalam pasal 7-12 ditambahkan di kemudian hari pada masa
pencemaran Bait Suci oleh Antiokhus. John Collins berpendapat bahwa menurut
analisis tekstual bagian "kisah-kisah istana" dari Daniel ini tidak
mungkin ditulis pada abad ke-2 SM. Dalam entrinya untuk Kitab Daniel pada 1992 dalam Anchor
Bible Dictionary, ia menyatakan "jelas bahwa cerita-cerita istana
dalam pasal 1-6 'tidak ditulis pada masa Makabe'. Bahkan tidak mungkin kita
mengisolir satu ayat pun yang menunjukkan penyisipan oleh seorang redaktur dari
masa tersebut."
Flavius
Yosefus, penulis sejarah untuk raja-raja Romawi sekitar abad pertama
Masehi, mencatat bahwa Aleksander Agung menerima salinan Kitab Daniel dari imam
Yahudi ketika ia merebut Yerusalem pada musim gugur tahun 332 SM.(Antiquitates Iudaicae, XI, pasal viii,
alinea 3-5) Imam Besar "Yaddua" menunjukkan bahwa Kitab Daniel sudah
menubuatkan bahwa tentara Yunani (Aleksander Agung) akan mengalahkan tentara
Persia hampir 200 tahun sebelumnya. Aleksander sangat terkesan, ia melarang
tentaranya untuk merusak Yerusalem, bahkan turut mempersembahkan korban kepada
Tuhan sesuai aturan imam-imam.
Sebaliknya, ada pandangan-pandangan
ilmiah modern menganggap kitab ini ditulis jauh di kemudian hari, pada
pertengahan abad ke-2 SM. Menurut pandangan ini, si pengarang membuat
seolah-olah buku itu ditulis sekitar 400 tahun sebelumnya untuk membangun
kredibilitas dengan mencantumkan “ramalan-ramalan” yang tepat tentang sejumlah
peristiwa historis yang terjadi dari abad ke-5 hingga abad ke-2 SM. Sebuah
pandangan ketiga berpendapat bahwa meskipun bagian-bagian tertentu Kitab ini
ditulis pada abad ke-2 SM, yang lainnya mungkin ditulis oleh para penulis lain
pada waktu yang lebih awal. Pandangan-pandangan ini sekarang mulai ditinggalkan
sejak penemuan Naskah-naskah Laut Mati,
dan orang kembali ke pandangan tradisional bahwa Daniel menulis kitab ini pada
abad ke-6 SM.
Tahap-Tahap Terjadinya Kitab Daniel
Sejumlah
peneliti di Eropa mengemukakan teori, bahwa kitab Daniel pada awalnya bukanlah
merupakan kitab yang utuh seperti halnya yang diterima sekarang ini. Penulisan
kitab ini melalui tahapan yang sangat panjang dan berlapis-lapis. Hal ini dapat
dilihat dari problem-problem sastra yang terdapat dalam kitab ini.
A.
Cerita-cerita tentang Daniel dan teman-temannya di Babel (Daniel
1-6):
Para peneliti di Eropa dan AS hampir sepakat, bahwa cerita-cerita (yang sangat
fragmentaris) ini merupakan bagian tertua kitab Daniel. Bagian ini berisi
tentang legenda-legenda
tentang Daniel dan teman-temannya di pembuangan Babel. Kemungkinan
cerita-cerita ini berkembang dan beredar secara lisan di dalam
keluarga-keluarga (bahasa Ibrani: bet-av) Yahudi
yang berada dalam pembuangan ke Babel pada zaman Persia
(sekitar abad ke-4 SM). Hal ini dapat dibuktikan
dengan kata-kata Persia yang dapat dijumpai dalam Daniel 1-6, misalnya
"pat-bag" yang berarti "makanan raja". Keenam legenda ini
diduga semula ditulis dalam bahasa Aram (termasuk juga Daniel
1)
B.
"Kitab Daniel Aramaik" (Daniel
1-7):
Pada zaman para diadok Yunani
(sekitar abad ke-3 SM) diduga terjadi penambahan ke dalam cerita-cerita ini
dengan penglihatan Daniel 7. Pengeditan ini menghasilkan "kitab Daniel
Aramik" (dalam bahasa Aram) yang mempunyai struktur chiastis:
0 Daniel
1: Pendahuluan
1 Daniel
2: Empat metal dalam mimpi Nebukadnezar
2 Daniel
3: Motif Martir (pahlawan syahid) dalam cerita tentang
"Tiga orang saleh di Perapian"
3 Daniel
4: Kesombongan Nebukadnezar dan hukumannya
2' Daniel
6: Motif Martir dalam cerita "Daniel di Gua Singa"
1' Daniel
7: Empat binatang dalam penglihatan Daniel
Struktur
chiastis yang sangat paralel ini membuktikan, bahwa bagian ini merupakan bagian
yang utuh.
- Kitab Daniel (bentuk akhir): Pada masa sulit, ketika Antiokhos IV Epiphanes
menguasai Siro-Fenisia,
ketika terjadi pelecehan agama dan penganiayaan orang-orang Yahudi yang
taat, terjadi lagi pengembangan kitab Daniel Aramik (Daniel 1-7) dengan
penambahan 3 penglihatan Daniel 8-12.
Penyuntingan ini tadinya dianggap ditulis antara tahun 167
SM sampai 165 SM, tetapi penemuan naskah Laut Mati yang memuat
bagian-bagian ini meyakinkan para sarjana, bahwa penulisannya paling
sedikit 5 dekade lebih awal dari terjadinya peristiwa.[9]
Pada tahap ini diduga Daniel 1 yang semula ditulis dalam
bahasa Aram diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani, sehingga terlihat, bahwa
Daniel
1; Daniel 8-12
merupakan bingkai bahasa Ibrani dan kitab ini adalah kitab berbahasa
Ibrani (motif ini dapat dijumpai juga dalam kitab
Ezra), dan hal ini merupakan bentuk "penyelamatan"
kitab ini, karena bahasa Ibrani merupakan "bahasa suci"
- MANAJEMEN,
KEPEMIMPINAN DANIEL
- JANGKA
PENDEK
Dalam kehidupan Daniel,
sungguh sangat terkesan bagi para pembaca Alkita, khususnya dalam hal ini Kitab
Daniel. Semenjak Daniel dan kawan-kawannya dibawah ke pembuangan Babel. Daniel
mempunyai pendirian untuk tidak mau mengikuti titah atau perintah raja. Ini
adalah keputusan yang tepat, sekalian ini hanya beberapa saat saja ada di sana
dan belum lama namun, Daniel sebagai orang yang takut akan Tuhan Allah ia tidak
mau diombang ambingkan oleh dunia ini.
Langkah pertama Daniel
adalah menolak santapan raja, tentu saja ini adalah keputusan sekaligus,
kehidupan dalam manajemen jangka pendek Daniel dan kawan-kawan.
- JANGKA
MENENGAH
Daniel dan teman-temannya, sangat dikasihi
oleh Allah maupun raja, dan Allah memberikan hikmat yang lebih dari orang-orang
Kasdim maka, Raja Nebukadnezar memanggil mereka untuk bekerja di istanah raja. Dalam
Daniel 1:20, di katakana bahwa: “Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan
kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya
bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua
ahli jampi di seluruh kerajaannya.” Tuhan memberikan hikmat yang luar biasa,
maka raja memanggil mereka Daniel untul bekerja di kerajaan.
- JANGKA
PANJANG
Semua masalah kejadia,
apapun yang di hadapi di dalam kerajaan sepenuhnya, ditangani oleh Daniel.
Contohnya seperti mimpi Nebukardnezar diartikan langsung oleh Daniel. Daniel
dimasukan dalam perapian yang menyala-nyala, namun Tuhan selalu berkarya dan
melindungi dalam persoalan apapun. Ini adalah rencana jangka panjang Allah bagi
Daniel dan juga sahabat-sahabatnya.
Allah memakai Daniel
dengan cara-Nya, sampai dengan jangka panjang yaitu masa-masa yang akan datang
dikemudian hari.
- SELUK
BELUK PERJALANAN DARI MASA KECIL YUSUF
SAMPAI
DENGAN MENJADI PEMIMPIN
SEBAGAI
ORANG NOMOR II DI TANAH MESIR
- KEKUATAN
Kekuatan Daniel adalah
selalu mengandalkan Tuhan, bedoa dan selalu datang mengahadap kepada Tuhan
untuk mendapatkan kasih Allah. Daniel adalah seorang pemuda dari Yahudi yang
selalu berdoa dan mengandalkan Tuhan. Ia tidak mengikuti titah raja Babel, dan
ia juga mengandalkan Tuhan dengan cara, berdoa berpuasa kepada Allah. Ia juga
selalu mengandalkan Tuhan dengan menolak peraturan raja yang begitu banyak:
1. Yang pertama adalah santapan atau makan yang
diatur oleh raja Nebukadnezar untk akan dimakan semua orang yang ada di istanah
raja.
2. Yang
kedua adalah menolak untuk menyembah kepada patung yang didirikan oleh raja
Nebukadnezar.
- KELEMAHAN
Kelemahan dari Daniel tidak secara
eksplisit dijelaskan dalam Alkitab khususnya dalam Kitab Daniel. Yang
diceritakan secara eksplisit tuntas dan jelas adalah menjelaskan hanya mengenai
kebaikan dan kecerdasan dan pekerjaan Daniel yang dikerjakan ketika ia dibuang
ke pembuangan Babel.
- KESEMPATAN
Ada kesempatan untuk menemui raja Nebukadnezar untuk
mengartikan mimpi dari raja Babel yaitu Nebukadnezar. Kesempatan yang bagus
adalah raja Nebukadnezar mengakuai Tuhan Allah yang Maha Kuasa dan mengakui
kepintaran Daniel. Daniel 2:46 Lalu sujudlah raja Nebukadnezar serta menyembah
Daniel; juga dititahkannya mempersembahkan korban dan bau-bauan kepadanya. 2:47
Berkatalah raja kepada Daniel: "Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang
mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang
menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat menyingkapkan rahasia
itu." 2:48 Lalu raja memuliakan Daniel: dianugerahinyalah dengan banyak
pemberian yang besar, dan dibuatnya dia menjadi penguasa atas seluruh wilayah
Babel dan menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel. 2:49 Atas permintaan
Daniel, raja menyerahkan pemerintahan wilayah Babel itu kepada Sadrakh, Mesakh
dan Abednego, sedang Daniel sendiri tinggal di istana raja.
Daniel mendapatkan kesempatan untuk menjadi orang yang
bekuasa di tanah Babel dengan perintah dan penghargaan dari raja Babel.
BAB
IV
LATAR
BELAKANG MATIUS
LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL DAN EKONOMI DUNIA PERJANJIAN BARU
a. LATAR BELAKANG POLITIK
1.
Masa Peralihan: Masa Sesudah PL dan Sebelum Perjanjian Baru
Masa-masa sesudah PL dan sebelum PB sering dikatakan sebagai
masa-masa gelap karena Allah tidak mengirim nabi-nabi-Nya untuk berbicara
kepada umat Israel. Namun demikian masa ini justru menjadi masa yang sangat
penting karena sekalipun kelihatan-nya diam Allah bekerja dibalik sejarah umat
manusia untuk mempersiapkan mereka menerima pelaksanaan rencana Agung-Nya.
Masa "sesudah PL dan sebelum PB" ini disebut
sebagai Masa Peralihan atau Jaman Intertestamental yang berlangsung kurang
lebih 400 tahun. Dalam masa ini Allah memakai 3 bangsa yang mengambil peranan
utama dalam mempersiapkan masa Perjanjian Baru. Dari catatan kitab-kitab Makabe
dan tulisan-tulisan Yosefus, kita mengetahui fakta-fakta berikut ini:
Bangsa Yahudi/Ibrani:
Bangsa Yahudi/Ibrani:
Bangsa pilihan Allah ini tidak selalu berhasil dalam
mentaati dan mengemban tugasnya sebagai umat pilihan Allah, sehingga Allah
sering harus menghukum mereka dengan membuang mereka menjadi tawanan
bangsa-bangsa lain. Namun justru dengan cara itu Allah menggunakannya untuk
maksud baik-Nya. Pada waktu bangsa Israel dibuang ke tanah Babilonia, mereka
tercerai berai ke seluruh dunia. Ketika bangsa ini hidup di tengah-tengah
bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan, bangsa Israel disadarkan akan
pentingnya mempertahankan iman, menyembah Allah yang monotheisme dan mentaati
Hukum Taurat. Melalui bangsa inilah Allah menyediakan jalan yang sangat baik
untuk melihara kelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi umat
manusia.
Bangsa Yunani:
Bangsa Yunani melalui
Aleksander memberikan sumbangan yang besar dalam mempersatukan seluruh dunia
dalam satu bahasa, yaitu bahasa Yunani. Hal ini memberikan pengaruh yang besar,
karena bahasa Yunani akhirnya dipakai menjadi bahasa internasional pada masa
itu. Ini memberikan keuntungan yang sangat besar karena bahasa Yunani adalah
bahasa berpikir, bahasa yang sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab
PB dalam mengungkapkan istilah-istilah teologia dengan benar dan akurat.
Bangsa Romawi:
Penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel (Palestina)
menciptakan suasana yang relatif damai sehingga pembangunan jalan-jalan dan
keamanan menjadi prioritas negara. Keadaan ini sangat diperlukan dalam
mempersiapkan kedatangan Kristus dan juga ketika Injil disebarkan. Selain itu
ada banyak kontribusi yang diberikan oleh orang-orang Romawi, baik dalam bidang
hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab
PB.
b. Masa Pemerintahan Romawi
Latar belakang politik dalam dunia Perjanjian Baru adalah
kekaisaran Romawi. Merrill C. Tenney dalam bukunya Survei Perjanjian Baru telah
memberikan uraian terperinci tentang hal ini. Negara Romawi berdiri tahun 753
SM, yang sebelumnya hanya terdiri dari beberapa kelompok masyarakat di beberapa
desa yang akhirnya merebut banyak kota dan menjadi kerajaan yang besar tahun
265 SM.
Berikut ini adalah kaisar-kaisar Romawi yang memerintah pada
masa Perjanjian Baru:
- Agustus (27 sM - 14 M). Ketika
Tuhan Yesus lahir, pemerintahan sedang dipegang oleh Kaisar Agustus. Dialah yang
memerintahkan sensus penduduk di Palestina.
- Tiberius (14-37 M). Ia
memerintah semasa Tuhan Yesus dewasa - mati.
- Caligula (37-41 M). Kaisar yang
menganggap dirinya dewa untuk disembah. Banyak orang Kristen mula-mula
yang mati karena melawan perintah untuk menyembah kepada kaisar.
- Nero (54-68 M). Kaisar yang
kejam dan semena-mena menganiaya orang Kristen. Paulus dan Petrus mati
syahid pada masa pemerintahannya.
- Vespasian (69-79 M). Pada masa
pemerintahannya kota Yerusalem dihancurkan, termasuk bangunan Bait Allah.
- Domitianus (81-96 M). Melakukan
penindasan yang sangat kejam terhadap orang-orang Kristen. Memerintah pada
masa tua Rasul Yohanes.
Palestina menjadi salah satu negara
jajahan Kerajaan Romawi diperkirakan sejak tahun 63 sM. Kisah dalam PB diawali
dari masa pemerintahan Herodes (37sM - 4M) yang ditunjuk oleh pemerintah Romawi
sebagai raja Yahudi. Sebutan provinsi diberikan kepada daerah-daerah baru yang
ditaklukkan Romawi. Untuk provinsi yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan dipimpin oleh seorang gubernur.
Sedangkan wilayah yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri.
Daerah-daerah jajahan (provinsi) ini biasanya mendapat kebebasan
(otonomi) untuk berdiri sendiri. Kebebasan agama pun juga diberikan kepada
mereka (religio licita). Penarikan pajak juga diserahkan kepada pemerintahan
setempat, tetapi di bawah pengawasan Roma.
- LATAR BELAKANG SOSIAL
Di kalangan masyarakat Yahudi, para alim ulama adalah
kelompok ningrat yang kaya karena merekalah yang menguasai perdagangan dan
pajak di bait suci. Sedangkan kelompok mayoritas penduduk biasanya miskin. Mata
pencaharian mereka antara lain, petani, peternak, nelayan dan wiraswastawan
kecil lainnya. Dalam masyarakat non-Yahudi, ada pembagian kelas masyarakat
sbb.: kaum ningrat, kelas menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.
- LATAR BELAKANG EKONOMI
Keadaan
tanah daerah sekitar Laut Tengah masa itu cukup subur sehingga hasil pertanian
menjadi sumber hasil utama. Industri belum berkembang, hanya untuk menghasilkan
kebutuhan sehari-hari, misalnya bejana, kain linen, hasil keramik barang rumah
tangga. Baragng-barang mahal adalah hasil import negara lain.
- Mata uang
Mata
uang logam yang berlaku saat itu adalah denarius (dinar), dan uang emas aureus
(pound). Satu dinar adalah upah pekerja untuk satu hari kerja (Mat. 20:2).
Tetapi karena pemerintahan provinsi diijinkan mencetak uang sendiri, maka tidak
heran kalau banyak beredar mata-mata uang yang berbeda (Mat. 21:12). Usaha
pinjam meminjam uang juga sangat populer saat itu.
- Arus perjalanan
Arus
perjalanan sangat lancar jaman itu, karena adanya sistem jalan raya yang sangat
baik. Sistem jalan raya ini menghubungkan kota Roma dengan daerah-daerah jajahan
yang terbentang luas.
- Arus perdagangan
Arus perdagangan dari dan ke luar negeri dilakukan lewat
laut. Pelabuhan Aleksandria adalah salah satu pelabuhan terpenting. Banyak
kapal-kapal besar berlayar dari sini. Hasil perdagangan yang banyak didatangkan
adalah biji-bijian.
III.
LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
1. LATAR BELAKANG DUNIA PB
Di bawah pemerintahan kaisar Augustus, kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Tulisan-tulisan mereka berupa drama-drama dan cerita-cerita mitos Yunani.
a. Ilmu Pengetahuan
1. LATAR BELAKANG DUNIA PB
Di bawah pemerintahan kaisar Augustus, kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Tulisan-tulisan mereka berupa drama-drama dan cerita-cerita mitos Yunani.
a. Ilmu Pengetahuan
Dalam
hal ilmu pengetahuan sudah dikenal ilmu alam sederhana, ilmu pengobatan umum,
ilmu bahasa dan pidato. Seni dan ilmu arsitektur adalah yang paling maju pesat.
Banyak dibangun jembatan, saluran air, gedung-gedung kesenian dan
patung-patung. Ilmu perbintangan banyak dinikmati masyarakat.
b. Hiburan
b. Hiburan
Untuk
hiburan banyak dipertunjukkan pertunjukkan-pertunjukkan musik untuk menghibur
kaum jelata. (tambur, kecapi, seruling dan harpa). Sedangkan hiburan untuk kaum
ningrat (kaya) adalah pertarungan berdarah antara manusia dan hewan (gladiator)
di arena-arena pertunjukkan.
c. Bahasa
c. Bahasa
Bahasa
yang dipakai bermacam-macam: Latin, Yunani, Aramaik dan Yahudi (Ibrani),
masing-masing bahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan untuk tujuan yang
berbeda.
d. Sistem Pendidikan
d. Sistem Pendidikan
Sistem
Pendidikan sudah lama dikenal, baik dikalangan masyarakat Yahudi ataupun
non-Yahudi. Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan perhatian yang sangat
besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar
mereka memelihara budaya dan agama nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan
pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah Sinagoge.
2. LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
A. Agama Primitif
2. LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
A. Agama Primitif
Agama
primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak
berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat
manfaatnya. Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan
kaum muda. Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena
mendatangkan kesatuan. Tetapi di lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi
orang Kristen.
Selain
pemujaan-pemujaan itu ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib.
Namun ini pun kurang memuaskan kehidupan rohani mereka. Untuk mengatasi itu
lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih disukai
karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja. Contoh aliran-aliran
filsafat yang ada pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme,
Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dll.
B. Yudaisme
Bangsa
Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata koin yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia
Perjanjian Baru, karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua
penulis-penulis PB adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang
agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan PB dengan baik
akan ditentukan dari seberapa jauh kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan
agama Yahudi.
Latar Belakang
Untuk
memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus kembali melihat jauh ke belakang
kepada panggilan Allah terhadap Abraham. karena dari Abrahamlah bangsa
"pilihan" ini berasal.
Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan sanhedrin.
2. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem
Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan sanhedrin.
2. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem
Sebelum
masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di Yerusalem (yang dibangun oleh Raja
Salomon) adalah satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi. Isi ibadah mereka
adalah melakukan perjalanan ke Yerusalem secara teratur dan mengadakan upacara
korban sembelihan di sana. Setelah mereka dibuang ke tanah asing, mereka tidak
mungkin lagi ke Bait Suci untuk beribadah, apalagi setelah Yerusalem
dihancurkan (586 SM). Upaya yang mereka lakukan untuk menggantikan ibadah
adalah dengan menggiatkan kembali pengajaran tentang Hukum dan Taurat sebagai
pusat ibadah mereka yang baru.
Walaupun
Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada banyak orang Yahudi yang masih tinggal
di tanah asing dan tidak kembali ke Palestina, bahkan ternyata lebih banyak
orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan
rohani dan ibadah mereka maka dibangunlah sinagoge-sinagoge di kota-kota di
mana orang Yahudi tinggal. Sinagoge (artinya rumah ibadat orang Yahudi) tidak
bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci Yerusalem, karena selain ukuran yang
jauh lebih kecil, juga tidak disediakan tempat untuk membakar korban. Sebagai
gantinya dilakukan doa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat dan
memelihara hukum-hukum PL yang mengatur soal makanan. Inilah yang akhirnya
menjadi pusat ibadah Yudaisme.
3. Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge
Sejak
jaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoge dalam melestarikan agama dan
budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami
kedewasaan. Di setiap kota besar dimana ada kelompok orang Yahudi tinggal
didirikanlah sinagoge. Akhirnya sinagoge juga menjadi balai sosial di mana
penduduk Yahudi di kota itu berkumpul setiap hari minggu untuk belajar tentang
tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini
sangat mengesankan, sehingga pada waktu orang-orang Yahudi perantauan pulang ke
tanah airnya, sistem ibadah di sinagoge ini dibawa dan tetap dipraktekkan
sampai jaman Yesus dan para Rasul.
Pemimpin
sinagoge disebut "kepala rumah ibadat", yang diangkat dari antara
penatua berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin kebaktian,
menjadi penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat.
Penjaga sinagoge disebut hazzan. Tugasnya menjaga dan memelihara bangunan dan
juga harta benda yang ada di sinagoge. Dalam sinagoge ada lemari untuk
menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk
meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta kursi
duduk jemaat.
4. Bentuk ibadah
Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sebagai berikut:
- Pembacaan
pengakuan iman Yahudi yang disebut shema - (Ul. 6:4,5). Diikuti dengan
puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot
("Diberkatilah....").
- Pembacaan
doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).
- Selanjutnya
adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan Pentateukh, juga kitab
Nabi-nabi).
- Kemudian
diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.
- Kebaktian
diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah
sinagoge ini juga diikuti oleh gereja abad pertama.
5. Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.
Walaupun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran:
a. Kaum Parisi
Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan".
Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka
adalah para ahli tafsir PL, yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat
istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat. Kelompok inilah
yang paling banyak dijumpai berselisih paham dengan Yesus. Namun demikian tidak
semua orang Parisi munafik ada juga yang sungguh-sungguh.
b. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka
berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota
mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka
terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal
supranatural atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat
hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat.
c. Kaum Zelot
Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan
diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya
pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan
pemerintah Romawi.
d. Kaum Eseni
Eseni artinya "saleh" atau "suci".
Mereka ini tidak secara resmi disebut dalam kitab-kitab PB, tetapi keberadaan
mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup
membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup bersama. Kelompok ini sering dihubungkan dengan
penemuan-penemuan naskah Qumran, walaupun tidak ada bukti kuat.
e. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah
orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa
Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam
hal iman agama mereka.
6. Hari-hari Raya Yahudi
Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari penting yang
pada umumnya dihubungkan dengan perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang
erat dengan sejarah kehidupan bangsa Israel. Hari-hari Raya tersebut antara
lain: Perayaan Paskah, Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Pentakosta, Hari
Raya Tahun Baru, Hari Perdamaian, Hari Raya Pondok Daun. Lima hari raya ini
diadakan berdasarkan aturan dalam Hukum Muda. Sesudah masa pembuangan mereka
menambah perayaan Hari Raya Meniup Serunai, Hari Raya Purin.
- MANAJEMEN,
KEPEMIMPINAN MATIUS
- JANGKA
PENDEK
Dalam
kepemimpinan Matius jangka pendeknya adalah menjadi seorang pemungut cukai di
Israel. Dalam kehidupan sebagai seorang pemungut cukai tentu saja ia adalah
seorang yang berada, karena hasil dari pekerjaannya sebagai pemungut cukai.
- JANGKA MENENGAH
Selanjutnya
dalam kehidupan Matius jangka pendeknya adalah menjadi pengikut Tuhan Yesus
Kristus, selama pelayanan kurang lebih tiga setengah tahun, di bumi Israel.
Matius dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus ketika ia sedang bekerja yaitu
sebagai tukang pemungut cukai. Selama tiga setengah tahun, Matius banyak
belajar langsung dengan Tuhan Yesus Kristus. Dimanapun Tuhan Yesus pergi,
Matius dan teman-temannya selalu mengikutinya. Apapun yang Tuhan Yesus lakukan
Matius selalu mempehatikan dan melihatnya. Tuhan Yesus mengarjakan kepada
Matius dan murid-murid yang lain dengan berbagai metode. Tuhan Yesus
mengajarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Alalah dan manusia.
- JANGKA
PANJANG
Matius dipanggil oleh
Tuhan Yesus Kristus dan menjadi murid Tuhan Yesus dan begitu banyak hal yang
dipelajari oleh Matius kepada Tuhan Yesus Kristus. Matius dimuridkan oleh Tuhan
Yesus untuk memuridkan orang lian. Ini terbukti ketika Tuhan Yesus sebelum naik
ke surga, Ia berpesan kepada ke sebelas rasul, supaya dapat memberitahkan Kabar
tentang Keselamatan kepada orang banyak. Matius 28:18 Yesus mendekati mereka
dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Matius 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Matius 28:20 dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
- SELUK
BELUK PERJALANAN DALAM KEPEMIPINAN MATIUS
- KEKUATAN
Ia
mampu menuliskan Alkitab dengan menggunakan namannya sendiri. Selanjutnya dalam
penulisan Kitab Matius sesuai dengan konteks budaya, politik, ekonomi saat itu.
Penulisan dalam Kitab Matius menggunakan konteks setempat dan budaya setempat. Dalam
Kitab Matius, menampilkan Tuhan Yesus sebagai Mesias Raja yang diurapi. Matius
sangat memahami kebudayaan saat itu.
Orang-orang
Yahudi (Israel) sedang menanti kedatangan sang raja yaitu Mesias yang
dijanjikan oleh Tuhan Allah kepada nenek moyang mereka. Yang akan membebaskan
mereka dari penjajahan oleh Bangsa lain seperti Bangsa Romawi saat itu.
- KELEMAHAN
Kelemahan
dalam kehidupan rasul Matius tidak disebutkan dalam kitab karangannya maupun
kitab-kitab dalam Perjanjian Baru yang lainnya. Latar Belakang daripada Rasul
Matius, sebelum Tuhan Yesus memanggil menjadi murid-Nya, ia adalah pemungut
cukai tentu saja, dalam kehidupan sebagai seorang yang sukai memaksa orang
lain. Bahkan bisa melakukan korupsi dan lain sebagainya.
Selanjutnya
adalah rasul Matius tidak menceritakan secara eksplisit mengenai pelayanannya
dia (Matius), sesudah Tuhan Yesus naik ke surga. Matius yang menuliskan
mengenai pesan Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga, yaitu mengenai pergilah ke
seluruh dunia dan memuridkan semua manusia menjadi murid-Ku. Namun, Matius
sendiri tidak pergi ke luar dari Israel. Inilah letak kelemahan Rasul Matius,
ia tidak pergi keluar untuk memberitkan Kabar tentang Keselamatan.
- KESEMPATAN
Kesempatan bagus yang
telah dimiliki oleh Rasul Matius adalah ia dipanggil oleh Tuhan Yesus Kristus,
memjadi murid-Nya dan banyak hal yang ia belajar dari Guru Besar Agung yaitu
Tuhan Yesus Krristus itu sendiri. Matius belajar kepada Tuhan Yesus Krristus
kurang lebih tiga setengah tahun di bumi Israel, ini adalah kesempatan yang
sangat baik buat rasul Matius.
BAB
V
LATAR
BELAKANG TUHAN YESUS
- Tuhan Yesus Kristus lahir
kira-kira tahun 4 sM (Sebelum Masehi).
- Tuhan Yesus Kristus disalibkan
(meninggal) tahun 33 M (Masehi)
- Kota asal Tuhan Yesus Kristus
Nazaret, Galilea
- Orang tua (jasmani) Tuhan Yesus
Kristus, ayah Yusuf dan Ibu Maria,
Yesus
(bahasa
Yunani: Ἰησοῦς Iesous; kr. 4 SM sampai 30–33 M), juga
disebut sebagai Yesus dari Nazaret atau Yesus Kristus, adalah
tokoh sentral Kekristenan. Menurut ajaran sebagian besar denominasi Kristen, Yesus dipandang
sebagai Putra Allah (Anak Allah). Umat Kristen meyakini bahwa Yesus
adalah Mesias
(atau Kristus,
Yang Diurapi) yang dinantikan.
Hampir semua akademisi antikuitas modern setuju bahwa Yesus ada secara historis, dan para
sejarawan menganggap bahwa Injil
Sinoptik (Matius, Markus,
dan Lukas)
adalah sumber-sumber terbaik untuk meneliti historisitas Yesus.
Kebanyakan akademisi sepakat bahwa Yesus adalah orang Galilea,
rabi Yahudi
yang mewartakan pesannya secara lisan, dibaptis
oleh Yohanes Pembaptis, dan disalibkan
sesuai perintah Prefek Romawi Pontius
Pilatus. Menurut pandangan aliran-aliran utama saat ini, Yesus
adalah seorang pewarta apokaliptik dan pendiri suatu gerakan
pembaruan di dalam Yudaisme, kendati beberapa akademisi terkemuka
berpendapat bahwa Yesus bukanlah apokaliptik. Setelah kematian Yesus, para
pengikutnya percaya bahwa Yesus bangkit dari kematian, dan komunitas yang
mereka bentuk kemudian menjadi Gereja Kristen. Era
kalender yang paling umum, disingkat "M" (Masehi)
dalam bahasa Indonesia atau disingkat "AD" dari bahasa Latin "Anno
Domini" ("dalam tahun Tuhan kita"), didasarkan pada
kelahiran Yesus. Kelahiran Yesus dirayakan setiap tahun pada tanggal 25
Desember (atau beragam tanggal pada bulan Januari di dalam beberapa gereja
timur) sebagai suatu hari raya yang dikenal sebagai Natal.
Umat Kristen percaya bahwa Yesus memiliki suatu
"signifikansi yang unik" di dunia. Doktrin-doktrin Kristen mencakup
keyakinan bahwa Yesus dikandung oleh Roh Kudus, dilahirkan dari seorang perawan
bernama Maria,
melakukan berbagai mukjizat, mendirikan Gereja,
mati karena penyaliban sebagai kurban untuk penebusan,
bangkit dari kematian dan naik ke Surga, serta akan datang kembali ke bumi.
Sebagian besar umat Kristen percaya bahwa Yesus
memungkinkan manusia untuk didamaikan dengan Allah. Pengakuan Iman Nicea menegaskan bahwa
Yesus akan menghakimi orang mati baik sebelum
atau setelah
kebangkitan tubuh mereka,
suatu peristiwa yang juga dikaitkan dengan Kedatangan Kedua Yesus di
dalam eskatologi Kristen; walaupun beberapa
kalangan meyakini peranan Yesus sebagai juru selamat memiliki kepentingan yang
lebih sosial
atau eksistensial daripada
akhirat, dan beberapa teolog terkenal telah mengemukakan bahwa Yesus akan
membawa suatu rekonsiliasi universal.
Sebagian terbesar dari kalangan Kristen menyembah Yesus sebagai penjelmaan dari Allah
Putra, pribadi kedua dalam satu Trinitas
Ilahi. Beberapa kelompok Kristen menolak Trinitarianisme, baik sebagian
ataupun seluruhnya, karena mereka menganggapnya tidak selaras dengan kitab
suci.
Dalam Islam, Yesus (umumnya
ditransliterasikan sebagai Isa)
dipandang sebagai Al-Masih (Mesias) dan salah satu nabi
Allah yang penting. Menurut umat Muslim,
Yesus merupakan seorang pembawa kitab suci dan dilahirkan dari seorang perawan,
namun bukan Putra Allah. Bagi sebagian besar kalangan Muslim, Yesus tidak
disalibkan tetapi secara jasmani diangkat ke Surga oleh
Allah.
Yudaisme menolak keyakinan
bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, dengan alasan bahwa kematian Yesus
di kayu salib menandakan bahwa ia ditolak oleh Allah dan kebangkitannya adalah
suatu legenda
Kristen.
Laporan Injil kanonik
Keempat Injil kanonik (Markus,
Matius,
Lukas,
dan Yohanes)
adalah satu-satunya sumber yang substansial terkait kehidupan dan pesan Yesus.
Bagian-bagian lainnya dalam Perjanjian Baru, seperti surat-surat Paulus, kemungkinan ditulis
beberapa dekade sebelum Injil dan menyertakan berbagai referensi terkait
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus, misalnya Perjamuan Terakhir dalam 1
Korintus 11:23–26. Kisah
Para Rasul 10:37–38 dan 19:4 menyebutkan pelayanan awal Yesus yang
didahului oleh Yohanes Pembaptis.[60][61]
Kisah
Para Rasul 1:1–11 lebih banyak menceritakan perihal Kenaikan
Yesus (juga disebutkan dalam 1
Timotius 3:16) daripada Injil kanonik.
Beberapa kelompok Gnostik
dan Kristen awal memiliki deskripsi tersendiri mengenai kehidupan dan ajaran
Yesus yang tidak termasuk dalam Perjanjian Baru. Tulisan-tulisan ini meliputi Injil
Tomas, Injil Petrus, dan Apokrifon
Yakobus, di antara banyak tulisan apokrif lainnya.
Kebanyakan akademisi memandangnya sebagai laporan-laporan yang kurang dapat
diandalkan dan dituliskan jauh di kemudian hari dibandingkan dengan Injil
kanonik.
Injil-Injil kanonik
Injil kanonik terdiri atas empat
laporan, masing-masing ditulis oleh seorang penulis yang berbeda. Sampai abad
ke-18, Injil
Matius secara aklamasi diyakini sebagai Injil yang pertama kali
ditulis. Menurut prioritas Markus yang muncul pada abad
ke-19, yang pertama dituliskan adalah Injil Markus (ditulis tahun 60–75 M),
diikuti oleh Injil Matius (65–85 M), Injil Lukas (65–95 M), dan Injil Yohanes
(75–100 M). Di antara keempat laporan tersebut terdapat berbagai perbedaan
konten dan urutan peristiwa.
Sesuai tradisi, penulisan Injil
telah dikaitkan dengan empat penginjil yang memiliki hubungan
dekat dengan Yesus: Injil Markus ditulis oleh Yohanes
Markus, seorang kolega Petrus; Injil Matius ditulis oleh salah
seorang murid Yesus; Injil Lukas ditulis oleh salah seorang rekan Paulus, orang
yang disebutkan di dalam beberapa surat; dan Injil Yohanes ditulis oleh murid
Yesus lainnya, yang kenyataannya merupakan bagian dari suatu kelompok dalam
para murid, bersama dengan Petrus dan Yakobus saudara Yohanes.
Tiga
dari keempat laporan tersebut, yaitu Injil Matius, Injil Markus, dan Injil
Lukas, dikenal sebagai Injil Sinoptik, dinamakan demikian dari
kata Yunani σύν (syn "bersama") dan ὄψις (opsis
"pandangan"). Ketiganya memiliki keserupaan dalam konten, penataan
naratif, struktur paragraf dan bahasa. Sejumlah akademisi berpendapat bahwa
sulit untuk menemukan hubungan literer langsung antara Injil-Injil Sinoptik dan
Injil Yohanes. Alur beberapa peristiwa (seperti pembaptisan
Yesus, transfigurasi, penyaliban, dan interaksi
dengan) diceritakan dalam semua Injil Sinoptik, namun insiden seperti
transfigurasi tidak tampak dalam Injil Yohanes, yang juga berbeda dalam hal-hal
lainnya —misalnya.
Yesus dalam Injil Sinoptik
|
Yesus dalam Injil Yohanes
|
Dimulai
dari pembaptisan Yesus atau kelahiran dari seorang perawan.
|
Dimulai
dari kisah penciptaan, tidak ada cerita kelahiran.
|
Dibaptis
oleh Yohanes Pembaptis.
|
Diandaikan
ada pembaptisan namun tidak disebutkan.
|
Mengajar
dengan perumpamaan dan aforisme.
|
Mengajar
dengan jalinan percakapan yang panjang
|
Mengajar
secara khusus mengenai Kerajaan Allah, sedikit tentang diri sendiri.
|
Mengajar
secara khusus dan ekstensif tentang diri sendiri.
|
Berbicara
bagi orang miskin dan tertindas.
|
Berbicara
sedikit tentang orang miskin atau tertindas.
|
Mengusir
setan.
|
Tidak
mengusir setan.
|
Pelayanan
publik berlangsung selama minimal satu tahun.
|
Pelayanan
publik berlangsung selama tiga tahun.
|
Pembersihan
Bait Allah terjadi saat akhir masa pelayanan.
|
Pembersihan
Bait Allah terjadi saat awal masa pelayanan.
|
Yesus
mengantar ke dalam suatu perjanjian baru melalui Perjamuan Terakhir.
|
Yesus
membasuh kaki para murid.
|
Kebanyakan akademisi sependapat
bahwa, mengikuti apa yang dikenal sebagai "hipotesis Markus", para
penulis Injil Matius dan Injil Lukas menggunakan Injil Markus sebagai salah
satu sumber rujukan untuk penulisan injil mereka. Injil Matius dan Injil Lukas
juga memuat beberapa konten yang tidak ditemukan dalam Injil Markus. Untuk
menjelaskan hal ini, banyak akademisi yang meyakini bahwa selain Injil Markus
kedua penulis tersebut juga menggunakan sumber lain.
Menurut suatu konsensus keilmuan
umum, Injil Sinoptik, bukan Injil Yohanes, merupakan sumber utama informasi
sejarah mengenai Yesus. Namun demikian tidak semua yang terkandung dalam Injil
Perjanjian Baru dipandang dapat diandalkan secara historis. Elemen-elemen yang
keaslian historisnya diperdebatkan misalnya Kelahiran,
Pembantaian Kanak-Kanak Suci,
Kebangkitan, Kenaikan,
beberapa mukjizat Yesus, dan pengadilan
Mahkamah Agama. Pandangan-pandangan mengenai Injil berkisar dari
keberadaannya sebagai deskripsi-deskripsi tanpa
salah tentang kehidupan Yesus hingga ketersediaannya akan informasi
historis yang sedikit tentang kehidupan Yesus selain yang mendasar.
Injil Sinoptik menekankan
aspek-aspek berbeda mengenai Yesus. Dalam Injil Markus, Yesus adalah Putra
Allah dengan mukjizat-mukjizat yang memperlihatkan adanya Kerajaan
Allah. Yesus ditampilkan sebagai seorang pembuat mukjizat yang tak
kenal lelah, pelayan Allah sekaligus manusia. Injil yang singkat ini mencatat
beberapa perkataan atau ajaran Yesus. Injil Matius menekankan bahwa Yesus
merupakan pemenuhan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian
Lama, dan adalah Tuhan dari Gereja. Ia adalah Mesias yang meraja, disebut
berulang kali sebagai "raja" dan "Putra
Daud." Ciri penting dari Injil ini adalah kelima diskursus,
kumpulan ajaran-ajaran terkait tema tertentu, termasuk Khotbah
di Bukit. Injil Lukas menyajikan Yesus sebagai juru selamat
insani-ilahiah yang menunjukkan kasih sayang kepada yang membutuhkannya. Ia
diperlihatkan sebagai teman orang-orang berdosa dan yang terkucilkan, datang
untuk mencari dan menyelamatkan mereka. Injil ini memuat
perumpamaan-perumpamaan favorit Yesus seperti Orang Samaria yang Baik
Hati dan Anak yang Hilang.
Injil Sinoptik dan Injil Yohanes
memiliki kesesuaian dalam hal garis besar utama kehidupan Yesus. Yohanes
Pembaptis mendahului Yesus, dikatakan bahwa pelayanan mereka sempat
bersinggungan, dan Yohanes memberikan kesaksian perihal identitas Yesus. Yesus
memberikan pengajaran dan melakukan berbagai mukjizat, paling tidak sebagian
terjadi di Galilea. Ia kemudian mengunjungi Yerusalem di mana para pemimpin di
sana menyalibkan Yesus, dan kemudian dimakamkan. Setelah itu makam Yesus
ditemukan kosong pada hari Minggu, dan Yesus yang bangkit menampakkan diri
kepada para pengikut-Nya.
Prolog Injil Yohanes
mengidentifikasi Yesus sebagi penjelmaan dari Firman ilahi (Logos). Sebagai Firman, Yesus hadir dalam
kekekalan bersama dengan Allah, beraktivitas dalam seluruh ciptaan, serta
sumber kodrat rohani dan moral manusia. Dengan prolog ini, penginjil tersebut
menetapkan bahwa Yesus tidak hanya lebih besar daripada para nabi insani masa
lampau tetapi lebih besar daripada semua nabi yang pernah ada. Dijelaskan bahwa
Yesus tidak hanya berbicara tentang Firman Allah, tetapi Yesus adalah Firman
Allah. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengungkapkan peran ilahi-Nya secara terbuka.
Di sini Ia menyatakan diri sebagai Roti Hidup, Terang Dunia, Pokok Anggur Yang
Benar, dan pernyataan lainnya.
Secara umum, para penulis Perjanjian
Baru kurang berminat dalam memberikan penyajian suatu kronologi yang mutlak
tentang Yesus atau dalam menyelaraskan peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus
dengan sejarah sekuler pada zaman itu. Sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes
21:25, Injil tidak mengklaim ketersediaan suatu daftar lengkap perihal
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus. Laporan-laporan tersebut utamanya
ditulis sebagai dokumen teologis dalam konteks Kekristenan
awal, garis waktunya hanya merupakan salah satu pertimbangan
sekunder. Salah satu perwujudan Injil sebagai dokumen teologis daripada sekadar
kronik sejarah yaitu bahwa sekitar sepertiga isi laporan-laporan tersebut
mengisahkan tujuh hari atau minggu terakhir kehidupan Yesus di Yerusalem,
yang disebut sebagai Kisah Sengsara Kendati
Injil tidak menyediakan detail yang memadai untuk memenuhi tuntutan para
sejarawan modern terkait berbagai kepastian penanggalan, namun dimungkinkan
untuk memanfaatkannya sebagai gambaran umum kisah kehidupan Yesus.
- Bandstra, Barry L. (2008). Reading the Old Testament: An
Introduction to the Hebrew Bible. Wadsworth Publishing
Company.
- Bar, Shaul (2001). A letter that has not been read: dreams
in the Hebrew Bible. Cincinnati: Hebrew Union College
Press. ISBN 978-0-87820-424-3.
- Boyer, Paul S. (1992). When Time Shall Be No More: Prophecy
Belief in Modern American Culture. Harvard University
Press. ISBN 0-674-95129-8.
- Brettler, Mark Zvi (2005). How To Read the Bible.
Jewish Publication Society.
- Carroll, John T. (2000).
"Eschatology". Di Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible.
Eerdmans.
- Cohn, Shaye J.D. (2006). From the Maccabees to the Mishnah.
Westminster John Knox Press.
- Collins, John J. (1984). Daniel: With an Introduction to
Apocalyptic Literature. Eerdmans.
- Collins, John J. (1998). The Apocalyptic Imagination: An
Introduction to Jewish Apocalyptic Literature. Eerdmans.
- Collins, John J. (1993). Daniel. Fortress.
- Collins, John J. (2001). Seers, Sibyls, and Sages in
Hellenistic-Roman Judaism. BRILL.
- Collins, John J. (2002). "Current Issues in
the Study of Daniel". Di Collins, John J.; Flint, Peter W.; VanEpps,
Cameron. The Book of Daniel: Composition and
Reception. BRILL.
- Collins, John J. (2003). "From Prophecy to Apocalypticism:
The Expectation of the End". Di McGinn, Bernard; Collins, John J.;
Stein, Stephen J. The Continuum History of Apocalypticism.
Continuum.
- Collins, John J. (2013). "Daniel". Di
Lieb, Michael; Mason, Emma; Roberts, Jonathan. The Oxford Handbook of the Reception
History of the Bible. Oxford UNiversity Press.
- Crawford, Sidnie White (2000).
"Apocalyptic". Di Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible.
Eerdmans.
- Cross, Frank Leslie;
Livingstone, Elizabeth A. (2005). The Oxford Dictionary of the Christian
Church. Oxford University Press.
- Davies, Philip (2006).
"Apocalyptic". Di Rogerson, J. W.; Lieu, Judith M. The Oxford Handbook of Biblical Studies.
Oxford Handbooks Online.
- DeChant, Dell (2009).
"Apocalyptic Communities". Di Neusner, Jacob. World Religions in America: An
Introduction. Westminster John Knox Press.
- Doukhan, Jacques (2000). Secrets of Daniel: wisdom and dreams of a
Jewish prince in exile. Review and Herald Pub Assoc.
- Dunn, James D.G. (2002).
"The Danilic Son of Man in the New Testament". Di Collins, John
J.; Flint, Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and
Reception. BRILL.
- Grabbe, Lester L. (2010). An Introduction to Second Temple Judaism:
History and Religion of the Jews in the Time of Nehemiah, the Maccabees,
Hillel, and Jesus. Continuum.
- Grabbe, Lester L. (2002a). Judaic Religion in the Second Temple
Period: Belief and Practice from the Exile to Yavneh.
Routledge.
- Grabbe, Lester L. (2002b).
"A Dan(iel) For All Seasons". Di Collins, John J.; Flint, Peter
W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and
Reception. BRILL.
- Hammer, Raymond (1976). The Book of Daniel.
Cambridge University Press.
- Harrington, Daniel J. (1999). Invitation to the Apocrypha.
Eerdmans.
- Hill, Andrew E. (2009).
"Daniel". Di Garland, David E.; Longman, Tremper. Daniel—Malachi. Zondervan.
- Hill, Charles E. (2000).
"Antichrist". Di Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible.
Eerdmans.
- Horsley, Richard A. (2007). Scribes, Visionaries, and the Politics of
Second Temple Judea. Presbyterian Publishing Corp.
- Knibb, Michael (2002).
"The Book of Daniel in its Context". Di Collins, John J.; Flint,
Peter W.; VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and
Reception. BRILL.
- Levine, Amy-Jill (2010).
"Daniel". Di Coogan, Michael D.; Brettler, Marc Z.; Newsom,
Carol A. The new Oxford annotated Bible with the
Apocryphal/Deuterocanonical books : New Revised Standard Version.
Oxford
University Press.
- Lucas, Ernest C. (2005).
"Daniel, Book of". Di Vanhoozer, Kevin J.; Bartholomew, Craig
G.; Treier, Daniel J. Dictionary for Theological Interpretation
of the Bible. Baker Academic.
- Matthews, Victor H.; Moyer,
James C. (2012). The Old Testament: Text and Context.
Baker Books.
- McDonald, Lee Martin (2012). Formation of the Bible: the Story of the
Church's Canon. Peabody, MA: Hendrickson Publishers.
p. 57. ISBN 978-1-59856-838-7. Diakses tanggal 22 July 2014.
- Miller, Steven R. (1994). Daniel. B&H Publishing
Group.
- Niskanen, Paul (2004). The Human and the Divine in History:
Herodotus and the Book of Daniel. Continuum.
- Provan, Iain (2003).
"Daniel". Di Dunn, James D. G.; Rogerson, John William. Eerdmans Commentary on the Bible.
Eerdmans. ISBN 978-0-8028-3711-0.
- Redditt, Paul L. (2009). Introduction to the Prophets.
Eerdmans.
- Reid, Stephen Breck (2000).
"Daniel, Book of". Di Freedman, David Noel; Myers, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible.
Eerdmans.
- Rowland, Christopher (2007).
"Apocalyptic Literature". Di Hass, Andrew; Jasper, David; Jay,
Elisabeth. The Oxford Handbook of English Literature
and Theology. Oxford University Press.
- Ryken,, Leland; Wilhoit, Jim;
Longman, Tremper (1998). Dictionary of Biblical Imagery.
InterVarsity Press.
- Sacchi, Paolo (2004). The History of the Second Temple Period.
Continuum.
- Schwartz, Daniel R. (1992). Studies in the Jewish Background of
Christianity. Mohr Siebeck.
- Seow, C.L. (2003). Daniel. Westminster John
Knox Press.
- Schiffman, Lawrence H. (1991). From Text to Tradition: A History of
Second Temple and Rabbinic Judaism. KTAV Publishing House.
- Spencer, Richard A. (2002).
"Additions to Daniel". Di Mills, Watson E.; Wilson, Richard F. The Deuterocanonicals/Apocrypha.
Mercer University Press.
- Towner, W. Sibley (1984). Daniel. Westminster John
Knox Press.
- VanderKam, James C. (2010). The Dead Sea Scrolls Today.
Eerdmans.
- VanderKam, James C.; Flint,
Peter (2013). The meaning of the Dead Sea scrolls: their
significance for understanding the Bible, Judaism, Jesus, and Christianity.
HarperCollins.
- Waters, Matt (2014). Ancient Persia: A Concise History of the
Achaemenid Empire, 550–330 BC. Cambridge University Press.
- Weber, Timothy P. (2007).
"Millennialism". Di Walls, Jerry L. The Oxford Handbook of Eschatology.
Oxford University Press.
- Wesselius, Jan-Wim (2002).
"The Writing of Daniel". Di Collins, John J.; Flint, Peter W.;
VanEpps, Cameron. The Book of Daniel: Composition and
Reception. BRILL.
Kepustakaan:
Naskah Mari: M Noth, JSS 1, 1956, hlm 322-333; J Gibson, JSS 7 1962, hlm 57 dst; Ilmu bumi; Z Kallai, IEJ 6, 1956, hlm 180-187; GTT, hlm 164 dst, 170 dst. Umum: J Bright, History of Israelz,1972; H Gronbaek, VT 15, 1965, hlm 421-436; K-D. Schunck, ZAW Suppl 86, 1963, lih juga JBL 83, 1964, hlm 207; M Noth, History of Israeli, 1960. JPUL/RS
Naskah Mari: M Noth, JSS 1, 1956, hlm 322-333; J Gibson, JSS 7 1962, hlm 57 dst; Ilmu bumi; Z Kallai, IEJ 6, 1956, hlm 180-187; GTT, hlm 164 dst, 170 dst. Umum: J Bright, History of Israelz,1972; H Gronbaek, VT 15, 1965, hlm 421-436; K-D. Schunck, ZAW Suppl 86, 1963, lih juga JBL 83, 1964, hlm 207; M Noth, History of Israeli, 1960. JPUL/RS
Sumber:
Joel B. Green, Memahami Injil-injil dan Kisah Para Rasul, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta, 2005, Halaman : 19 – 25
Joel B. Green, Memahami Injil-injil dan Kisah Para Rasul, Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta, 2005, Halaman : 19 – 25
Sumber :
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 191 - 196
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, Halaman : 191 - 196
No comments:
Post a Comment